
Candi menjadi salah satu bukti nyata eksistensi peradaban sebuah kerajaan, termasuk Kerajaan Mataram Kuno. Kalau kamu ingin tahu apa saja candi yang menjadi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno bisa menyimak ulasannya di bawah ini.
Penemuan peninggalan-peninggalan sejarah dari sebuah kerajaan memang sangat penting karena mengandung informasi eksistensi kerajaan tersebut. Sama seperti di Kerajaan Mataram Kuno yang keberadaanya dapat diketahui dari peninggalan bersejarahnya yang berupa prasasti maupun candi.
Nah artikel berikut ini secara khusus akan membahas mengenai candi-candi peninggalan kerajaan tersebut beserta informasi terkait secara lengkap. Nantinya, kamu juga bisa menggunakannya sebagai referensi destinasi wisata sejarah yang wajib untuk dikunjungi, lho.
Kamu sepertinya sudah tidak sabar ingin segera membaca ulasan lengkapnya, kan? Kalau gitu, tidak perlu kebanyakan basa-basi lagi, langsung cek saja artikel candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berikut ini, ya!
Candi Bersejarah Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Bangunan purbakala peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini dibagi menjadi dua, yaitu candi yang bercorak agama Hindu dan Buddha.
1. Candi Kerajaan Mataram Kuno Bercorak Hindu
Adapun candi-candi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Candi Prambanan
Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan salah satu candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini. Letaknya berada di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Bangunan purbakala yang mendapatkan predikat paling cantik se-Asia Tenggara ini dibangun sekitar tahun 850Masehi pada masa kepemimpinan Rakai Pikatan. Namun karena kemegahannya yang memakan proses pembangunan yang cukup lama, ia meninggal sebelum melihat candi tersebut selesai.
Pada awalnya, kompleks percandian ini diberi nama Siwargha atau rumah untuk Dewa Siwa. Karena hal tersebut, Dewa Siwa menempati bangunan yang paling utama dan sangat dimuliakan. Namun kemudian, didirikan pula bangunan untuk menempatkan arca trimurti yang lain, yaitu untuk Dewa Brahma yang menciptakan dan Dewa Wisnu yang memelihara.
Candi Prambanan ditinggalkan ketika terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi. Setelah itu, ditemukan kembali pada tahun 1733 oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama CA. Lons dalam keadaan yang rusak parah karena tertimbun abu volkanik.
Beberapa ratus tahun kemudian, bangunan tersebut baru mengalami pemugaran, tepatnya sekitar tahun 1930-an. Pada saat proses pengerjaan tersebut, beberapa materialnya diganti dengan batu baru karena batu aslinya sebagian rusak dan banyak diambil oleh para warga.
Pada tahun 1991, UNESCO secara resmi memasukkan Candi Prambanan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia. Di kompleks ini, dulunya ada lebih dari 200 candi. Namun, sekarang hanya tersisa sekitar 18 candi saja.
Untuk dapat masuk ke sini, cukup membayar tiket masuk sebesar Rp50.000. Sementara itu, jika ingin menyaksikan Sendratari Ramayana, kamu harus merogoh kocek yang cukup dalam, yaitu sekitar Rp150.000–Rp300.000 tergantung kelas yang dipilih.
b. Kompleks Percandian Arjuna
Selanjutnya, kompleks percandian ini secara administratif lokasinya berada di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah dengan luas sekitar satu hektar. Saat membaca namanya, kamu mungkin merasa familier karena diambil dari tokoh cerita pewayangan, yaitu Baratayuda.
Di sini ada beberapa candi utama. Yang pertama, Candi Arjuna merupakan bangunan paling tua yang berada di kompleks tersebut. Menurut para ahli, bangunan tersebut didirikan sekitar abad ke-8.
Kalau dilihat dari arsitekturnya, pengaruh kebudayaan dari India masih sangat kuat. Cirinya adalah relung bangunannya lebih menjorok ke dalam. Bangunan ini ditemukan kembali sekitar tahun 1814 oleh Theodorf Van Elf.
Candi peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno tersebut memiliki bangunan pelengkap atau perwara yang terletak di depannya. Namanya adalah Candi Semar. Bangunan ini konon dulunya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan persenjataan.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
i. Candi Puntadewa
Selain Arjuna, ada juga Candi Puntadewa. Bangunan ini memiliki atap yang berbentuk kubus dengan puncak yang sudah tidak diketahui bentuk aslinya. Pada keempat sisinya terdapat lengkungan seperti relung yang kemungkinan dulunya digunakan sebagai tempat untuk menaru arca.
