Dongeng dari Barat yang berjudul Tiga Anak Babi dan Serigala ini memang sangat populer. Untuk kamu yang ingin bernostalgia dengan membacanya lagi, mending langsung cek saja kisah lengkapnya di bawah ini, ya!
Ada banyak sekali kisah-kisah dari Barat yang populer hingga ke seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Salah satunya adalah dongeng yang berjudul Tiga Anak Babi dan Serigala Jahat.
Kisah tentang menjaga persaudaraan dan kebersamaan tersebut memang menarik sekali untuk diikuti. Cocok juga untuk didongengkan kembali pada adik, sepupu, keponakan, atau anakmu yang masih kecil.
Tak hanya ringkasan dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala, di sini nanti kamu pun dapat menemukan ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Gimana? Daripada kebanyakan basa-basi, langsung cek kisah lengkapnya di bawah ini, yuk!
Dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala Jahat
Pada zaman dahulu kala, hiduplah keluarga babi di sebuah hutan nan jauh di sana. Keluarga tersebut terdiri dari seorang Ibu Babi dan ketiga anaknya, sebut saja Si Sulung, Tengah, dan Bungsu.
Kemudian pada suatu hati, sang ibu mengajak ketiga anaknya untuk makan malam bersama. Ia menyajikan makanan yang enak-enak untuk mereka.
Setelah selesai, Ibu Babi kemudian berkata, “Anak-anakku… kalian kini telah dewasa. Akan lebih bijaksana jika kalian mulai hidup mandiri dan membangun rumah kalian masing-masing.”
Ketiga Anak Babi tersebut awalnya terdiam mendengar perkataan sang ibu. Namun, apa yang diucapkan oleh ibunya memang tidak salah.
Akhirnya, mereka pun menyetujui ide ibunya untuk mencoba hidup mandiri. Mereka juga diberi bekal oleh ibunya sebagai modal untuk merantau.
Sebelum makan malam selesai, sang ibu berkata, “Ketika tinggal sendiri nanti, kalian harus selalu ingat dan waspada akan serigala jahat yang berkeliaran di luar sana.”
Keesokan harinya, ketiga Anak Babi itu pergi meninggalkan rumah ibunya. Mereka berjalan tanpa tujuan mencari daerah yang tepat untuk dijadikan tempat tinggal nanti.
Mulai Merencakan Membangun Tempat Tinggal
Ketiga Anak Babi tersebut merasa lelah setelah berjalan cukup jauh. Mereka kemudian memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon rindang. Sembari beristirahat, ketiganya juga berdiskusi mengenai tempat tinggal mereka nanti.
Si bungsu mengusulkan supaya mereka berpisah dan membangun rumah masing-masing. Ia berpikir ini adalah hal yang tepat untuk menunjukkan kemandirian mereka.
Ide tersebut disetujui pula oleh Anak Babi tengah. “Ya, aku setuju. Kita tentu dapat bertahan dengan kekuatan kita masing-masing,” katanya.
Namun sepertinya, Si Sulung tidak terlalu senang dengan hal tersebut. Kalau mereka berpisah, ia tahu pasti akan ada orang-orang yang akan memanfaatkan kepolosan mereka yang tentunya bisa membuat mereka dalam bahaya.
Ia kemudian berkata, “Saudara-saudaraku, aku tidak setuju dengan ide kalian. Walau bagaimana pun, kebersaam kita adalah sebuah kekuatan. Kita tidak seharusnya berpisah.”
Sayangnya, kedua Anak Babi yang lain tetap teguh pada pendiriannya. Si sulung pun mengalah.
Namun akhirnya, mereka sepakat untuk membangun rumah masing-masing yang letaknya berdekatan. Hal itu supaya jika salah satu dari mereka berada dalam masalah, maka yang lain bisa membantu.
Baca juga: Legenda Batu Belah Batu Bertangkup dari Aceh yang Penuh Pesan Moral Beserta Ulasan Menariknya
Pembangunan Rumah Idaman
Esok harinya, ketiga Anak Babi itu memutuskan untuk membangun rumah tak jauh dari tempat mereka beristirahat kemarin. Setelah menetapkan lokasi yang diinginkan, mereka lalu pergi mencari bahan untuk membuat rumah.
