Selain prasasti dan karya sastra yang berupa kitab, Kerajaan Majapahit juga memiliki peninggalan sejarah berupa candi. Apa sajakah itu? Langsung cek saja berikut ini, yuk!
Sebagai sebuah kerajaan terbesar pada abad ke-13, Kerajaan Majapahit tentu saja memiliki banyak sekali benda-benda peninggalan yang begitu berharga. Selain prasasti dan kitab, peninggalan Kerajaan Majapahit yang terkenal lainnya adalah candi.
Candi-candi tersebut dulunya digunakan sebagai tempat pemujaan atau berdoa, baik untuk umat Hindu maupun Buddha. Karena seperti yang mungkin telah kamu tahu, pada era sekarang, umat Hindu dan Buddha hidup berdampingan dengan baik.
Gimana? Apakah kamu sudah tidak sabar untuk membaca informasi mengenai candi apa saja yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit? Nggak usah kebanyakan basa-basi lagi, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Memiliki Nilai Sejarah
Berikut adalah kesepuluh candi dari Kerajaan Majapahit yang bisa kamu simak ulasannya di artikel ini:
1. Candi Cetho
Salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Majapahit ini berlokasi di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Candi ini terletak di ketinggian 1.496 m di atas permukaan laut. Catatan ilmiah tentang candi tersebut baru dilaporkan pada tahun 1842 oleh arkeolog Belanda bernama Van De Vlies.
Beberapa ratus tahun kemudian, tepatnya tahun 1928, barulah dilakukan penggalian oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Pada saat ditemukan, bangunan tersebut ditemukan dalam keadaan puing-puing yang memiliki 14 punden bertingkat. Namun setelah itu, hanya tersisa 13 punden saja dengan pemugaran pada 9 pundennya.
Pada sisi-sisi candi yang bercorak Hindu tersebut ditemukan relief yang menceritakan tentang tokoh bernama Sudamala dan Garudeya. Diduga, tempat ini dulunya digunakan untuk acara ruwatan. Kalau sekarang, candi ini biasanya digunakan sebagai tempat sembahyang agama Hindu dan juga bertapa untuk penganut Kejawen.
Sayangnya, pada tahun tahun 1970, pemugaran secara sepihak dilakukan oleh salah satu orang kepercayaan Presiden Soeharto. Akibatnya, banyak arkeolog yang tidak suka dan mengkritik karena struktur pada candi tersebut banyak sekali diubah. Karena pemugaran candi seharusnya dipelajari dengan lebih dalam dan tidak dilakukan oleh sembarang orang.
Selain digunakan untuk melakukan ritual keagamaan, Candi Cetho juga dibuka sebagai obyek wisata. Kamu cukup membayar Rp10.000 untuk dapat menikmati keindahan wisata bersejarah ini. Hanya saja ketika memasuki candi tersebut, wisatawan harus menggunakan kain poleng sebagai bentuk penghormatan.
2. Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu tersebut merupakan salah satu obyek wisata peninggalan Kerjaan Majapahit yang cukup terkenal di Trowulan, Mojokerto. Bukan hanya karena bentuk candinya yang unik, tetapi juga karena keindahan tempat di sekitarnya yang sayang sekali jika dilewatkan.
Nama candi tersebut berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata bajang yang berarti kerdil dan ratu yang berarti raja. Nama ini dikaitkan dengan Raja Jayanegara yang pada saat itu naik tahta di usia yang masih sangat muda.
Sama seperti candi yang sebelumnya, Bajang Ratu terbuat dari batu bata merah. Candi tersebut memiliki bentuk seperti gapura yang diduga merupakan salah satu pintu untuk masuk ke Kerajaan Majapahit. Peninggalan bersejarah yang terletak di ketinggian 41.49 meter di atas permukaan laut ini memiliki panjang 11,5 meter, lebar 10,5 meter, dan tinggi 16,5 meter.
