Selain prasasti, Kerajaan Singasari juga meninggalkan candi-candi bersejarah yang menjadi bukti keberadaannya. Mau tahu apa saja? Kalau penasaran, langsung temukan jawabnya di bawah ini, ya!
Adanya penemuan tentang peninggalan peradaban sebuah kerajaan memang sangatlah penting karena mengandung informasi eksistensi kerajaan tersebut. Sama seperti di Kerajaan Singasari yang keberadaanya dapat diketahui dari peninggalan bersejarahnya yang berupa prasasti maupun candi.
Pada artikel kali ini, secara khusus akan membahas mengenai candi-candi peninggalan kerajaan tersebut beserta informasi terkait secara lengkap. Nantinya, ulasan ini juga dapat membantu untuk menentukan destinasi wisata sejarah yang bisa kamu kunjungi.
Sepertinya kamu sudah nggak sabar ingin segera membaca artikel lengkapnya, ya? Kalau gitu, daripada buang-buang waktu, langsung cek saja ulasannya berikut ini.
Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Singasari
Berikut ini adalah beberapa candi-candi yang merupakan bukti peninggalan Kerajaan Singasari:
1. Candi Jawi
Peninggalan purbakala ini dulunya dikenal dengan nama Jajawa. Bangunan tersebut digunakan untuk menaruh abu Raja Kertanegara yang meninggal karena serangan Jayakatwang.
Menurut Kitab Negarakertagama, Candi Jawi awalnya didirikan sebagai tempat ibadah bagi umat Siwa-Buddha. Diketahui, Raja Kertanegara juga menganut agama tersebut.
Tempatnya memang bisa dibilang jauh dari pusat Singasari. Namun para ahli menduga kalau pengikut setia sang raja berada di sini sehingga ia rela membangun tempat peribadatan yang jauh dari istana.
Bangunan tersebut berada pelataran yang cukup luas berukuran 40 x 60 m². Di sekelilingnya dibuat parit yang ditanami bunga teratai. Tingginya sekitar 24,5 meter, lebar 9,5 meter, dan panjang 14,2 meter. Melihat bentuknya yang ramping, sekilas mungkin mirip dengan Candi Prambanan.
Batu penyusunnya pun bisa dibilang unik. Kaki candi dibangun dengan menggunakan batu berwarna gelap. Kemudian, badannya terdiri dari batu-batuan berwarna putih. Sementara itu, atapnya tersusun dari batu gelap dan putih. Konon, bangunan tersebut pernah tersambar oleh petir dan dibangun kembali dengan batuan yang berbeda.
Sementara itu, pada dindingnya juga terdapat relief yang begitu unik dan pahatannya masih terlihat dengan jelas. Sayangnya, belum ada seorang pun yang dapat membaca karena kurangnya sumber referensi.
Candi Jawi ini lokasinya berada di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Dulunya, pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dari Majapahit sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Pada saat ditemukan, bangunan tersebut berada dalam kondisi yang rusak berat. Pemugaran pertamanya dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1938. Setelah itu, dipugar kembali oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1975.
Kalau mau berkunjung, kamu tidak perlu membayar tiket. Cukup membayar biaya parkir kendaraanmu.
Baca juga: Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Begitu Bersejarah
2. Candi Singasari
Bangunan yang memiliki nama lain Candi Cungkup atau Menara tersebut berada di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang. Para ahli memperkirakan candi tersebut dibangun sekitar tahun 1300 Masehi.
Sama seperti Candi Jawi, peninggalan Kerajaan Singasari yang satu ini juga digunakan sebagai pendarmaan atau tempat menaruh abu milik Raja Kertanegara. Di sekelilingnya, dulu terdapat beberapa candi kecil. Namun sekarang, sudah hilang tidak berbekas.
Bangunan yang berada di kawasan antara lembah Gunung Arjuna dan Pengunungan Tengger tersebut ditemukan pertama kali pada tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard. Pada saat itu, lokasinya masih berbentuk hutan jati.
Jika dibandingkan dengan Candi Jawi, bangunan ini terkesan lebih sederhana. Hal itu dikarenakan pada kakinya tidak terdapat relief apa pun. Hiasan kepala kala-nya juga memiliki pahatan yang tidak terlalu tajam. Para ahli menduga kalau candi tersebut mungkin dulu belum selesai dibangun.