Badan candinya sendiri memiliki penampang atau batur dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter. Karena inilah meski tidak terlalu besar, tapi bangunan tersebut terlihat cukup tinggi.
Pada candi juga terdapat sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dan di dalamnya ada sebuah Yoni. Sayangnya, peninggalan tersebut bentuknya sudah tidak utuh karena patah.
ii. Candi Bima
Sumber: Wikimedia Commons
Candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya adalah Candi Bima yang arsitekturnya terlihat begitu unik. Bangunan yang masih terlihat gagah ini memiliki tinggi sekitar 8 meter dengan alas yang berukuran 4,55 x 4,55 meter.
Sementara itu, atas candinya terdiri dari lima tingkat yang semakin ke atas semakin mengecil. Di setiap tingkatnya dulu terdapat Kudu, yaitu arca yang berbentuk kepala dan seperti mengawasi keadaan di sekitar. Namun, arca-arca tersebut kini sudah tidak ada karena kebanyakan rusak atau dicuri oleh orang.
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah pernah memugar Candi Bima pada tahun lalu. Hal itu dikarenakan batuannya sudah banyak yang aus dimakan usia.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
iii. Candi Srikandi
Bangunan purbakala ini letaknya berada di selatan Candi Arjuna. Ukurannya tidaklah terlalu besar. Batur atau alasnya berbentuk kubus dengan tinggi sekitar 50 cm. Bentuk atapnya sendiri tidak diketahui dengan pasti karena sudah rusak.
Kemudian, pada bagian dindingnya terdapat beberapa relief yang masih dapat dilihat bentuk aslinya. Pada dinding sebelah timur terdapat relief Dewa Siwa.
Di dinding sebelah utara terdapat pahatan Dewa Wisnu. Sementara itu, di sebelah selatan terdapat relief Bima. Relief-relief ini menjadi bukti kalau Candi Srikandi memang bercorak Hindu.
iv. Candi Sembadra
Lalu yang terakhir adalah Candi Sembadra yang letaknya berada di paling ujung. Ukurannya juga bisa dibilang tidak terlalu jauh dari Candi Srikandi, yaitu 4,75 x 5,50 meter dengan batur setinggi 50 cm.
Pada bagian atapnya terdapat hiasan kepala kala yang memiliki kumis dan bunga teratai pada mulutnya. Di setiap sisi candi jugaterdapat relung-relung kecil yang digunakan untuk menaruh arca.
Karena kondisi batuannya sudah banyak yang aus, bangunan tersebut direstorasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah pada bulan Mei 2018. Pekerjaan tersebut baru selesai pada bulan November 2019.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Kediri
c. Candi Gedong Songo
Candi peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno ini lokasinya bisa dibilang jauh dari pusat pemerintahan. Tepatnya berada di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Para ahli memperkirakan kalau kompleks ini dibangun sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsinya adalah sebagai tempat sembahyang umat Hindu.
Bangunan purbakala ini ditemukan kembali sekitar tahun 1740 oleh Thomas Raffless. Pada awalnya, hanya ada tujuh candi saja sehingga disebut Candi Gedong itu.
Pada tahun 1908, seorang arkeolong asal Belanda bernama Van Stein Callenfels menemukan dua candi lain di kompleks tersebut. Karena penambahan itulah kemudian tempat ini dikenal dengan nama Candi Gedong Songo.
Meskipun terletak di dalam satu kompleks, jarak antar candi bisa dibilang cukup jauh yaitu sekitar 200–300 meter. Kalau benar-benar ingin melihat kesembilan candinya, kondisi fisikmu harus dalam keadaan prima.
Saat berkeliling nanti, kamu juga akan menikmati pemandangan indah yang dapat menyegarkan pikiran. Namun kalau lelah berjalan, sebagai alternatifnya kamu juga bisa menyewa kuda untuk berkeliling.
Tarif untuk memasuki tempat wisata bersejarah ini cukup murah, yaitu Rp10.000 saja. Jam bukanya mulai dari 07.00–16.00.
