
Kamu mungkin sering mendengar fabel yang menarik dan memiliki pesan moral yang baik. Namun, pernahkah kamu mendengar cerita tentang tumbuhan, seperti kisah bunga paling berharga? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di bawah ini, yuk!
Di Indonesia sebenarnya ada banyak sekali dongeng yang menceritakan seputar tumbuhan. Hanya saja tak banyak orang yang mengetahuinya. Salah satunya adalah cerita dongeng tentang bunga paling berharga.
Kisahnya tak hanya menarik, tapi juga mengandung pesan moral yang cukup baik untuk diajarkan pada buah hati atau keponakan tercinta. Bahkan, cerita bunga paling berharga ini sampai dijadikan bahan ajar pelajaran bahasa Indonesia di bangku Sekolah Dasar (SD).
Sudah tak sabar ingin mengetahui seperti apa cerita dongeng bunga yang paling berharga? Langsung saja simak artikel berikut ini dan dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya! Selamat membaca!
Cerita Dongeng Bunga Paling Berharga
Alkisah pada suatu hari, terdapat sebuah desa yang selalu saja kekeringan. Hujan jarang sekali turun di daerah tersebut. Pada akhirnya tak ada satu pun tanaman yang bisa tumbuh di sana. Jangankan padi atau bunga-bungaan, semak belukar pun tak bisa ditemukan sama sekali.
Di desa tersebut, hiduplah seorang anak bernama Makale. Ia adalah seorang siswa yang bersekolah di salah satu sekolah di sana. Sebagai seorang murid, Makale selalu rajin dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh gurunya, yaitu Bu Mala.
Suatu saat, Bu Mala memberikan sebuah buku tulis kepada seluruh muridnya sebelum pelajaran berakhir. Buku tulis yang setiap halaman bagian dalamnya berwarna putih itu memiliki sampul merah yang indah sekali.
“Buku ini untuk apa, Bu Mala?” tanya Makale penasaran.
“Buku tulis itu untuk kalian semua. Kalian boleh menulis apa saja yang kalian inginkan di dalamnya,” jawab Bu Mala.
“Aku ingin menuliskan catatan harianku di buku ini, boleh?” tanya Nola, teman sekelas Makale. Bu Mala pun memperbolehkannya.
“Kalau aku ingin menggambar wajah setiap orang yang pernah aku temui,” ucap Wendi, teman sekelas Makale dan Nola yang hobi menggambar. Bu Mala juga memperbolehkan Wendi untuk melakukannya.
“Bagaimana denganmu, Makale? Apa yang ingin kamu lakukan dengan buku tulis itu?” tanya Bu Mala.
“Aku ingin membuat herbarium di buku itu, Bu,” ucap Makale. Herbarium adalah sebuah koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan dalam bentuk kering kemudian dilekatkan pada selembar kertas.
Jawaban Makale langsung membuat Bu Mala terkejut. Karena mengetahui kalau desa mereka kering dan tak banyak tanaman yang bisa ditemukan.
Alasan Makale Ingin Membuat Herbarium
“Kamu mau membuat herbarium, Makale? Kenapa?” tanya Bu Mala.
“Iya, Bu Mala. Seorang pelancong pernah menunjukkan buku herbarium buatannya padaku. Herbarium itu sangat indah dan aku sangat menyukainya. Oleh karena itu aku ingin membuat herbarium yang sama.” jawab Makale.
“Kamu tahu kalau untuk bisa membuat herbarium itu kamu akan membutuhkan banyak daun, kan, Makale?” tanya Bu Mala memastikan.
Makale menjawab dengan anggukkan kepala seraya berkata, “Atau bunga.”
“Memangnya kira-kira di mana kau akan mencari bunga atau daun di desa ini?” tanya teman-teman sekelas Makale.
Makale berusaha melihat ke arah luar jendela kelasnya dan merenung. Tak peduli kemana pun ia melihat, tetap saja ia tak bisa melihat bunga atau daun sama sekali. Meskipun begitu, bukan berarti Makale akan berkecil hati. “Aku pasti akan mendapatkannya!” ucapnya dengan tersenyum lebar.
Hari telah berganti hari dan waktu berlalu dengan begitu cepat. Kini buku tulis bersampul merah milik para siswa Bu Mala sudah mulai terisi penuh. Ada yang berisi cerita, ada yang gambar, dan ada juga yang foto-foto. Hanya saja, buku tulis milik Makale masih saja kosong. Bu Mala tidak bertanya pada Makale mengapa bukunya masih kosong, dan Makale sendiri tidak berkecil hati berusaha mencari bunga untuk mengisi buku herbariumnya.
