
Kamu tentunya tahu Candi Borobudur, kan? Bangunan warisan leluhur tersebut merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Nah, sejarah singkat dari Kerajaan Mataram Kuno bisa kamu simak di bawah ini!
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8 masehi. Kerajaan ini merupakan penerus dari Kalingga yang merupakan Kerajaan Hindu tertua di Jawa Tengah.
Berbeda dari yang lain, kerajaan tersebut dipimpin oleh dua dinasti yang berbeda di saat yang sama. Dinasti yang pertama adalah Syailendra yang beragama Buddha. Kemudian, yang satunya adalah Dinasti Sanjaya yang memeluk agama Hindu.
Nah, yang kamu baca barusan hanyalah secuil informasi dari sejarah Kerajaan Mataram Kuno. Kalau ingin menyimak lebih lanjut, langsung cek saja ulasaanya di bawah ini, yuk!
Candi-Candi yang Menjadi Bukti Kemegahan Kerajaan Mataram Kuno
Candi menjadi salah satu bukti nyata eksistensi peradaban sebuah kerajaan, termasuk Kerajaan Mataram Kuno. Kalau kamu ingin tahu apa saja candi yang menjadi peninggalan Kerajaan Mataram ...
Inilah Faktor-Faktor yang Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Apakah kamu sedang mencari tahu mengenai hal-hal yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno? Jika iya, tidak perlu bingung mencarinya ke mana-mana lagi karena kamu bisa langsung ...
Informasi Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Memimpin Mataram Kuno
Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang besar di Pulau Jawa. Kejayaan tersebut tentu saja bisa diraih berkat pemimpinnya. Nah, ulasan lengkap tentang silsilah raja-raja ...
Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Mataram Kuno
Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno dapat terungkap berkat peninggalan peradabannya. Salah satunya adalah lewat prasasti. Nah, kamu bisa menyimak informasi lengkap dari prasasti-prasasti ...
Lokasi Kerajaan Mataram Kuno
Letak dari Kerajaan Mataram Kuno ini diduga dulunya berada di Jawa Tengah. Kalau sekarang, kira-kira lokasinya berada di sekitar Magelang hingga Yogyakarta. Dulu wilayah tersebut juga dikenal sebagai Bhumi Mataram.
Ibukota kerajaan tersebut juga pernah pindah beberapa kali. Yang pertama dari Bhumi Mataramke Mamrati, kemudian dipindah lagi ke Poh Pitu. Setelah beberapa waktu, kemudian kembali lagi ke Bhumi Mataram.
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Tidak banyak sumber yang mencatat mengenai bagaimana berdirinya Kerajaan Mataran Kuno secara rinci. Namun, beberapa sumber mengatakan kalau kerajaan tersebut merupakan penerus dari Kerajaan Kalingga yang berdiri sekitar abad ke-6 Masehi.
Kerajaan Kalingga pecah menjadi dua setelah pemimpin terakhir, yaitu Ratu Shima meninggal pada tahun 695 Masehi. Pecahan tersebut adalah Kerajaan Bhumi Sambhara dan Kerajaan Bhumi Mataram.
Bhumi Sambhara memiliki wilayah kekuasaan di sekitar Magelang. Sementara itu, Bhumi Mataram berada di sekitar Yogyakarta.
Beberapa ratus tahun kemudian, muncullah nama Ratu Sanjaya. Dari prasasti Mantyasih, diperoleh informasi bahwa ia adalah pemimpin pertama dari Kerajaan Mataram Kuno. Ia merupakan keturunan dari Kerajaan Bhumi Mataram.