Sementara itu, puncak candi memiliki atap yang berbentuk pagoda bersusun yang mengerucut. Sayangnya, bagian atapnya diduga sudah rusak.
Peninggalan bersejarah ini dulunya pernah mengalami pemugaran pada tahun 1930-an yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun sepertinya proyek tersebut berhenti di tengah jalan.
Candi Jawi berada di sebuah kompleks yang memiliki luas sekitar 200 x 400 m². Sementara itu, bangunannya sendiri terletak di tengah-tengah halaman. Pada halaman tersebut ditanami rumput-rumput yang membuat lingkungan menjadi lebih asri.
Untuk biaya masuknya sendiri, para pengunjung tidak dikenakan biaya. Namun, kalau mau memberikan dana sukarela untuk membantu pengelolaan diperbolehkan.
Terdapat Beberapa Arca
Nah, selain bangunannya saja yang terlihat megah, di dalam Candi Singasari juga terdapat beberapa arca. Arca-arca tersebut memiliki bentuk yang berbeda sesuai arah mata angin.
Yang di sisi timur adalah Arca Ganesha. Kemudian yang di sebelah utara adalah Arca Dugamahisasuramardhini. Dan, yang di berada di selatan yaitu Resi Aghastya.
Namun, yang masih ada di situ hanyalah Arca Aghastya saja yang kondisinya bisa dibilang rusak. Sementara itu, yang lain sudah dipindahkan ke Museum Leiden di Belanda.
Selain itu, di kawasan ini kamu juga akan menemukan sepasang Arca Dwarapala. Bentuknya tinggi besar seperti raksasa dengan mata melotot dan memiliki taring. Tingginya sekitar 3,7 meter sehingga ini merupakan patung Dwarapala paling besar di Indonesia.
Kedua Dwarapala tersebut dipercaya sebagai penjaga kawasan Candi Singasari. Namun, ada pula yang percaya bahwa arca tersebut juga menjaga Gunung Arjuna. Maka dari itu, ukurannya dibuat begitu besar.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
3. Candi Kidal
Salah satu candi peninggalan dari Kerajaan Singasari ini terletak di lereng barat Pegunungan Tengger. Tepatnya, berada di Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Malang, Jawa Timur. Bangunan tersebut dibangun sekitar tahun 1248 Masehi sebagai tempat persemayaman untuk Raja Anusapati.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli sejarah, candi-candi di wilayah Jawa Timur kebanyakan memang digunakan sebagai tempat pemakaman raja. Tujuannya adalah supaya raja yang sudah meninggal tersebut menjadi suci atau terlahir kembali menjadi dewa. Hal tersebut berbeda dari candi di Jawa Tengah yang dijadikan tempat suci untuk beribadah.
Bangunan yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk geometris vertikal dengan tiga bagian yang masih lengkap, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Bagian kakinya terdapat anak tangga yang memiliki ukuran kecil.
Di bagian ini pula terdapat relief tentang Garudeya. Ceritanya adalah tentang perjuangan Garuda untuk membebaskan sang ibu dari perbudakan dengan cara menggunakan penebusan air suci. Kemudian, pada pintu masuknya terdapat kepala kala atau Dewa Siwa yang digunakan sebagai simbol penjaga bangunan suci.
Selanjutnya, bagian badan dari candi tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan luas kaki candi. Atapnya sendiri terdiri dari tiga tingkatan yang menyerupai stupa.
Candi Kidal pernah mengalami pemugaran pada tahun 1900-an lalu. Lingkungan di sekitarnya masih asri. Cocok jika kamu ingin berwisata sambil menikmati hawa sejuk.
Sementara itu, pengunjung yang datang cukup mengisi buku pengunjung. Untuk masuk sebenarnya tidak dikenai biaya apa pun, tapi kalau mau memberikan dana sukarela diperbolehkan.
Baca juga: Candi-Candi Bersejarah Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya
4. Candi Sumberawan
Peninggalan sejarah yang satu ini letaknya berada di kaki bukit Gunung Arjuna, tepatnya di Desa Toyomarto, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang. Kurang lebih berjarak sekitar 6 km dari Candi Singasari.