Di bagian kanan dan kiri candi terdapat sayap. Sementara itu, di dalamnya membentuk lorong cukup luas dari barat ke timur. Untuk atapnya sendiri memiliki menyerupai gunung dan memiliki puncak persegi. Di badan candi terdapat relief-relief cukup rumit yang biasanya digunakan sebagai penolak bala atau penangkal bahaya.
Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke-14 ini memang awalnya merupakan sebuah pintu masuk. Namun setelah Raja Jayanegara meninggal, bangunan tersebut kemudian digunakan sebagai tugu untuk memperingati wafatnya. Nah, buat kamu yang nantinya ingin berkunjung ke sini, cukup merogoh kocek sebesar Rp3.000 untuk dapat masuk ke kawasan candinya.
3. Candi Sukuh
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang bernama Sukuh ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1437 Masehi. Letaknya berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Bangunan ini baru ditemukan oleh seorang arkeolog pada tahun 1815, tetapi baru benar-benar dilestarikan oleh Dinas Purbakala pada tahun 1917.
Bangunan yang berada di lereng kaki Gunung Lawu tersebut bercorak Hindu dan merupakan candi peninggalan umat Hindu terakhir sebelum Kerajaan Majapahit runtuh. Candi ini terdiri dari tiga teras yang bersusun.
Di teras pertama, ada sebuah gapura dan sengkalan memet yang berupa gajah yang sedang memakai sorban dan mengigit seekor ular. Di lorong teras ini pula ditemukan patung berupa lingga dan yoni yang merupakan gambaran dari alat kelamin perempuan dan laki-laki. Kedua patung tersebut melambangkan kesuburan.
Kemudian di teras kedua terdapat patung penjaga pura tersebut, yaitu Dwarapala. Sayangnya, keadaan gapura pada teras ini sudah tidak terlalu bagus. Sementara itu, ada sebuah pelataran yang cukup luas di teras ketiga. Di sini terdapat tempat pemujaan dan juga beberapa relief.
Konon, tujuan dibangunnya candi tersebut adalah sebagai tempat untuk ruwatan. Untuk yang belum tahu, ruwatan adalah proses untuk menangkal atau melepaskan pengaruh kekuatan buruk yang berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Para ahli bisa bertanya demikian karena pada relief-relief candi terdapat cerita Sudamala dan Garudeya.
Sama seperti peninggalan lainnya, candi yang mengalami pemugaran pada tahun 1928 ini pun dijadikan obyek wisata. Bahkan, tidak jarang banyak yang menggunakannya sebagai lokasi pre-wedding karena lokasi sekitarnya yang indah. Untuk biaya masuknya sendiri cukup terjangkau, yaitu hanya Rp7.000 per orang dan bukan dari jam delapan pagi.
4. Candi Brahu
Candi Brahu adalah salah satu candi bersejarah peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Letaknya berada di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Bangunan tersebut kira-kira dibangun pada abad ke-15 Masehi dan menggunakan susuman batu bata merah.
Bata merah merupakan salah satu ciri khas peninggalan Kerajaan Majapahit. Nah, nama Candi Brahu sendiri diduga bersal dari kata Wanaru atau Warahu yang memiliki arti bangunan suci.
Peninggalan tersebut memiliki panjang 22,5 meter, lebar 18 meter, dan tinggi 20 meter. Sementara itu, relief candinya merupakan perpaduan dari agama Hindu dan Buddha. Candi ini dulunya digunakan sebagai tempat pemujaan untuk para dewa karena di dalamnya terdapat sebuah tempat yang menyerupai altar.
Mengenai candi tersebut, ada ahli yang berpendapat kalau dulunya tempat tersebut digunakan untuk membakar jenazah para raja yang meninggal. Namun pada saat dilakukan pemugaran tahun 1990 hingga 1995 lalu, tidak ditemukan bukti sedikitpun mengenai hal itu.