Hingga suatu hari, tiba-tiba muncul awan hitam yang berhenti tepat di atas tempat tinggal Makale. Tak berapa lama kemudian, awan hitam tersebut mencurahkan hujan yang sangat deras hingga membuat benih-benih tumbuhan yang terkubur di dalam tanah tandus desa itu tumbuh. Kemudian sepetak kebun pun terbentuk dan bunga-bunga kecil berwarna merah mulai memenuhinya.
Bunga Paling Berharga dalam Hidup Makale
Tentu saja hal itu membuat Makale senang. Ia kemudian memetik satu kuntum bunga tersebut dan menempelkannya di dalam buku tulisnya yang dari Bu Mala. Makale menyimpan buku itu dan menunggu hingga esok hari untuk membawanya ke sekolah esok hari.
Menariknya, keesokan harinya, tepat setelah awan hitam itu menghilang, seluruh bunga yang tumbuh di petak kebun itu terlihat layu dan mati. Orang tua Makale menyebutkan kalau penyebabnya adalah matahari yang terlalu terik telah membakar bunga tersebut.
Meskipun begitu, Makale tak terlalu bersedih. Ia tetap berangkat ke sekolah dengan hati gembira.
“Kau terlihat bahagia sekali pagi ini, Makale!” sapa Bu Mala melihat senyum lebar murid.
“Karena aku memang sedang bahagia, Bu Mala. Aku sudah berhasil membuat buku herbariumku!” jawab Makale seraya menyerahkan buku tulisnya yang bersampul merah.
Bu Mala kemudian membuka buku milik Makale dan melihat satu buah bunga kecil berwarna merah yang indah. Meskipun herbarium itu hanya satu halaman dan hanya ada satu bunga di dalamnya, tapi Bu Mala menyebutkan kalau bunga itu adalah hal paling berharga yang ada di dunia karena hanya bisa mekar satu hari seumur hidup mereka.
Unsur Intrinsik Cerita Dongeng Bunga Paling Berharga
Setelah membaca kisahnya, kamu mungkin bisa jelaskan peristiwa yang terjadi pada cerita di atas pada buah hati. Kemudian jika perlu, kamu juga bisa jelaskan unsur intrinsiknya, seperti yang akan kami ulas di bawah ini.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita dongeng bunga paling berharga ini adalah tentang kepercayaan. Seperti yang ditunjukkan oleh Bu Mala dan Makale yang percaya bahwa ia pasti akan bisa membuat buku herbarium.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam cerita dongeng bunga paling berharga yang satu ini. Dua tokoh utamanya adalah Makale dan Bu Mala. Makale merupakan murid Bu Mala yang memiliki sifat yakin dan pantang menyerah. Bahkan jika ia harus menunggu beberapa lama untuk bisa mendapatkan tumbuhan demi buku herbariumnya.
Sementara Bu Mala, guru dari Makale adalah wanita yang sabar. Ia tidak menghakimi dan tetap menanti dengan sabar atas hasil yang didapatkan oleh Makale. Kemudian setelah muridnya itu berhasil mengerjakan tugas yang ia inginkan, Bu Mala pun tak ragu memuji muridnya.
Sementara beberapa tokoh yang disebutkan untuk turut serta melengkapi kisahnya adalah Nola dan Wendi, dua teman sekelas Makale yang juga merupakan murid dari Bu Mala.
3. Latar
Latar lokasi yang disebutkan di dalam cerita dongeng bunga paling berharga ini adalah sebuah desa di antah berantah yang selalu kekeringan. Secara detail, beberapa lokasi dari desa tersebut yang disebutkan dalam kisahnya adalah sekolah tempat Bu Mala mengajar dan rumah Makale tempat bunga merah kecil tumbuh di petak kebun.
4. Alur
Berdasarkan pemenggalan, alur dari cerita bunga paling berharga di atas disebut juga dengan alur maju. Alasannya karena kisahnya diceritakan secara berurutan sejak awal hingga akhir. Berikut ini kami tuliskan urutan peristiwa yang terjadi pada cerita bunga paling berharga.
Kisahnya dimulai dari keberadaan Makale, murid rajin dari Bu Mala. Suatu hari, Bu Mala memberikan sebuah buku bersampul merah kepada murid-muridnya agar bisa diisi dengan apa saja. Saat itu, Makale menyatakan bahwa ia ingin menggunakan buku tersebut sebagai herbarium.
Sayangnya, mereka tinggal di desa yang sudah lama tidak diguyur hujan dan sangat kering. Sehingga tak ada satu pun tanaman, termasuk bunga, yang tumbuh di sana. Meskipun begitu, Makale yakin suatu hari ia pasti bisa membuat buku herbariumnya.