Baca juga: Ulasan Lengkap Silsilah Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Majapahit
Nama Raja-Raja yang Pernah Menduduki Singgasana Kerajaan Mataram Kuno
Seperti yang mungkin tadi sudah kamu baca, kerajaan ini dipimpin oleh beberapa dinasi. Nah, berikut adalah silsilah dari raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno:
1. Sri Sanjaya
Nama Sri Sanjaya sebagai raja Kerajaan Mataram Kuno pertama kali muncul saat prasasti Canggal dan Mantyasih ditemukan. Ia diperkirakan mulai berkuasa sekitar tahun 732–760 Masehi. Akan tetapi, ada pula ahli sejarah yang yang menyebutkan bahwa kekuasaanya terjadi sekitar tahun 717–746 Masehi.
Pada masa pemerintahannya, kerajaan tersebut bercorak agama Hindu Siwa. Hal tersebut berdasarkan tulisan pada prasasti Canggal yang berisi tentang pembangunan candi untuk memuja Dewa Siwa.
Dalam prasasti tersebut juga menyebutkan bahwa sebelum pemerintahannya, wilayah tersebut sudah dipimpin oleh Sanna. Ketika keadaan kacau dan Sanna gugur karena peperangan, Sanjaya kemudian mengambil alih pemerintahan.
Kerajaan tersebut kemudian lebih dikenal dengan nama Medang. Sang raja dikenal sebagai pemimpin yang baik dan bijaksana.
2. Rakai Panangkaran
Setelah Sri Sanjaya wafat, kekuasaan kemudian jatuh ke tangan Rakai Panangkaran. Pada masa kepemimpinannya, Kerajan Mataram Kuno berganti menjadi bercorak agama Buddha Mahayana.
Mengenai pergantian tersebut, para ahli memiliki beberapa teori. Yang pertama dari Van Naerssen mengatakan kalau ia adalah putra Sanjaya yang ditaklukkan oleh Wangsa Syailendra. Maka dari itu, corak kerajaan kemudian berubah.
Selanjutnya, teori yang kedua disampaikan oleh Prof. Perbatjaraka. Ia mengatakan kalau baik Sri Sanjaya dan Rakai Panangkaran berasal dari Dinasti Syailendra. Sebelum meninggal, Sanjaya menyuruh anaknya untuk memeluk agama Buddha.
Teori terakhir diungkapkan oleh Slamet Muljana yang mengatakan bahwa Rakai Panangkaran adalah pemimpin dari Wangsa Syailendra yang kemudian merebut Kerajaan Medang dari tangan Wangsa Sanjaya.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
3. Rakai Panunggalan
Raja Mataram Kuno yang aslinya bernama Dharanindra ini diketahui naik tahta sekitar tahun 782 Masehi. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai ke Indocina.
Mengenai asal-usul Rakai Panunggalan juga menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Namanya ditemukan dalam prasasti Kelurak yang terbit pada tahun 728 Masehi.
Di situ, ia dijuluki sebagai penumpas musuh-musuh perwira atau Wairiwarawiramardana. Setelah dipadukan dengan prasasti Po Ngar, Slamet Muljana kemudian menyimpulkan kalau nama asli Rakai Panangkaran adalah Dharanindra.
Sang raja juga berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang kemudian dijuluki sebagai Wisnu. Akan tetapi, sejarawan yang lain mengatakan kalau Dharanindra dan Rakai Panunggalan adalah orang yang berbeda.
4. Rakai Warak
Silsilah raja yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno kemudian dilanjutkan oleh Sri Maharaja Rakai Warak. Hal tersebut tertulis dalam prasasti Mantyasih yang memuat daftar nama-nama penguasa kerajaan tersebut.
Rakai Warak diperkirakan naik tahta sekitar tahun 800 Masehi. Sayangnya tidak banyak informasi yang menuliskan tentang raja keempat Kerajaan Mataram Kuno ini.
Hanya saja, Slamet Muljana berteori bahwa nama asli dari sang raja adala Samaragrawijaya. Hal tersebut didapatnya setelah membandingkan dan menganalisa beberapa prasasti yang saling berkaitan.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
5. Rakai Garung
Rakai Garung merupakan raja kelima yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno. Ia memerintah mulai tahun 828 hingga 847 Masehi dengan gelar Sri Maharaja Rakai Garung.