Pada saat ditemukan, dulu ada beberapa candi-candi kecil yang berada di sekitarnya. Contohnya adalah Candi Gedung, Candi Tengah, Candi Muteran, dan Candi Gentong. Hanya saja, candi-candi tersebut sekarang hanya tinggal reruntuhannya saja.
Apabila tertarik untuk mengunjungi Candi Brahu, tiket masuknya cukup murah, kok. Kamu hanya perlu membayar Rp3000 dan sudah menikmati kemegahan salah satu candi pada zaman Kerajaan Majapahit ini.
5. Candi Wringin Branjang
Bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit selanjutnya adalah Candi Wringin Branjang yang terletak di kaki Gunung Gedang, Blitar. Berbeda dari candi-candi sebelumnya, bentuk Candi Wringin Branjang terlihat begitu sederhana. Badannya berbentuk persegi empat dan atapnya menyerupai limas.
Penamaan candi yang menghadap ke selatan ini diambil dari kata wringin yang berarti pohon beringin dan branjang yang artinya terjebak. Nama tersebut dipilih karena dulu saat ditemukan, candi tersebut terlilit oleh akar pohon beringin.
Candi yang diperkirakan dibandung pada tahun 1309 Masehi ini tidak dibangun menggunakan batu bata merah, melainkan batu andesit. Lebar candi tersebut 300 meter, panjangnya 400 meter, dan tingginya 500 meter.
Semenjak pertama kali ditemukan, Wringin Branjang yang berupa tubuh dan kepala candi ini belum pernah dipugar. Maka dari itu, banyak ahli yang berpendapat bahwa mungkin kaki candinya masih berada di bawah tanah.
Salah satu candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini dulunya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan alat upacara. Selain itu, tempat yang berorientasi di Puncak Gunung Kelud tersebut digunakan juga sebagai tempat untuk memberikan persembahan untuk supaya saat gunung meletus, orang-orang tetap diberikan keselamatan.
Apabila kamu ingin berkunjung, lebih baik menggunakan kendaraan beroda dua. Selain itu, karena tidak terlalu banyak petunjuk arah di candi ini, jangan malu untuk bertanya pada warga sekitar. Dan satu lagi, pergilah ke tempat ini saat musin kemarau untuk menghindari jalanan yang licin.
6. Candi Pari
Salah satu bukti kemegahan peninggalan Kerajaan Majapahit bisa kamu lihat pada bangunan Candi Pari. Bangunan kuno ini berada di dekat pemukiman penduduk, tepatnya terletak di Desa Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Maka dari itu, disebut Candi Pari.
Para ahli berpendapat bahwa bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yaitu sekitar tahun 1371 Masehi. Bangunan candi yang terbuat dari bata merah tersebut berbentuk bangunan persegi empat dengan atap menyerupai candi-candi yang banyak ditemukan di Kamboja dan Vietnam.
Mengapa demikian? Hal itu dikarenakan pada zaman dahulu Kerajaan Majapahit menjalin hubungan yang baik dengan kedua kerajaan itu. Maka dari itu, sedikit banyak arsitektur bangunan dari kerjaan tersebut mempengaruhi bentuk candi ini.
Pada saat ditemukan, Candi Pari sudah dalam keadaan yang cukup rusak. Di dalamnya terdapat arca-arca yang beberapa di antaranya kemudian dipindahkan ke Jakarta. Bangunan tersebut kemudian dipugar pada sekitar tahun 1994 hingga 1999 dengan mempertahankan bentuk aslinya.
Ada banyak legenda yang menyertai candi tersebut. Salah satunya adalah candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan untuk sepasang suami istri membantu Kerajaan Majapahit menyediakan hasil panen berupa beras ketika banyak wilayah sedang mengalami gagal panen.
Nah, tak jauh dari Candi Pari, ada candi lain yang juga bisa dikunjungi, yaitu Candi Sumur. Kedua candi tersebut dibangun pada saat yang bersamaan. Konon, Candi Pari merupakan candi lanang atau laki-laki, sementara Candi Sumur itu adalah candi perempuan.