Benar saja, beberapa hari kemudian awan hitam mendadak muncul di atas rumah Makale. Dari awan itu turunlah hujan deras yang membuat petak kebun di rumahnya ditumbuhi bunga-bunga. Tanpa menunggu lama, Makale langsung mengambil salah satu bunga kecil berwarna merah yang tumbuh di sana dan meletakkannya di buku herbariumnya.
Keesokan harinya, awan hitam itu pergi dan seluruh bunga yang ada di petak kebun Makale kembali layu. Sementara itu, Makale menunjukkan buku herbariumnya kepada Bu Mala dan mendapatkan pujian.
5. Pesan Moral
Dari cerita dongeng bunga paling berharga di atas, bisa didapatkan sebuah pesan moral yang bisa kamu ajarkan kepada adik atau buah hati tersayang. Di antaranya adalah kamu harus yakin dan sabar ketika ingin mendapatkan sesuatu. Seperti yang dilakukan oleh Makale dalam menantikan mendapatkan tanaman untuk buku herbariumnya.
Selain unsur intrinsik, kamu juga bisa mendapatkan unsur ekstrinsik yang turut serta melengkapi cerita dongeng bunga paling berharga. Di antaranya adalah nilai moral, sosial, dan budaya dari lingkungan sekitar.
Fakta Menarik tentang Cerita Dongeng Bunga Paling Berharga
Setelah mendapatkan ulasan tentang unsur intrinsik dari cerita dongeng bunga paling berharga di atas, ketahui juga beberapa fakta menariknya. Berikut adalah ulasannya:
1. Diadaptasi Menjadi Video Animasi
Cerita dongeng bunga paling berharga yang menarik ini rupanya tak hanya dijadikan sebagai pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa dan siswi saja. Kisahnya yang menarik dan penuh pesan moral membuat banyak orang akhirnya mengadaptasi ceritanya dalam bentuk video animasi.
Video-video tersebut biasanya dapat ditemukan dengan mudah di YouTube. Umumnya, video tersebut digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak-anak. Harapannya, dengan mempertontonkan videonya kepada anak-anak, mereka bisa lebih mudah mencerna atau memahami kisahnya. Apakah kamu tertarik untuk mengetahui kisahnya?
2. Seni Membuat Herbarium
Dalam cerita dongeng bunga paling berharga ini disebutkan bahwa sang tokoh utama, Makale, ingin membuat herbarium atau yang bisa dikenal juga dengan nama seni merangkai bunga pres.
Sesuai dengan namanya, cara pembuatan herbarium ini menggunakan teknik pengepresan untuk menghilangkan kadar air pada bunga atau daun yang akan dibuat menjadi herbarium. Tujuan penghilangan kadar air itu adalah untuk membuat tanamannya menjadi kering sempurna sehingga bisa tahan lama tanpa layu atau membusuk. Seni pengepresan tumbuhan ini juga dikenal juga dengan nama oshibana.
Cara pembuatannya juga sebenarnya cukup mudah dan sederhana. Jika ingin mencobanya, yang perlu kamu lakukan hanyalah memilih tanaman yang ingin kamu gunakan. Setelah membersihkan tanamannya, letakkan di antara lapisan kertas atau koran., Kemudian tutup dan letakkan di bawah benda berat, seperti tumpukan buku.
Waktu yang diperlukan untuk proses pengepresan itu beragam. Hal itu biasanya tergantung dari ukuran dan jenis tanaman yang tengah dipres. Untuk hasil yang lebih optimal, biasanya dibutuhkan waktu sekitar kurang lebih dua minggu. Jika menginginkan hasil yang lebih maksimal lagi, kamu bisa menggunakan alat khusus, seperti kertas khusus pengepresan yang dikenal juga dengan nama desiccant paper.
Meskipun biasanya seni herbarium ini digunakan untuk penelitian dan mempelajari karakteristik morfologi utama tanamannya, tapi bukan berarti kamu tidak bisa melakukannya hanya demi koleksi saja. Tak ada salahnya jika kamu hanya ingin mengumpulkan bunga paling berharga yang kamu suka di dalam buku, sama seperti yang dilakukan oleh Makale.
Sudah Puas Membaca Cerita Dongeng Bunga Paling Berharga Di Atas?
Demikianlah cerita dongeng tentang bunga paling berharga yang telah kami siapkan khusus untukmu. Menarik bukan kisahnya? Pesan moralnya bisa kamu ajarkan untuk buah hati atau keponakan tersayang, kan?
Kalau masih mencari dongeng seputar tumbuhan yang tak kalah menarik lainnya, langsung saja cek artikel-artikel di PosKata ini, yuk! Di sini kamu bisa mendapatkan dongeng kupu-kupu dan bunga matahari, kisah bunga melati yang baik hati, dan cerita bunga mawar merah yang sombong.