Sebelum menjadi raja, dalam prasasti Pengging disebutkan bahai dirinya adalah Rakaryan i Garung yang merupakan pejabat penting kerajaan. Sama seperti pendahulunya, asal-usul mengenai dirinya juga masih simpang siur.
Slamet Mulajana berteori bahwa Rakai Garung dan Samaratungga adalah orang yang sama. Sementara itu, De Casparis mengidentifikasi sang raja dengan seorang tokoh bernama Dang Karayan Partapan Pu Palar.
6. Rakai Pikatan
Sepeninggal Rakai Garung, sejarah pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno kemudian diteruskan oleh Rakai Pikatan sekitar tahun 840 Masehi. Menurut tulisan yang terpahat pada prasasti Munduan, ia menjabat sebagai Rakai Patapan sebelum naik tahta.
Ia menjadi raja setelah menikah dengan putri dari Rakai Garung atau Samaratungga yang bernama Pramodawardhani. Pada awalnya, hubungan mereka mendapatkan pertentangan karena perbedaan agama.
Diketahui, Rakai Pikatan berasal dari Wangsa Sanjaya sehingga memeluk agama Hindu Siwa. Sementara itu, Pramodawardhani merupakan keturunan Syailendra yang berada Buddha.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Rakai Garung kemudian memberikan restunya. Pernikahan pasangan tersebut jugalah yang membuka jalan bagi kedua wangsa, yaitu Sanjaya dan Syailendra untuk berdamai.
Pada masa pemerintahannya, Rakai Pikatan memindah ibukota ke Mamratipura yang berada di wilayah Mamrati. Selain itu, ia juga banyak membangun candi.
Rakai Pikatan cukup lama menjadi raja, yaitu selama kurang lebih 26 tahun. Setelah itu, ia memilih untuk turun tahta dan memutuskan untuk menjadi brahmana.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
7. Rakai Kayuwangi
Di urutan selanjutnya adalah Rakai Kayuwangi. Ia mulai memerintah sekitar tahun 856 Masehi dengan gelar Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala Sri Sayyawasanottunggadewa.
Raja yang memiliki nama asli Dyah Lokapala ini merupakan anak bungsu dari Rakai Pikatan. Ia diangkat menjadi raja karena jasanya yang telah menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni pada masa pemerintahan sang ayah.
Selama menjalani kekuasaan, sang raja pernah mengalami peristiwa memilukan. Istrinya, yaitu Rakryan Manak, dan anaknya yang bernama Dyah Bhumijaya diculik. Penculiknya ternyata adalah Rakryan Landhayan, yang ternyata saudara sang istri.
Anaknya bisa meloloskan diri dan ditemukan oleh pemuka desa Wuatan Tija. Sementara itu, sang istri memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
8. Rakai Watuhumalang dan Dyah Balitung
Dalam catatan sejarah yang tertulis pada prasasti Mantyasih, pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno kemudian jatuh ke tangan Sri Raja Rakai Watuhumalang pada tahun 882 Masehi. Sayangnya tidak banyak informasi mengenai raja kedelapan ini. Ia turun tahta pada tahun 899 Masehi.
Setelah itu, kerajaan tersebut dipimpin oleh Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukara. Menurut analisis para sejarawan, ia merupakan menantu dari Rakai Watuhumalang. Pada waktu itu, masa pemerintahannya mencakup Jawa Tengah hingga Bali.
Baca juga: Faktor-Faktor yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
9. Raja-Raja yang Lain
Sepeninggal Dyah Balitung, Raja Daksa naik tahta pada tahun 915 Masehi. Ia adalah saudara ipar dari Dyah Balitung. Ia menjabat sebagai raja hanya sekitar empat tahun saja sebelum digantikan oleh Dyah Tulodong.