Jika kamu penasaran dan ingin pergi berwisata ke sini, kamu cukup membayar Rp3.000 dan sudah bisa menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Candi tersebut biasanya beroperasional setiap hari dari jam delapan pagi.
7. Candi Jabung
Bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit ini dinamakan Candi Jabung karena lokasinya berada di Desa Jabung, Kecamatan, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Candi tersebut didirikan sekitar tahun 1354 Masehi.
Candi ini merupakan bangunan yang bercorak Buddha, tepatnya aliran Mahayana. Tempat tersebut pernah dipugar pada tahun 1983 hingga 1987 lalu.
Sementara itu, dalam Kitab Negarakertagama diceritakan bahwa Raja Hayam Wuruk yang sedang memantau keadaan rakyatnya pernah singgah ke candi tersebut pada tahun 1359. Ia singgah bersama dengan beberapa anggota keluarga kerajaan dan beberapa pengikut setianya.
Bangunan yang terlihat kokoh tersebut memiliki panjang sekitar 13 meter, dengan tinggi kurang lebih 15,5 meter, dan lebar sekitar 9 meter. Candi yang juga terbuat dari bata merah tersebut memiliki tiga struktur bangunan yang berbeda.
Kakinya terlihat tinggi dan begitu kokoh dengan badan yang berbentuk silinder. Sementara itu, atapnya menyerupai bentuk stupa yang bagian atasnya sudah hancur.
Pada dinding candi tersebut, kamu juga dapat menemukan relief-relief yang terukir dengan indah. Relief tersebut menceritakan tentang kehidupan sehari-hari. Beberapa relief yang ada di candi tersebut adalah relief Sri Tanjung yang begitu setia pada suaminya, seorang pertapa yang sedang mengajar para murid, dan juga relief rumah dan pohon.
Apakah kamu tertarik untuk melakukan perjalanan wisata sejarah ke tempat ini? Jika iya, langsung saja datang ke sini. Tidak perlu memusingkan tarif karena untuk masuk ke tempat ini tidak dipungung biaya, kamu cukup melapor kepada petugas yang sedang berjaga saja.
8. Candi Wringin Lawang
Ulasan peninggalan Kerajaan Majapahit selanjutnya adalah Candi Wringin Lawang. Bangunan yang terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur tersebut kurang lebih dibangun pada abad ke-14.
Nah, untuk penamaannya sendiri berasal dari kata wringin yang artinya beringin dan lawang yang berarti pintu. Konon pada saat dulu ditemukan, di dekat candi yang berbentuk pintu atau gapura tersebut terdapat pohon beringin.
Bangunan yang terbuat dari batu bata merah ini memiliki tinggi sekitar 15,5 meter, dengan panjang 13 meter, dan lebar 11 meter. Tujuan dibangunnya candi tersebut masih menjadi misteri. Namun saat melihat bentuknya yang merupakan candi tanpa atap, biasanya berfungsi sebagai gerbang paling luar pada sebuah komplek tempat tinggal.
Para ahli berpendapat bahwa Candi Wringin Lawang merupakan salah satu pintu gerbang untuk menuju pusat Kerajaan Majapahit. Selain itu, ada pula yang mengatakan kalau bangunan tersebut merupakan gapura tempat kediaman Patih Gajah Mada.
Candi Wringin Lawang yang dulunya disebut Gapura Jati Pasar ini pernah dipugar pada tahun 1991 hingga tahun 1995. Pondasinya berbentuk persegi panjang dengan bagian atapnya berupa piramida bersusun.
Pada banguan ini tidak ditemukan relief apa pun. Akan tetapi, di sini terdapat sebuah tempat yang berguna untuk berdoa dan meletakkan sesajen. Untuk tiket masuknya sendiri cukup murah, yaitu hanya Rp3.000 saja.