Selain candi, kamu juga bisa menikmati pemandian air panas yang letaknya di dekat candi ketiga. Sayangnya, tempatnya tidak terlalu luas. Kalau berminat, kamu harus membayar lagi Rp3.000.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Sarat Akan Nilai Sejarah
d. Candi Gunung Wukir
Menurut para sejarawan, candi tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang paling tua. Kira-kira didirikan pada tahun 732 Masehi oleh Raja Sanjaya.
Bangunan ini baru ditemukan kembali pada tahun 1879. Lokasinya berada di sebuah bukit kecil yang termasuk ke dalam wilayah Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
Pada kompleks percandian ini terdapat satu candi utama dan tiga candi pelengkap. Candi utamanya disusun dari batu andesit dengan ukuran 50 x 50 m. Bentuknya sudah tidak utuh lagi sama seperti yang dapat kamu lihat pada gambar di atas.
Di area ini pula ditemukan sebuah prasasti sejarah milik Kerajaan Mataram Kuno yang diberi nama Canggal. Isinya adalah tentang Raja Sanjaya yang mendirikan sebuah candi dan juga mengenai pemimpin kerajaan sebelumnya. Di sini pun ditemukan beberapa peninggalan purbakala yang berbentuk lingga, yoni, dan arca lembu betina.
Di kalangan masyarakat, Candi Gunung Wukir memiliki mitos yang terkenal, lho. Mitos tersebut adalah jika ada pasangan kekasih yang datang ke sini, maka hubungan mereka akan langgeng. Untuk dapat masuk ke kawasan ini, kamu tidak perlu membayar tiket masuk.
e. Candi Sambisari
Candi Sambisari dibangun pada masa pemerintahan Rakai Garung sekitar abad ke-9 Masehi. Lokasinya berada di sebelah barat Candi Prambanan, tepatnya di Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Bangunan purbakala ini tidak sengaja ditemukan kembali oleh seorang petani yang sedang menyangkul pada tahun 1966 lalu. Setelah itu, Dinas Purbakala melakukan ekskavasi sekaligus pemugaran pada candi yang terkubur 6,5 meter di bawah tanah ini.
Para ahli menduga, hal itu dikarenakan letusan Gunung Merapi yang terjadi ribuan tahun silam. Pada area Candi Sambisari tersebut di kelilingi pagar berlapis yang terbuat dari batu andesit.
Di sini terdapat sebuah candi induk, tiga candi perwara, dan lingga yang berfungsi sebagai patok. Candi utama memiliki batur yang luasnya sekitar 13,65 meter dengan tinggi 2 meter. Sementara itu, tinggi keseluruhannya sekitar 7,5 meter.
Pada dindingnya tedapat relief berbentuk bunga dan sulurnya. Kemudian, ada relung-relung yang digunakan sebagai tempat menaruh arca. Beberapa arca yang ditemukan di sini adalah Agastya, Ganesha, dan Durga.
Kamu tidak perlu merogoh kocek yang dalam untuk berkunjung ke tempat ini. Cukup membayar Rp5.000 rupiah saja kamu sudah dapat menikmati keindahannya.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit
f. Candi Ijo
Peninggalan purbakala yang satu ini diperkirakan dibangun sekitar abad ke-1o hingga ke-11 Masehi. Mengenai namanya sendiri, bangunan tersebut diberi nama ijo bukan karena warnanya yang hijai. Akan tetapi, karena lokasinya yang berada di atas bukit bernama Gumuk Ijo.
Candi Ijo terletak 425 meter di atas permukaan air laut. Tepatnya berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta.
Kompleks percandian tersebut membentuk teras-teras berundak menyesuaikan lokasinya. Candi utama yang sudah dipugar berada di sebelah timur dan menempati teras yang paling tinggi.
Pada tangga menuju ruang candi terdapat sepasang naga yang tengah mengaga dan di dalamnya terdapat burung kakak tua. Sementara itu, ambang pintunya terdapat hiasan kepala Kala.
Sementara itu, di dalam ruangan dapat ditemukan lingga yang sedang disangga oleh sebuah makhluk berbentuk ular berkepala kura-kura. Patung tersebut menyimbolkan bahwa di tengah candi itu merupakan sumbu bumi.
Kemudian, di depan candi utama terdapat tiga buah candi pendamping yang memiliki ukuran lebih kecil. Para ahli menduga tempat tersebut digunakan untuk meletakkan arca trimurti.