Apabila dilihat dari bentuknya yang menyerupai stupa, diduga bangunan tersebut merupakan peninggalan umat Buddha pada masa itu. Tingginya yaitu sekitar 5,23 meter, dengan panjang dan lebar masing-masing 6,25 meter.
Candi Sumberawan ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1904 dalam kondisi yang sudah tidak utuh. Kemudian baru dipugar oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937. Itupun hanya pada bagian kakinya saja.
Sementara itu, bagian dindingnya hanya polos dan tidak ditemukan relief apa pun. Kemudian dilihat dari kenampakannya yang tidak memiliki tangga, para ahli sejarah menduga kalau bangunan ini dulunya hanya digunakan sebagai tempat untuk beribadah dan menyimpan benda suci saja.
Sumberawan sendiri merupakan nama yang terdiri dari dua kata, yaitu sumber dan rawa-rawa. Jika digabung artinya adalah bersumber dari rawa. Hal tersebut berkaitan dengan sumber mata air yang mengalir di sekitar candi tersebut.
Di samping candi ini, terdapat sebuah penampungan dari air yang dianggap suci. Menurut cerita rakyat yang beredar, air itu asalnya dari bagian bawah candi.
Dulunya, air tersebut menjadi rebutan antara para Dewa dan Raksasa untuk menambah kesaktian. Akan tetapi untuk sekarang, air suci itu kini dimanfaatkan untuk upacara keagamaan.
Kondisi di sekitar candi peninggalan Kerajaan Singasari ini masih begitu asri sehingga cocok untuk dijadikan tempat bermeditasi. Atau kalau sekedar menikmati udara segar juga bisa.
Biaya untuk masuk ke Candi Sumberawan sangat terjangkau, lho. Kamu hanya cukup membayar Rp5.000 saja.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
5. Candi Jago
Berdasarkan tulisan yang terdapat pada Kitab Negarakertagama, Candi Jago awalnya dibangun pada tahun 1268 Masehi dan baru selesai tahun 1280 Masehi. Bangunan tersebut dibuat oleh Raja Ketanegara sebagai tempat pendarmaan ayahnya, yaitu Wisnuwardhana.
Lokasinya berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Kalau dilihat dari sejarahnya, candi tersebut berlatar agama Siwa Buddha.
Catatan mengenai keberadaan candi peninggalan Kerajaan Singasari ini terdapat pada buku History of Java (1917) yang ditulis oleh Stamford Raffles. Namun sebelumnya, bangunan tersebut sudah diteliti oleh beberapa arkeolog seprrti J.L.A. Brandes, Friederich, Brumund, dan Fergusson.
Selain Candi Singasari, bangunan yang terbuat dari batu andesit ini dulunya juga sering dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk. Tak hanya dikunjungi saja, candi tersebut juga pernah mengalami pemugaran pada tahun 1343 oleh Raja Adityawarman. Selain memugar, ia juga menambahkan Arca Manjusri dan membangun beberapa candi kecil di sekitarnya.
Peninggalan yang berbentuk punden berundak ini memiliki tinggi sekitar 9,97 meter, panjang 23,71 meter, dan lebar 14 meter. Dulunya, mungkin lebih besar lagi karena kini hanya tersisa hanyalah kaki dan badan candi saja.
Di sekitar candi juga terdapat sebuah tatakan yang terbuat dari besar dengan diameter sekitar sat meter. Kemudian di bagian puncak bisa ditemukan pahatan bunga Padma.
Selain itu ditemukan pula Arca Amoghapasha. Sayangnya, benda purbakala tersebut sudah rusak karena bagian kepala dan tangannya sebagian patah dan hilang.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
Kisah yang terdapat pada relief Candi Jago
Nah, pada bagian kaki candi tersebut terdapat ukiran relief-relief yang membentuk beberapa cerita. Adapun kisah-kisah tersebut adalah:
a. Relief Kresnayana
Sama seperti namanya, relief yang terukir pada candi peninggalan Kerajaan Singasari ini menceritakan tentang kisah cinta perjalanan Sri Kresna untuk menjemput belahan jiwanya, yaitu Dewi Rukmini. Konon, kisah tersebut terinspirasi dari kehidupan Wisnuwardhana.
b. Relief Kalawayana
Selanjutnya, yang satu ini masih ada hubungan dengan relief yang sebelumnya. Di sini, ceritanya adalah tentang peperangan yang terjadi antara Sri Kresna dan Prabu Kalayawana.
c. Relief Kunjakarna
Di urutan ketiga ada relief Kunjakarna yang diilhami dari kisah Buddha Mahayana. Ceritanya adalah tentang seseorang yang begitu taat beribadah bernama Kunjakarna. Ia memiliki teman bernama Purnawijaya yang sudah masuk ke neraka.