9. Candi Tikus
Peninggalan Kerajaan Majapahit selanjutnya yang cukup populer adalah Candi Tikus. Bangunan tersebut masih berada dalam situs Trowulan, tepatnya berada di Dusun Kraton, Desa Temon.
Candi Tikus diperkirakan dibangun sekitar abad ke-13 hingga 14 Masehi. Bangunan ini ditemukan kembali pada tahun 1914 oleh R.A.A Kromojoyo Adinegoro yang merupakan Bupati Mojokerto yang menjabat pada saat itu.
Penemuannya pun bisa dibilang tidak sengaja. Pada saat itu, sang bupati beserta para warga sedang mengadakan kegiatan pengejaran terhadap tikus-tikus karena sudah begitu meresahkan di Desa Temon. Ketika melakukan pengejaran, mereka melihat sekumpulan tikus masuk ke dalam gundukan yang cukup tinggi.
Awalnya, mereka menggali gundukan tersebut berniat untuk memusnahkan sekumpulan tikus yang mengganggu. Namun setelah digali, ternyata terdapat sebuah candi di dalamnya. Hal itu pula yang membuat bangunan tersebut dinamakan Candi Tikus.
Candi Tikus ini kalau dilihat memang seperti sebuah pertirtaan atau pemandian yang biasanya digunakan oleh keluarga raja. Namun, beberapa ahli berpendapat kalau tempat tersebut hanya digunakan sebagai penampungan dan penyaluran air saja.
Sama seperti beberapa obyek wisata candi sebelumnya, untuk masuk ke sini kamu cukup merogoh kocek sebesar Rp3.000 saja. Dengan harga yang begitu murah, kamu sudah bisa mendapatkan foto yang keren dengan latar belakang peninggalan Kerajaan Majapahit yang begitu bersejarah.
10. Candi Surawana
Bangunan dari peninggalan Kerajaan Majapahit terakhir yang ulasannya bisa kamu temukan di sini adalah Candi Surawana yang dibangun sekitar tahun 1390. Candi tersebut terbuat dari batu andesit, bukan menggunakan batu bata merah sama seperti peninggalan Kerajaan Majapahit pada umumnya.
Letaknya berada di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Bangunan ini tidak terlalu besar, yaitu hanya 8 x 8 m² karena hanya merupakan bagian kaki candi. Sementara itu, bagian badan dan atapnya sudah rusak.
Pada kaki candi inilah terdapat relief yang menceritakan beberapa kisah. Pada bagian bawah berkisah tentang cerita Tantri. Sementara itu, di bagian atasnya terdapat kisah Arjunawiwaha, Bubuksah, Sri Tanjung, serta Gagak Aking.
Candi Surawana ini sudah pernah mengalami pemugaran. Hanya saja, bangunannya tetap tidak bisa kembali seperti semula karena memang sudah banyak bagian yang hancur.
Tidak hanya sebagai obyek wisata, tempat ini ternyata masih berfungsi sebagai tempat beribadah. Biasanya, tempat ini digunakan untuk berdoa oleh umat Hindu yang berasal dari Bali. Nah, kalau kebetulan sedang diadakan sembahyang di sini, pengunjung yang lain tidak diperbolehkan untuk berada di sekitar candi.
Untuk biaya masuknya sendiri tidak diberlakukan tarif yang pasti. Akan tetapi pengunjung bisa memberikan seikhlasnya. Selain itu, jangan lupa untuk mengisi buku pengunjung yang diberikan oleh petugas.
Informasi Mengenai Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit
Demikianlah ulasan lengkap dari peninggalan Kerjaan Majapahit berupa candi yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja bisa menambah pengetahuan dan juga referensi untuk melakukan wisata sejarah yang menarik.
Buat yang masih ingin membaca lebih detail mengenai Kerajaan Majapahit, mending langsung saja simak artikel-artikel yang lain yang sayang banget kalau dilewatkan. Kalau pengin baca sejarah singkat dan peninggalan bersejarah dari kerajaan lain, kamu pun dapat menyimaknya di sini. Yuk, baca terus!