Si bungsu pergi ke petani untuk membeli jerami. Ia ingin membangun rumah dari jerami karena harganya relatif murah dan waktu membangunnya lebih singkat.
Sisa uangnya nanti, ia akan belikan kasur yang nyaman dan empuk. Ia pun berjalan pulang dengan hati yang gembira dan tak sabar untuk segera membuat rumahnya.
Sementara itu, Babi yang kedua memilih untuk membangun rumahnya dengan menggunakan kayu. Ia lalu pergi menemui penebang pohon yang tak jauh dari sana dan membeli kayu yang dibutuhkan.
Sama seperti adiknya, si tengah akan menggunakan sisa uang pemberian ibunya untuk membeli kasur yang lembut untuk tidur. Setelah pulang, ia pun segera membangun rumahnya.
Berbeda dari kedua saudaranya, si sulung lebih memilih untuk membangun rumah dari batu bata. Pertimbangannya tentu saja karena rumah tersebut akan lebih kokoh dan nyaman untuk ditinggali di segala musim.
Ia juga rela tidur di atas tikar saja. Baginya, yang terpenting adalah memiliki rumah yang bisa bertahan lebih lama.
Rumah Babi Pertama dan Kedua
Babi bungsu bisa menyelesaikan rumah jeraminya dengan begitu cepat. Ia merasa dirinya paling hebat jika dibandingkan dengan saudaranya yang lain.
“Aku benar-benar arsitek yang handal. Aku membangun rumah lebih cepat daripada kedua saudaraku,” sombongnya.
Setelah itu, ia yang merasa lelah lalu memutuskan untuk istirahat. Katanya, “Karena rumahku sudah selesai, sekarang aku akan minum teh dan beristirahat.”
Melihat adiknya sudah selesai, Babi kedua lalu berusaha lebih keras untuk membangun rumahnya. Pada sore hari, rumah kayunya akhirnya jadi juga.
Ia pun sedikit meremehkan rumah adiknya yang terbuat dari jerami. Ia berpikir kalau rumahnya pastilah lebih kokoh jika dibandingkan dengan rumah adiknya. Setelah selesai, ia lalu memutuskan untuk tidur.
Baca juga: Cerita Gagak Sang Pembohong Beserta Ulasannya, Sebuah Pelajaran untuk Bersikap Jujur
Membutuhkan Waktu yang Sedikit Lebih Lama
Sementara itu, Babi sulung rupanya tidak terlalu terusik dengan rumah kedua adiknya yang sudah selesai. Ia tetap dengan telaten membangun pondasi rumahnya supaya lebih kuat.
Keesokan harinya, kedua adiknya datang dan menemuinya. Mereka menertawakan si sulung yang rumahnya tak kunjung selesai.
“Bagaimana saudaraku? Apakah kamu ada kesulitan? Kalau iya seharusnya kamu berkonsultasi dulu padaku,” kata Babi bungsu berbasa-basi.
“Tidak ada, Saudaraku. Aku sedang membangun rumah yang kokoh. Ini akan tetap nyaman ditinggali apa pun musimnya.”
“Jadi, kamu mengatakan kalau rumah kami tidak kokoh, begitu?” tanya Babi kedua dengan sarkastik. Namun si sulung memilih untuk tidak terpancing dan mengabaikan komentar saudaranya itu.
Beberapa hari kemudian, rumah milik sulung sudah jadi. Ia pun merasa puas dengan hasilnya. Akhirnya, niatnya untuk tinggal di rumah yang kokoh dan nyaman kesampaian juga.
Ketiga Anak Babi tersebut memang sedang menikmati kebahagiaan karena tinggal di rumah baru. Tanpa disadari, ada seekor serigala jahat yang sudah lama mengintai dan siap untuk menjadikan mereka sebagai santapan.
Ancaman Serigala Jahat
Beberapa waktu kemudian, Serigala jahat tersebut memulai aksinya. Ia mendatangi si Babi bungsu dan mengetok-ngetok pintunya supaya dibiarkan masuk.
