Kamu gemar membaca cerita rakyat atau legenda dari suatu tempat di Indonesia? Ingin membaca kisah dari Nusa Tenggara Barat? Nah, mending kamu membaca cerita rakyat Kembang Ander Nyawe yang ada di artikel ini! Ceritanya sangatlah menarik, lho.
Kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan cerita-cerita legenda dari Pulau Jawa, seperti Keong Mas, Timun Mas, atau Lutung Kasarung. Nah, apakah kamu familiar dengan kisah-kisah dari Kepulauan Nusa Tenggara? Misalnya saja cerita Kembang Ander Nyawe.
Buat yang masih asing, Kembang Ander Nyawe adalah cerita yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Singkatnya, legenda ini mengisahkan tentang sekuntum bunga yang sangat langat dan sulit untuk ditemukan. Hanya orang tertentu saja yang bisa mendapatkannya.
Lantas, apa kegunaan dari bunga tersebut? Bagaimana kisah selengkapnya dari cerita Kembang Ander Nyawe ini? Tak perlu berbasa-basa lagi, langsung saja simak cerita lengkap beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya ini!
Cerita Rakyat Kembang Ander Nyawe
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang kerap disapa Datu. Ia terkenal memiliki sifat yang baik dan bijaksana. Bertahun-tahun ia memimpin Kerajaan Pejanggik dengan sangat baik. Rakyat pun hidup dengan makmur dan sentosa.
Pada suatu hari, Datu mengidap penyakit yang aneh. Badannya panas dan selalu menggigil. Ia bahkan tak kuasa bangun dari tempat tidurnya. Tiap malam, badannya terasa semakin sakit, sehingga ia kerap meronta kesakitan.
Banyak belian alias dukun yang telah mencoba menyembuhkan penyakit Datu. Akan tetapi, tak ada satu pun belian yang berhasil menyembuhkannya. Jangankan sembuh, membaik pun tidak.
Permaisuri sangatlah sedih dan panik melihat kondisi suaminya. Tiap malam ia berdoa agar suaminya bisa segera sembuh. “Tuhan, tolong berikan kesembuhan pada suamiku. Kami sangat menyayanginya,” doa sang istri.
Tak hanya permaisuri, para warga pun turut mendoakan Datu. Setiap hari mereka berdoa hingga menangis agar sang raja yang arif bisa kembali memimpin kerajaan. Mereka telah lama merindukan sang raja.
Suatu malam yang dingin, datanglah seorang paranormal sakti menemui sang raja. Ia menyentuh kepala Datu dan memejamkan kepala. Tampaknya, ia sedang meramal penyakit apa yang sebenarnya menjangkit Datu.
Beberapa saat kemudian, paranormal itu berkata “Penyakit Datu bukanlah penyakit biasa. Aku melihat kalau beliau sempat melihat kijang putih saat berburu di hutan Tanjung Ringgit.”
Baca juga: Legenda Asal Mula Desa Trunyan dan Ulasan Menariknya, Alasan di Balik Cara Pemakaman yang Unik
Kijang Putih
Konon, kijang putih adalah binatang yang dikeramatkan. Ia merupakan raja dari semua binatang peliharaan makhluk halus di hutan-hutan belantara. Tanjung Ringgit sendiri sangat jarang mendapat kunjungan dari para manusia.
Pasalnya, hutan tersebut terkenal mistis dan angker. Barangsiapa melihat kijang putih, tubuhnya akan melemah. Konon, kijang putih mengambil jiwa manusia yang melihatnya. Itulah kenapa para warga tak ada yang berani datang.
Datu pun tak sengaja mendatangi hutan itu. Awalnya, ia sedang memburu seekor rusa. Lalu, binatang itu berlari dan memasuki Tanjung Ringgit. Terlalu fokus mengejar rusa, Datu pun turut memasuki hutan terlarang itu. Saat keluar dari hutan, tubuhnya langsung demam.
Setelah mengetahui penyebabnya, paranormal itu menyarankan agar permaisuri memberi perintah pada utusannya untuk memanggil dukun jinyang bertempat tinggal di Kayangan, Labuhan Lombok. Dukun tersebut bernama Den Celim. Ia terkenal sakti mandraguna dan berilmu tinggi.