Tempat wisata bersejarah ini buka mulai pukul 08.00–17.00. Untuk dapat masuk, kamu hanya perlu membayar Rp5.000. Selain candi, kamu juga dapat menikmati pemandangan sunset yang indah di sini.
g. Candi Ratu Boko
Situs ini ditemukan kembali pada tahun 1790 oleh seorang Belanda yang bernama Van Boeckholzt. Para ahli sejarah menduga kalau tempat ini dulunya digunakan sebagai istana. Hal tersebut dapat dilihat dari sisa-sisa benteng pertahanan, gerbang, pendopo, dan kolam pemandian.
Candi Ratu Boko ini didirikan sekitar abad ke-8 Masehi dan memiliki luas sekitar 25 hektar. Secara administratif, lokasinya berada di Desa Bokoharjo dan Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Kurang lebih hanya sekitar 3 km dari Candi Prambanan.
Menurut letaknya, peninggalan-peninggalan di Candi Ratu Boko ini terbagi menjadi lima kelompok. Yang pertama adalah gapura utama, paseban, keputren, pendopo, dan gua.
Selain itu, di sini juga ditemukan sebuah prasasti bernama Abhayagiri Wihara yang diterbitkan pada tahun 792 Masehi. Isinya adalah tentang Rakai Panangkaran yang mengundurkan diri menjadi raja dan memilih untuk mendalami agama.
Pada tahun 1938, Pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran pada candi tersebut. Kemudian, diteruskan oleh Pemerintah Indonesia secara bertahap tahun 1949–1954, 1960–1965, dan 1978–1980.
Kamu cukup membayar sebesar Rp25.000 untuk menikmati keindahan aristektur peninggalan zaman Kerajaan Mataram Kuno ini. Kalau ingin menikmati peristiwa matahari terbenam dengan pemandangn yang indah, kamu harus membayar Rp100.000.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
2. Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno Bercorak Buddha
a. Candi Borobudur
Borobudur merupakan salah satu candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Buddha. Bangunan ini mulai didirikan sekitar tahun 800 Masehi oleh Samaratungga.
Pembangunan candi ini berlangsung selama berpuluh-puluh tahun dan baru selesai pada masa pemerintahan raja selanjutnya, yaitu Rakai Pikatan. Konon tempat tersebut mulai ditinggalkan pada tahun 1006 Masehi karena meletusnya Gunung Merapi.
Pada tahun 1814, bangunan bersejarah tersebut ditemukan kembali oleh Thomas Raffles dan baru mengalami pemugaran pada tahun 1907. Setelah itu, baru-baru dipugar dengan serius oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO tahun 1975–1982.
Kuil Buddha terbesar di dunia tersebut dibangun dengan menggunakan konsep alam semesta. Terdiri dari enam teras bujur sangkat dengan tiga pelataran yang melingkar. Tiga pelataran itu melambangkan Kamadhatu, Rupdhatu, dan Arupadhatu. Kemudian, pada pusatnya terdapat stupa utama.
Pada dinding-dindingnya terukir relief yang berjumlah lebih dari 2600 panel. Terdapat juga arca Buddha dengan jumlah 504 buah dan stupa berjumlah 72.
Bangunan peninggalan leluhur yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO ini letaknya berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kalau berminat datang ke sini, kamu perlu menyiapkan Rp50.000 untuk orang dewasa dan Rp25.000 untuk anak-anak usia 3-10 tahun.
Selain itu, ada pula tiket terusan dari Borobudur ke Prambanan atau ke Ratu Boko. Untuk harganya sendiri menyesuaikan paket wisata yang kamu pilih.
Baca juga: Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Begitu Bersejarah
b. Candi Plaosan
Peninggalan purbakala ini letaknya berada di Desa Bugisan, Kecamatan Prambana, Klaten Jawa Tengah. Kalau dari Candi Prambanan jaraknya kira-kira hanya sekitar satu kilometer saja.
Candi Plaosan dibangun atas perintah Rakai Pikatan sekitar abad ke-9. Sejatinya, bangunan ini merupakan bukti cintanya kepada sang istri yang bernama Pramodawardhani.
Diketahui, pasangan tersebut memeluk agama berbeda, sang raja beragama Hindu dan istrinya beragama Buddha. Pada kompleks percandian ini terdapat dua area utama, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.
Untuk Candi Plaosan Lor mempunyai dua candi utama. Yang pertama adalah Candi Induk Utara yang memuat relief tokoh-tokoh wanita dan pernah dipugar pada tahun 1962. Sementara yang kedua, namanya adalah Candi Induk Selatan dengan pahatan relief tokoh laki-laki mengalami pemugaran pada tahun 1990.