Dirinya tentu saja tidak bodoh membiarkan Serigala masuk. Ia pun tetap bersikeras untuk tidak membukakan pintu.
Hal tersebut membuat Serigala marah. Ia lalu meniup rumah jerami itu.
Semua jeraminya berterbangan. Beruntung, si bungsu dapat melarikan diri dan pergi ke rumah Babi kedua.
Serigala tentu saja tidak membiarkan buruannya kabur begitu saja. Ia pun mendatangi rumah Babi kedua.
Di dalam, bungsu mengingatkan kakak keduanya untuk mengunci pintu karena ada Serigala jahat di luar. Babi kedua berusaha menenangkan hati adiknya dan berkata kalau mereka akan aman di rumahnya. Ia pun mengunci pintunya dengan rapat.
Dari luar, pintu rumah lalu digedor-gedor oleh Serigala. Karena tak kunjung dibukakan, hewan buas itu semakin marah.
Ia kemudian meniup rumah kayu tersebut dengan sekuat tenaga. Sama seperti rumah jerami, rumah kayu itu beterbangan hingga tak ada yang tersisa.
Kedua Anak Babi itu menjadi semakin panik. Mereka lalu memutuskan untuk lari ke rumah si sulung.
Akhir Kisah Si Serigala Jahat
Kedua Babi tersebut kemudian menyuruh kakaknya untuk mengunci pintu rapat-rapat. Bahkan, Babi kedua menyarankan agar mereka kembali ke rumah ibu saja.
Beruntungnya, si sulung mampu menenangkan kedua adiknya dan menyuruh mereka untuk bersembunyi. Ia lalu berkata supaya mereka tetap bersembunyi, terlebih jika serigala berhasil masuk dan memakannya.
Serigala lalu menggedor-gedor rumah milik sulung. Karena tetap bergeming, ia akhirnya melakukan trik seperti yang sebelumnya.
Ia mulai mengambil nafas lalu meniup rumah bata tersebut. Berkali-kali ia meniup, namun rumahnya masih berdiri kokoh. Ia pun lemas karena kehabisan nafas.
Setelah mendapatkan tenaganya kembali, Serigala pun tak kehilangan akal. Ia lalu mendobrak pintu rumah. Melihat saudaranya kesusahan menahan pintu, kedua babi yang bersembunyi itu pun membantu si sulung untuk menahan pintu.
Karena tak berhasil, Serigala jahat itu lalu memanjat rumah tersebut dan berusaha masuk ke dalam melalui cerobong. Derap kakinya terdengar jelas dari dalam rumah.
Mengetahui situasi yang akan terjadi, Babi sulung kemudian membakar kayu di perapian dan membuat apinya semakin besar. Serigala pun jatuh ke dalam api dan mati terbakar. Setelah Serigala tewas, ketiga Anak Babi akhirnya bisa hidup dengan tenang.
Baca juga: Dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri Beserta Ulasan Lengkapnya, Pelajaran tentang Ketamakan
Unsur-Unsur Intrinsik Dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala
Setelah membaca dongeng Tiga Babi dan Serigala jahat, selanjutnya di sini kamu akan menemukan penjelasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dari kisah tersebut. Berikut ulasannya:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari dongeng Tiga Babi dan Serigala Jahat ini adalah tentang persaudaraan dan kebersamaan. Meskipun ada rintangan atau masalah, semuanya bisa teratasi jika mengatasinya bersama-sama.
2. Tokoh dan Perwatakan dari Dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala
Karakter Babi bungsu dalam cerita ini adalah menyombongkan diri sendiri, tidak pikir panjang, dan suka meremehkan orang lain. Buktinya, setelah selesai ia meremehkan saudara-sauaranya yang lain.
Sedangkan, Babi kedua memiliki sifat yang iri dan manja. Ketika berhadapan dengan Serigala, ia mengusulkan untuk kembali pulang ke rumah ibu mereka saja.