Kabarnya, ia memiliki dua istri bernama Dewi Suci dan Dewi Suti yang konon adalah anak jin. Namun, untuk menemukan mereka bukanlah hal mudah. Pasalnya, mereka hidup nomaden. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya utusan permaisuri bisa menemukan Den Celim.
“Wahai Tuan Den Celim, perkenalkan kami adalah utusan dari permaisuri Kerajaan Pejanggik. Maksud dan tujuan kami mencari Tuan adalah untuk meminta bantuan,” ucap salah satu utusan.
“Hmm, bantuan apakah itu?” tanya Den Celim.
“Datu kami sudah berbulan-bulan sakit. Kata seorang dukun, ia terkena kutukan kijang putih. Lalu, ia meminta kami untuk mencari Tuan Den Celim agar bisa menyembuhkan raja kami yang sedang kesakitan,” ucap utusan raja.
“Hmm, begitu rupanya. Menyembuhkan penyakit kutukan bukanlah perkara mudah. Raja harus mandi dengan kembang ander nyawe yang tumbuh di puncak Gunung Butak,” kata Den Celim.
Sebuah Perintah
Usai mengatakan kalau Datu harus mandi kembang ander nyawe, Den Celim menambahkan bahwa tak sembarang orang bisa menemukan bunga mistis itu. Ia lalu mengatakan, “Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa menemukan kembang sakti ini. Untuk itu, aku meminta putra mahkota atau anak sulung raja yang mencari bunga itu. Bisakah kalian memenuhi syarat tersebut?”.
“Baik, Tuan. Kami akan menyampaikan amanat Tuan kepada permaisuri,” jawab salah satu utusan.
“Selain syarat tersebut, sampaikan juga pada permaisuri untuk mengadakan upacara tulak bahle (tolak bala) di pancoran Aiq Kakak. Tujuannya agar putra mahkota mendapat restu dari Dewi Anjani. Sebab, bunga itu adalah milik Dewi Anjani. Kalian mengerti?” perintah Den Celim.
“Baik, Tuan, kami mengerti. Kami akan mengatakan seluruh amanatmu pada permaisuri,” jawab utusan Kerajaan Pejanggik.
Setelah berbicara dengan Den Celim, para utusan itu kembali ke kerajaan. Mereka lalu mengatakan segala amanat dari Den Celim pada permaisuri. Dengan cepat, istri Datu ini meminta anak sulungnya, Raden Wirentake pergi ke Gunung Butak untuk mendapatkan kembang ander nyawe.
Sesuai perintah sang dukun sakti, permaisuri pun mengadakan upacara tokal bala di pancor Aiq Kakak. Upacara tersebut dihadiri oleh ratusan warga yang turut mendoakan raja agar lekas sembuh.
Usai pengadaan upacara tolak bala, berangkatlah Raden Wirentake bersama beberapa pengiringnya ke Gunung Butak. Merkea melalui Gawah Sambelie yang terkenal angker. Meski melalui beberapa rintangan, mereka berhasil melaluinya.
Pencarian Kembang Ander Nyawe
Setelah perjalanan selama kurang lebih sembilan hari sembilan malam, barulah Raden Wirentake sampai pada puncak Gunung Butak. Meski telah sampai, ia tak kunjung mendapatkan sekuntum kembang ander nyawe.
Ia sudah berusaha mencarinya ke setiap sudut puncak, tapi tak ada satu pun bunga yang tumbuh. Saat malam tiba, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di Gunung Butak dan mencoba mencari bunga di esok hati.
Pada saat tidur, Raden Wirentake bermimpi bertemu seorang dewi yang sangat cantik. Dalam mimpinya, dewi itu berkata “Apa tujuanmu datang ke puncak gunung ini? Dan siapakah gerangan dirimu?”.
“Aku adalah Raden Wirentake, Dewi. Tujuanku datang kemari untuk mencari kembang ander nyawe,” jawabnya.
“Untuk apa kau mencari bunga itu? Tak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah,” tanya sang dewi.
“Ayahku, pemimpin Kerajaan Pejanggik, sedang sakit parah. Ia terkena kutukan kijang putih. Kata seorang bernama Den Calim, hanya kembang sakti itulah yang dapat menyembuhkan ayahku.” ucap sang Raden dalam mimpi.