Dyah Tulodong merupakan menantu dari Raja Daksa. Gelarnya adalah Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodong Sri Sajjana Sanmatanuraga Uttunggadewa. Ia menjadi raja menggantikan sang mertua mulai tahun 919 Masehi.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 924, ia digantikan oleh Dyah Wawa. Menurut para ahli sejarah, Dyah Wawa bisa menjadi raja setelah melakukan kudeta terhadap pemerintahan Dyah Tulodong.
Dalam kudeta tersebut, dirinya dibantu oleh Mpu Sendok. Setelah naik tahta, sang raja kemudian bergelar Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga.
Pemerintahan Dyah Wawa ini merupakan era terakhir dari sejarah peradaban Kerajaan Mataram Kuno. Runtuhnya kerajaan tersebut disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah bencana alam. Setelah itu, tumpu kekuasaan diambil alih oleh Mpu Sendok dan dipindahkan ke Jawa Timur.
Baca juga: Nama Para Raja yang Pernah Memerintah Kerajaan Kutai
Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno memiliki beberapa peninggalan yang dapat mengungkapkan eksistensinya. Adapun penjelasan lengkapnya bisa kamu simak di bawah ini!
1. Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Beberapa prasasti sejarah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno adalah sebagai berikut:
a. Prasasti Mantyasih
Benda purbakala ini diterbitkan pada tahun 828 Masehi oleh Dyah Balitung. Prasasti yang terbuat dari lempengan tembaga tersebut ditemukan di kampung Matese, Magelang Utara, Jawa Tengah.
Isinya adalah tentang nama-nama raja sebelumnya yang pernah memimpin Kerajaan Mataram Kuno. Hal tersebut tertulis pada prasasti bagian b di baris 7 hingga 9.
Pada prasasti ini juga tertulis mengenai penunjukkan desa Balitung sebagai daerah perdikan atau bebas pajak. Selain itu, diberikan juga sebuah anugerah kehormatan untuk lima orang patih yang sudah berjasa.
b. Prasasti Canggal
Prasasti yang merupakan peninggalan Dinasti Sanjaya ini ditemukan di halaman Candi Wukir. Tepatnya berada di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno ini diterbitkan pada tahun 732 Masehi. Tulisannya terdiri dari 12 bait yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta.
Isinya adalah tentang Raja Sanjaya yang mendirikan lambang Siwa tau lingga di Desa Kunjarakunja. Di sini juga tertulis mengenai asal-usul sang raja yang merupakan anak dari Sannaha. Sannaha adalah saudara perempuan dari Sanna yang sebelumnya merupakan pemimpin kerajaan tersebut
Baca juga: Benda-Benda Bersejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit
c. Prasasti Kalasan
Selanjutnya, benda purbakala ini ditemukan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Jogjakarta. Prasasti tersebut terbuat dari batu andesit yang diterbitkan pada tahun 778 Masehi. Di situ, terpahat tulisan sejumlah 14 baris yang ditulis menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pranagari.
Prasasti Kalasan berisikan tentang pembangunan tempat suci untuk Dewi Tara. Bagi yang belum tahu, Dewi Tara merupakan salah satu dewi yang dijunjung dalam kepercayaan Buddha Mahayana. Selain itu, dibangun pula sebuah biara untuk para bhiksu.
Bangunan suci untuk Dewi Tara tersebut sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan. Nama lainnya adalah Tarabhavanam.
d. Prasasti Sojomerto
Benda bersejarah Kerajaan Mataram Kuno dari Wangsa Sailendara ini diperkirakan sudah ada sekitar abad ke-8 Masehi. Sama seperti namanya, benda terebut ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Prasasti Sojomerto ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Kawi. Tulisan yang terukir pada batu tersebut berjumlah 11 baris. Sayangnya, ada sebagian tulisan tersebut tidak dapat dibaca karena sudah aus.