Kemudian, Candi Plaosan Kidul letaknya terpisah dari Candi Lor. Di sini hanya ada beberapa candi perwara yang masih kokoh sementara candi utamanya sudah rusak.
Untuk yang ingin berkunjung ke sini, kamu hanya perlu membayar tarif sebesar Rp3.000 dan juga biaya parkir. Selain itu, kamu juga dapat berkunjung ketika bertepatan dengan Festival Candi Kembar yang diadakan setiap tahun. Acara kebudayaan ini menampilkan banyak sekali tari-tarian tradisional.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
c. Candi Mendut
Bangunan peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno yang lainnya adalah Candi Mendut. Menurut para sejarawan, candi tersebut memiliki usia yang jauh lebih tua dari Candi Borobudur.
Tempat ini ditemukan kembali pada tahun 1836. Setelah itu, baru dipugar oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1897.
Candi yang diperkirakan dibangun tahun 824 Masehi tersebut secara keseluruhan memiliki tinggi sekitar 26,5 meter. Badan candi berdiri begitu kokoh dan terbuat dari campuran batu bata yang ditutup dengan batu alam.
Pada dindingnya terdapat relief-relief yang isinya menceritakan tentang ajaran Sang Buddha. Selain itu, ada pula pahatan yang berupa sulur dan bunga.
Atapnya tersusun dari tiga kubus yang semakin ke atas semakin kecil. Pada ata tersebut juga terdapat hiasan berupa stupa-stupa kecil berjumlah 48. Sementara itu, puncaknya sudah hilang sehingga tidak bisa dibangun ulang.
Di dalam badan candi terdapat ruangan berisikan tiga Arca Buddha yang cukup besar. Ketiga arca tersebut adalah Dhyani Buddha Wairocana, Awalokiteswara, dan Wajrapani.
Hingga saat ini, candi tersebut masih sering digunakan untuk beribadah. Terutama jika umat Buddha merayakan hari Waisak. Mereka yang datang biasanya tidak hanya dari dalam negeri saja, tapi juga dari luar.
Kalau tertarik, kamu dapat mengunjungi ke Candi Mendut yang lokasinya berada di Desa Mendut, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang. Tiket masuknya sendiri cukup murah, yaitu Rp5.000 saja.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
d. Candi Sewu
Candi Sewu berlokasi di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten. Letaknya dekat dengan Candi Prambanan yang hanya berjarak 800 meter saja. Kedua bangunan peninggalan ini kemudian menjadi simbol toleransi umat Hindu dan Buddha.
Meskipun bernama Candi Sewu, tapi bangunan di sini tidak berjumlah 1.000 kok. Aslinya, nama tersebut diambil dari cerita rakyat Roro Jonggrang. Sementara itu, jumlah candinya hanya 246 buah.
Bangunan yang diperkirakan lebih tua dari Borobudur dan Prambanan tersebut dibangun oleh Rakai Panangkaran. Setelah itu, diperluas oleh Rakai Pikatan. Luasnya sekkitar 185 x 165 meter.
Sebelum memasuki kompleks, kamu akan disambut Arca Dwarapala raksasa yang berukuran 2,3 meter. Setelah itu, kamu akan menemukan candi utama yang terletak di tengah kompleks dengan ukuran yang paling besar.
Candi utama tersebut dibangun menggunakan batu andesi. Tingginya 30 meter dengan diameter mencapai 29 meter. Di dalam ruangannya dulu terdapat Arca Manjusri dari perunggu yang tmemiliki tinggi sekitar empat meter.
Sayangnya, sudah sekarang tidak diketahui keberadaannya. Para ahli menduga arca tersebut sudah dijarah sejak ratusan tahun lalu.
Bangunan utama tersebut dikeliling oleh candi-candi pendampin dan penjuru. Namun banyak dari candi tersebut yang bentuknya sudah tidak utuh.
Selain melihat-lihat peninggalan leluhur, kamu juga dapat berkunjung ke museumnya. Jika berminat datang ke sini, kamu cukup merogoh kocek sebesar Rp25.000 untuk anak-anak dan Rp50.000 untuk dewasa.