“Hmm, begitu rupanya. Aku menghargai ketulusan hatimu yang telah berusaha keras datang kemari untuk menyembuhkan ayahmu. Kembang ander nyawe bukanlah kembang biasa. Untuk menemukannya, aku akan membuka mata batinmu. Setelah itu, barulah kau bisa mendapatkan bunga itu,” ucap sang dewi.
“Baiklah, Dewi. Aku meminta tolong padamu. Bukakan mata batinku,” jawab sang Raden.
“Perlu kau ketahui, bunga itu tak mudah kau dapatkan. Setelah mata batinmu terbuka, kau akan melihat ular belae yang sangat besar. Kau harus membunuhnya. Jika berhasil, barulah kembang ander nyawe bisa kau petik,” ucap sang dewi.
“Ingatlah, hanya kamu yang bisa melihat ular balae. Sehingga, para utusanmu tak akan bisa membantumu. Gunakan senjatamu untuk melawannya. Jangan sampai kau kalah. Jika kau tak berhasil, maka lenyap sudah kau dari bumi ini. Apa kau siap?” imbuhnya.
“Aku siap, Dewi. Akan kulakukan semua demi kesembuhan ayahku,” jawab Raden Wirentake dengan yakin.
Melawan Ular Balae
Setelah bangun dari mimpinya, Raden Wirentake langsung mencari keberadaan ular balae. Tak lama dari tempat istrihatnya, pria itu melihat ular yang sangat besar berwarna putih. Dengan perlahan ia mendekati ular itu. Tiba-tiba, sang ular mendesis.
Ular itu lalu mencoba mematuk Raden Wirentake. Dengan sigap, pria pemberani ini langsung menghindari serangan ular balae. Beruntung, ia berhasil terus-terusan menghindari penyerangan sang ular.
Lama kelamaan, ular balae mulai kehilangan tenaganya. Dalam waktu sekejap, Raden Wirentake menghunuskan keris pusaka miliknya yang bernama nangke berek. Ia menancapkannya tepat di kepala sang ular. Tak butuh waktu lama, ular itu terkulai lemas dan mati.
Setelah itu, barulah terlihat sekuntum bunga yang mekar sangat indah. Raden Wirentake meyakini jika bunga itu adalah kembang ander nyawe. Dengan cepat, ia memetik bunga itu. Tak ada hentinya ia bersyukur pada Tuhan karena berhasil mendapatkan kembang ander nyawe.
Raden Wirentake dan beberapa utusan lalu kembali ke kerajaan. Setelah Datu mandi air kembang ander nyewe, tubuhnya berangsur-angsur membaik. Tak berselang lama, Datu sehat kembali. Tubuhnya tak lagi mengginggil.
Sebagai ucap syukur, ia merayakan pesta perayaan. Beragam makanan disajikan untuk siapa pun yang menghadiri pesta itu. Datu juga menyumbangkan sebagian hartanya untuk para warga yang tak mampu.
Unsur Intrinsik
Cerita Kembang Ander Nyawe dari Nusa Tenggara Barat ini cukup menarik, kan? Nah, buat yang penasaran dengan unsur intrinsik, seperti tema, tokoh, latar, alur, dan pesan moralnya, langsung saja simak ulasan berikut;
1. Tema
Tema atau inti cerita dari kisah Kembang Ander Nyawe adalah tentang perjuangan mencapai tujuan. Dalam kisah ini, sang tokoh berjuang mencari kembang yang konon dapat menyembuhkan penyakit ayahnya. Tentu saja, bunga itu tak bisa ia dapatkan dengan mudah.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh utama dalam cerita Kembang Ander Nyawe, yakni Datu, permaisuri, dan Raden Wirentake. Datu adalah pemimpin yang bijaksana, baik hati, dan berhasil mensejahterakan rakyatnya.
Ia memiliki istri yang dalam kisah ini dipanggil permaisuri. Istrinya tersebut digambarkan memiliki sikap setia. Ia juga terus-terusan berdoa pada Tuhan agar suaminya lekas sembuh.