Peninggalan ini terbuat dari batu andesit dengan panjang sekitar 45 cm, tinggi 80 cm, dan tebal 30 cm. Isinya adalah tentang Dapunta Salendra yang menurut Prof. Drs. Boechari merupakan leluhur yang menurunkan Wangsa Syailendra.
Baca juga: Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya
e. Prasasti Kayumwungun
Pada saat ditemukan, prasasti sejarah Kerajaan Mataram tersebut sudah terbagi-bagi menjadi lima bagian. Namun entah apa terjadi, beberapa bagiannya hilang dan tidak ditemukan lagi. Lokasi penemuannya adalah di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.
Prasasti yang juga dikenal dengan nama Karantengah ini ditulis menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno. Sementara itu, penulisannya menggunakan huruf Jawa Kuno.
Salah satu bagian yang masih tersisa diberi nama D27 dan disimpan di Museum Nasional. Pecahan yang berukuran 39 x 46 x 12 cm ini tulisannya tidak dapat dibaca karena sudah tidak jelas.
Kemudian bagian lain yang diberi nama D34 berukuran 59 x 40 x 8,5 cm. Isinya cukup jelas yaitu tentang Pramodawardhani yang membangun tempat suci bernama Jinalaya dan Wenuwana.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
2. Candi
Beberapa candi yang dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Mataram Kuno adalah sebagai berikut:
a. Candi Borobudur
Bangunan sejarah Kerajaan Mataram Kuno ini yang dibuat pada masa kepemimpinan Samaratungga yang berasal dari Dinasti Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. Lokasinya berada di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Candi Borobudur merupakan candi bercorak Buddha yang terbesar di dunia. Di sana, ditemukan sekitar 504 arca Buddha dan dindingnya dihiasi lebih dari 2.000 relief. Bentuk dari peninggalan tersebut berupa punden berundak. Panjang keseluruhan mencapai 121,66 meter, tinggi 35,4 meter, dan lebar 121,38 meter.
Peninggalan purbakala ini dulunya sempat terabaikan selama ratusan tahun dan tertutup oleh abu vulkanik. Bangunan tersebut kemudian ditemukan kembali oleh Hermanus Christaan Conelius pada tahun 1814 atas suruhan Thomas Raffles.
b. Candi Prambanan
Peninggalan yang juga disebut sebagai Candi Roro Jonggrang ini berlokasi di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi tersebut mulai didirikan pada masa pemerintahan Rakai Pikatan. Kemudian, ditemukan kembali pada tahun 1733 oleh CA. Lons.
Prambanan merupakan candi Hindu paling besar di Indonesia. Bahkan, tempat ini sudah terdaftar sebagai salah satu situs warisan dunia oleh Unesco. Selain itu, candi tersebut juga disebut sebagai tempat purbakala paling indah di Asia Tenggara.
Bangunan yang dibangun pada abad ke-9 ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat ibadah untuk menyembah Trimurti atau tiga dewa utama dalam agama Hindu. Mereka adalah Dewa Brahma yang menciptakan, Dewa Siwa yang memusnahkan, dan Dewa Wisnu yang memelihara.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menunjukkan Eksistensi Kerajaan Tarumanegara
c. Candi Plaosan
Selanjutnya, ada juga Candi Plaosan yang menjadi bukti cinta Rakai Pikatan untuk Parmodawardhani. Candi ini memang bercorak agama Buddha, tapi arsitekturnya merupakan gabungan bangunan khas Hindu.
Lokasinya kira-kira sekitar 1 km dari Candi Prambanan. Tepatnya, berada di kompleks percandian Dukuh Plaosan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Percandian ini terbagi menjadi dua, yaitu Plaosan Lor dan Plaosan Kidul.
Pada Candi Plaosan Lor terdapat dua candi utama. Yang pertama adalah candi induk utara yang terpahat relief-relief wanita, sementara pada candi induk selatan terpahat relief laki-laki.