Setelah mendapatkan penglihatan dari dewa kalau neraka adalah tempat yang mengerikan, ia kemudian memohon supaya bisa menyelamatkan sahabatnya. Karena kelakuannya selama ini yang baik, dewa pun kemudian mengambulkan permintaan itu.
d. Relief Pancatantra
Sementara itu, relief Pancatantra berkisah tentang tiga orang pangeran yang tidak bisa mendengar kemudian diajari oleh seorang brahmana mengenai kehidupan dan kebijaksanaan. Sesuai dengan namanya, pancatantra berisikan lima ajaran pokok yang diajarkan dengan menggunakan cerita fabel.
Ajaran-ajaran tersebut adalah tentang perbedaan (Mitrabedha), kedatangan (Mitraprapti), dan peperangan dan perdamaian (Kakolukiya). Kemudian, ada juga tentang kehilangan dan keberuntungan (Landhansa) dan tindakan terburu-buru (Apariksitakaritwa).
e. Relief Perthayajna dan Arjunawiwaha
Relief Perthayajna dan Arjunawiwaha merupakan relief terakhir yang terukir pada candi peninggalan Kerajaan Singasari. Ukiran tersebut berkisah tentang Pandawa yang dibuang ke hutan karena kalah dari Kurawa.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menunjukkan Eksistensi Kerajaan Tarumanegara
6. Candi Songgoriti
Peninggalan Kerajaan Singasari terakhir yang dibahas pada artikel ini adalah Candi Songgoriti. Bangunan ini terbuat dari batu andesit berukuran 14,36 x 10 meter. Sayangnya, bentuknya sudah tidak utuh lagi.
Lokasinya berada di sebuah lembah antara Gunung Arjuna dan Gunung Kawi. Tepatnya, berada di Desa Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Beberapa sumber mengatakan kalau Candi Songgoriti adalah tempat di mana Ken Dedes dan Ken Arok pertama kali bertemu. Pada saat itu juga, Ken Arok jatuh cinta dan berniat untuk memilikinya. Tidak mempedulikan fakta kalau sang pujaan sudah memiliki suami.
Di dalam badan candi tersebut sebenarnya terdapat beberapa arca. Hanya saja ada sebagian yang rusak, bahkan hilang.
Bangunan tersebut pertama kali ditemukan oleh Van Ijsseldijk sekitar tahun 1799 Masehi. Kemudian, baru dipugar ratusan tahun kemudian yaitu pada 1849 Masehi oleh Pemerintahan Hindia Belanda.
Di dekat candi ini ada sebuah mata air hangat dan dijadikan wisata. Namun menurut legenda, dulu yang keluar hanyalah air biasa yang dingin. Namun karena sering digunakan sebagai tempat untuk mencuci benda pusaka, airnya kemudian berubah menjadi panas.
Sementara itu, kamu bisa masuk dan berwisata sejarah ke sini hanya dengan membayar Rp10.000 saja. Jam bukanya pun tidak ada batasan, alias 24 jam.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
Candi Peninggalan Sejarah Kerajaan Singasari Mana yang Ingin Kamu Kunjungi?
Itulah tadi informasi lengkap mengenai bangunan-bangunan peninggalan Kerajaan Singasari yang dapat kamu simak di PosKata. Bagaimana? Setelah membacanya, kira-kira candi mana yang ingin kamu kunjungi untuk berwisata nanti?
Untuk kamu yang mungkin masih mencari informasi menarik seputar kerajaan tersebut, tak perlu khawatir. Langsung cek saja artikel-artikel yang lainnya.
Kalau misalnya ingin membaca ulasan lengkap tentang kerajaan-kerajaan lain di nusantara seperti Kerajaan Demak, Majapahit, Samudra Pasai atau yang lain, di sini juga ada, kok. Maka dari itu, baca terus, yuk!