Sementara itu, Raden Wirentake memiliki sifat yang pemberani dan pantang menyerah. Meski menghadapi rangkaian rintangan, ia tetap berjuang untuk mendapatkan kembang ander nyawe agar bisa menyembuhkan ayahnya.
Selain tokoh utama, ada pula beberapa tokoh pendukung yang turut mewarnai kisah ini. Sebut saja permaisuri alias istri dari Datu, Den Celim, dan para utusan Kerajaan Pejanggik.
3. Latar
Cerita Kembang Ander Nyawe menggunakan beberapa latar tempat, seperti Kerajaan Pejanggik, tempat tinggal Den Calim, dan puncak Gunung Butak. Untuk latar waktunya, legenda ini menggunakan setting pagi dan malam hari.
4. Alur Cerita Rakyat Kembang Ander Nyawe
Kembang Ander Nyawe memiliki alur cerita yang maju atau progresif. Cerita bermula dari pemimpin Kerajaan Pejanggik yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama berbulan-bulan, penyakit itu tak kunjung sembuh.
Ternyata, penyakit tersebut merupakan kutukan dari kijang putih. Konon, siapa pun yang melihat kijang putih akan terserap energi dan jiwanya. Untuk menyelamatkan raja, anak sulungnya harus menemukan kembang ander nyawe yang sangat sulit untuk ditemukan.
Oleh karenanya, putra mahkota dengan keberanian yang penuh mendatangi Gunung Butak untuk mendapatkan kembang sakti tersebut. Meski melalui banyak rintangan dan harus melawan seekor ular jadi-jadian, ia tak pernah menyerah. Sampai akhirnya, ia berhasil mendapatkan bunga itu dan raja pun sehat kembali.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik dari cerita ini. Salah satunya adalah jangan pernah menyerah dalam mengejar impian. Seperti halnya yang Raden Wirentake lakukan dalam kisah ini. Ia tak berhenti berjuang mencari bunga demi menyembuhkan sang ayah.
Setelah berhasil mendapat yang kamu inginkan, jangan lupa untuk bersyukur pada Tuhan yang Maha Esa. Apa yang kamu capai sekarang tentunya tak lepas dari bantuan Sang Pencipta.
Selain unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan dari cerita rakyat Kembang Ander Nyawe. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, seperti nilai moral, budaya, dan sosial.
Fakta Menarik tentang Kembang Ander Nyawe
Setelah membaca cerita dan unsur intrinsiknya, kamu mungkin penasaran dengan fakta menarik Kembang Ander Nyawe. Apa sajakah itu? Berikut ulasan singkatnya;
1. Tak Diketahui Keberadaannya
Gunung Butak yang menjadi tempat keberadaan bunga sakti ini konon berada di dekat Gunung Rinjani. Katanya, gunung tersebut berdampingan dengan Gunung Tampak Dare. Namun, seiring berjalannya waktu, gunung tersebut tak terdengar lagi keberadaannya.
2. Memiliki Versi Lain
Kisah ini memang terbilang tak begitu populer. Namun, ada satu versi lain dari cerita Kembang Ander Nyawe. Konon, bunga tersebut awalnya tak memiliki nama. Orang-orang hanya menyebutnya bunga sakti.
Setelah Raden Wirentake berhasil menemukannya, barulah Den Calim memberinya nama ander nyawe. Ander nyawe sendiri memiliki arti dapat menyembuhkan orang yang dalam keadaan antara hidup dan mati.
Baca juga: Dongeng Mentiko Betuah dari Aceh, Mustika Berharga Berkat Kebaikan Hati beserta Ulasan Menariknya
Sudah Puas dengan Cerita Rakyat Kembang Ander Nyawe di Atas?
Demikianlah cerita rakyat dari Nusa Tenggara Barat yang berjudul Kembang Ander Nyawe beserta ulasan lengkapnya. Kamu suka dengan cerita rakyat ini? Kalau suka dan puas dengan cerita yang kami paparkan, jangan ragu untuk membacakannya pada keluargamu yang masih kecil.
Teruntuk yang mau kisah lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pana pada PosKata.com. Ada banyak cerita rakyat yang bisa kamu baca, seperti legenda Si Jangoi, Putri Pandan Berduri, dan Putri Tujuh Dumai. Selamat membaca!