Berbeda dari Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul tidak memiliki candi utama. Bahkan, sebagain besar candi-candinya sudah runtuh.
d. Candi Sewu
Para ahli memperkirakan Candi peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno ini dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Kemudian, dilanjutkan dan ditambah lagi pada masa kepemimpinan Rakai Pikatan.
Letaknya berada di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Di komplek percandian tersebut sebenarnya hanya berjumlah 249 candi saja. Namun kemudian, dinamakan Candi Sewu berdasarkan legenda Roro Jonggrang.
Sayang sekali, banyak dari candi-candi tersebut yang mengalami kerusakan parah akibat gempa yang mengguncang Jogja pada tahun 2006 lalu. Beruntungnya, candi utama masih bisa dipugar dan diselamatkan.
e. Candi Mendut
Candi Mendut merupakan bangunan sejarah peninggalan terakhir dari Kerajaan Mataram Kuno yang bisa kamu baca di sini. Bangunan tersebut didirikan sekitar tahun 824 Masehi oleh Dinasti Syailendra. Lokasinya di Kota Mungkid, Kabupaten Magelang.
Bangunan yang tersusun dari batu alam dan bata merah ini tinggi sekitar 26,4 meter. Atapnya terdiri dari 48 stupa kecil.
Sementara itu, pada dinding candi tersebut terpahat relief-relief yang unik dan masih terlihat jelas. Contohnya adalah relief Pancatantra, Angsa dan Kura-Kura, Dharmabuddhi dan Dustabuddhi, dan Dua Burung Betet.
Baca juga: Candi-Candi Peninggalan yang Menjadi Bukti Peradaban Kerajaan Singasari
Fakta Menarik dari Kerajaan Mataram Kuno
Kamu tentunya sudah puas menyimak informasi mengenai letak, silsilah raja, serta peninggalan sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno ini, kan? Selanjutnya, ada fakta menarik dari kerajaan tersebut yang sayang banget kalau dilewatkan.
1. Terletak di Daerah yang Subur
Lokasi dari Kerajaan Mataram Kuno ini berada di daerah yang dikelilingi oleh beberapa gunung. Sebut saja Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, dan Gunung Lawu.
Tak hanya gunung, wilayah kerajaan juga dikeliling oleh beberapa sungai seperti Progo, Bengawan Solo, dan Bogowonto. Karena faktor-faktor tersebutlah, tanah di wilayah ini begitu subur. Maka dari itu, tidak mengherankan jika kerajaan ini mengandalkan sektor pertanian.
2. Menjunjung Tinggi Toleransi
Seperti yang telah kamu baca pada ulasan sejarah Kerajaan Mataram Kuno di atas, kerajaan ini dipimpin oleh dinasti yang memiliki agama berbeda. Syailendra yang memeluk Buddha, sementara Sanjaya beragama Hindu.
Meskipun memiliki agama yang berbeda, masyarakatnya dapat hidup rukun dan bisa berdampingan dengan baik. Toleransi tersebut semakin nyata saat Rakai Pikatan berkuasa. Pada masa pemerintahannya, banyak dibangun candi-candi Buddha yang berdampingan dengan Candi Hindu.
Baca juga: Ulasan Mengenai Letak Kerajaan Majapahit yang Menjadi Teka-Teki
Sudah Puas Menyimak Ulasan Sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno Ini?
Demikianlah informasi mengenai sejarah Kerajaan Mataram, mulai dari letak hingga fakta menariknya yang bisa kamu simak di sini. Bagaimana? Semoga saja setelah membacanya, kamu bisa mendapatkan pengetahuan baru, ya!
Nah, bagaimana jika kamu ingin membaca ulasan tentang kerajaan lain di nusantara? Nggak perlu bingung karena kamu juga bisa menemukannya di sini. Contohnya ada Kerajaan Tarumanegar, Majapahit, Sriwijaya, dan masih banyak lagi.