Berbeda dari kedua saudaranya, Babi sulung berwatak bijaksana, berpikir panjang, dan dapat diandalkan. Ia juga tidak menaruh dendam meski telah ditertawakan oleh kedua saudaranya yang lain. Malah ketika dua saudaranya dikejar Serigala, ia bersedia mengorbankan dirinya.
3. Latar
Latar dari dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala ini sudah jelas, bukan? Lokasi berada di hutan.
4. Alur
Dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala Jahat di atas memiliki alur maju. Ceritanya dimulai dari ketiga Anak Babi yang ingin mandiri dan membangun rumah masing-masing. Mereka pun berbeda pendapat karena memiliki kriteria tersendiri untuk membangun rumahnya.
Setelah masing-masing rumah jadi, datanglah seekor Serigala yang ingin menyantap mereka. Rumah Babi bungsu dan tengah tak cukup mampu untuk menghalau Serigala. Beruntungnya, ada rumah Babi sulung yang lebih kokoh dan dapat menyelamatkan mereka.
5. Pesan Moral
Salah satu amanat atau pesan moral yang bisa diambil dari dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala ini adalah supaya kamu tetap menjaga persaudaraan. Jangan sampai perbedaan menghancurkan hubungan baik yang kamu miliki dengan saudaramu.
Selain itu, sesama saudara harus saling membantu dan tidak meremehkan satu sama lain. Karena kalau ada masalah menghadang, setidaknya dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan membuatmu bisa melewati masalah dengan lebih kuat.
Tak hanya unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun cerita ini. Unsur-unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang penulis, masyarakat setempat, dan nilai-nilai yang dipegang teguh.
Fakta Menarik dari Dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala
Setelah menyimak ringkasan cerita dan unsur intrinsiknya, selanjutnya beralih ke fakta menarik seputar kisah ini, yuk!
1. Memiliki Versi Lain
Sama seperti cerita rakyat nusantara yang sering kamu baca, dongeng dari Barat juga kebanyakan memiliki beberapa versi. Kalau di versi yang satu ini, Serigala tidak mati terbakar di akhir cerita.
Akan tetapi, sebelumnya Babi ketiga menyalakan api dan meletakkan kuali di atasnya. Saat turun dari cerobong asap, Serigala tersebut kemudian masuk ke kuali dan dimasak. Setelah itu, ketiga babi tersebut memakannya.
Selain itu, ada pula versi lain yang menuliskan kalau si bungsulah yang memiliki rumah yang kokoh. Bukan si sulung sama seperti yang kamu baca di atas.
2. Dijadikan Film Animasi atau Kartun
Pada tanggal 27 Mei 1933, Walt Disney memproduksi sebuah film kartun yang diberi judul The Three Little Pigs. Animasi yang disutradarai oleh Burt Gillett ini memenangkan penghargaan Best Animated Short Film dari Academy Award pada tahun 1934.
Ceritanya pun berbeda dari apa yang sudah kamu baca di atas. Kalau dalam film kartun ini, ada tiga anak babi bernama Fifer Pig, Fiddler Pig, dan Practical Pig.
Fifer dan Fidler yang telah menyelesaikan rumah jerami dan kayunya kemudian memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain musik. Sementara itu, Practical masih bekerja untuk menyelesaikan rumahnya.
Beberapa hari kemudian, saat Fifer dan Fidler sedang bersenang-senang memainkan alat musiknya, tiba-tiba datanglah seekor serigala jahat. Lantas, gimana kelanjutannya? Kalau penasaran, kamu bisa menyaksikannya sendiri.
Sudah Puas Menyimak Dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala di Atas?
Demikianlah dongeng Tiga Anak Babi dan Serigala Jahat yang bisa kamu simak di artikel ini. Gimana? Nggak hanya seru, tapi juga memiliki pelajaran yang berharga, kan?
Selain kisah di atas, kamu juga bisa menyimak dongeng dari Barat lainnya di sini. Beberapa contohnya adalah Cinderella, Putri Tidur, Serigala dan Tujuh Anak Domba, dan Pangeran Kodok.
Kalau mencari berbagai legenda nusantara atau kisah para nabi juga ada, lho! Baca terus, yuk!