Baca juga: Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Mengungkap Keberadaan Kerajaan Singasari
e. Candi Pawon
Pada urutan dua terakhir terdapat Candi Pawon yang juga bisa kamu gunakan sebagai destinasi wisata sejarah. Letaknya berada di tengah pemukiman warga, tepatnya di Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Sejarawan memperkirakan kalau bangunan ini dibuat sekitar abad ke-9 pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Nama lainnya adalah Candi Brajranalan. Julukan tersebut diambil dari bahasa Sanskerta yaitu vajra berarti halilintar dan anala yang artinya api.
Selain itu, menurut kepercayaan masyarakat sekitar, bangunan tersebut dulunya digunakan untuk menyimpan senjata Vajranala milik Dewa Indra. Nah, kalau menurut Casparis sendiri tempat ini dulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenazah dari ayah Samaratungga.
Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini berbentuk seperti bujur sangkar dengan ukuran sisinya sekitar 10 meter dan tinggi keseluruhan mencapai 13,3 meter. Pada bagian kakinya atau batur memiliki tinggi 1,5 dan berhiasakan relief sulur dan bunga-bungaan. Di bagian tangganya terdapat makara dan ambang pintunya berhiaskan kepala kala.
Pada dindingnya juga terdapat beberapa relief seperti burung berkepala manusia, manusia yang bisa terbang, dan juga sebuah pohon. Relief tersebut tidak memiliki cerita karena berfungsi sebagai dekorasi saja.
Kemudian pada bagian badannya terdapat sebuah ruangan berukuran 2,65 x 2,64 meter. Ruangan tersebut dipercaya digunakan untuk meletakkan Arca Bodhosattva, namu keberadaan benda itu sekarang tidak diketahui lagi. Sementara itu, atapnya diepnuhi dengan stupa-stupa kecil.
Apakah kamu berminta untuk mengunjungi tempat ini? Jika iya, tiket masuknya seharga Rp10.000 dan buka muai dari jam 09.00-17.30 WIB.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
f. Candi Kalasan
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno terakhir yang bisa kamu baca pada artikel ini adalah Candi Kalasan. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 778 Masehi oleh Rakai Panangkaran.
Informasi tersebut didapatkan dari prasasti Kalasan yang ditemukan tidak jauh dari candi tersebut. Isinya adalah tentang pemuka agama yang menyarankan sang raja untuk membangun tempat pemujaan bagi Dewi Tara dan juga biara untuk para pendeta.
Candi Kalasan memiliki alas atau batur yang berukuran 45×45 meter. Di sini terdapat pahatan sulur dan bunga-bunga yang melambangkan kebahagiaan serta keberuntungan. Tinggi bangunannya sendiri sekitar 24 meter.
Bangunan ini memiliki empat buat pintu, namun hanya dua yang memiliki tangga. Pada pintu tersebut terdapat hiasan kepala Kala.
Sementara itu, pada tubuh candi terdapat banyak sekali relung-relung yang dipercaya sebagai tempat untuk meletakkan arca. Sayangnya, kebanyakan relung tersebut kini sudah kosong.
Untuk atapnya sendiri bisa dibilang merupakan ciri khas candi tersebut karena menyerupai puncak Meru. Di bagian ini terdapat sekitar 52 stupa dan beberapa patung Gana.
Hal istimewa lain yang dimiliki oleh candi ini adalah adanya ornamen yang dipahat dengan bgeitu halus dan dilapisi dengan bajralepa. Lapisan tersebut jarang ditemukan pada candi-candi lain. Fungsinya adalah untuk melindungi batu penyusunnya supaya tidak cepat aus.
Candi Kalasan juga dijadikan sebagai tempat wisata yang buka dari jam 8.00-17.00 WIB. Untuk tiketnya masuknya cukup membayar Rp5.000.
Baca juga: Candi-Candi Peninggalan yang Menjadi Bukti Peradaban Kerajaan Singasari
Ulasan Lengkap tentang Bangunan Purbakala Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Demikianlah informasi lengkap mengenai candi-candi peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Banyak sekali, kan? Ya, tidak mengherankan, sih, mengingat kerajaan tersebut pernah berkuasa selama ratusan tahun.
Nah, dari ulasan tersebut apakah kamu sudah menentukan candi mana yang akan kamu gunakan sebagai destinasi wisata? Manfaatnya tidak hanya untuk menyegarkan pikiran, tetapi juga untuk mengapresiasi peninggalan leluhur.
Kalau misalnya kamu masih ingin menyimak ifnormasi serupa tentang kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, mending langsung cek saja PosKata, ya! Di sini ada berbagai macam artikel yang sayang sekali untuk dilewatkan.