
Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno dapat terungkap berkat peninggalan peradabannya. Salah satunya adalah lewat prasasti. Nah, kamu bisa menyimak informasi lengkap dari prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Mataran Kuno di bawah ini, ya!
Prasasti peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno menjadi menjadi bukti-bukti penting dari eksistensi kerajaan yang didirikan oleh Sri Sanjaya tersebut. Dari situlah, terungkap mengenai pemerintahan dan kehidupan pada masa itu.
Ya, mungkin memang tidak mencatat segalanya secara rinci. Bahkan, ada catatan yang hilang atau tidak bisa ditranskrip karena beberapa faktor. Namun setidaknya, ada yang tetap bermanfaat untuk menambah pengetahuan.
Sudah tidak sabar ingin segera menyimak ulasan lengkap tentang prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak agama Hindu-Buddha ini? Nggak perlu kebanyakan basa-basi lagi, cek saja selengkapnya berikut!
1. Prasasti Mantyasih
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan purbakala yang memiliki nama lain Prasasti Tambang Kedu tersebut diterbitkan pada masa kepemimpinan Dyah Balitung dari Wangsa Sanjaya pada tahun 907 Masehi. Benda tersebut ditemukan di Kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah.
Benda yang berupa lempengan tembaga ini berisikan tentang nama-nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Kuno. Hal tersebut tertuang dalam pahatan pada baris ke-7 sampai 9. Prasasti ini jugalah yang kemudian menjadi bukti bahwa Dyah Balitung adalah pewaris kerajaan yang sah.
Selain silsilah Kerajaan Mataram kuno, dari informasi tersebut juga dapat diperoleh informasi bahwa sang raja memberikan anugerah kepada Desa Balitung menjadi daerah perdikan. Untuk yang belum tahu, daerah perdikan adalah wilayah yang dibebaskan membayar pajak untuk raja. Namun, biasanya di sekitarnya terdapat bangunan suci yang kemudian dirawat oleh warga desa tersebut.
2. Prasasti Sojomerto
Sumber: Wikimedia Commons
Benda peninggalan yang menjadi salah satu sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno berikutnya adalah Prasasti Sojomerto. Kalau yang satu ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Para ahli memperkirakan kalau benda ini sudah ada sejak abad ke-8 Masehi.
Nama dari prasasti tersebut diambil dari tempatnya ditemukan. Lokasinya adalah Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Sama seperti kebanyakan prasasti lainnya, Prasasti Sojomerto dibuat dari batu andesit dengan tinggi sekitat 80 cm, panjang 45 cm, dan tebal 30 cm.
Tulisan yang terpahat pada batu purbakala tersebut menggunakan huruf Kawi dan bahasa Melayu Kuno. Terdapat 11 baris tulisan yang sebagian besar susah dibaca karena sudah tidak jelas.
Namun dari beberapa baris yang masih bisa ditranskrip, dapat diambil kesimpulan bahwa isinya adalah mengenai Dapunta Salendra. Ibunya bernama Badrawati dan ayahnya bernama Sentanu. Ia juga memiliki seorang istri bernama Sampula.
Lantas siapakah dia? Menurut Prof. Boechari, ia adalah leluhur dari Wangsa Syailendra yang menjadi pemimpin di Kerajaan Mataram Kuno.
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
3. Prasasti Gondosuli
Sumber: Wikimedia Commons
Kebanyakan prasasti yang menjadi bukti peradaban sebuah kerajaan biasanya diberi nama seusai dengan tempat ditemukannya, tak terkecuali yang satu ini. Peninggalan tersebut ditemukan di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Ukurannya bisa dibilang cukup besar. Panjangnya sekitar 290 cm, dengan tinggi 100 cm, dan lebar 110 cm. Tulisan yang terpahat di situ terdiri dari 11 baris yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Jawa Kuno.
Benda purbakala yang diterbitkan pada tahun 832 Masehi oleh Dinasti Sanjaya ini berisikan tentang pengesahan kekuasaan Rakarayan Patapan pada era kepemimpinan Rakai Garung. Di situ juga tertulis informasi tentang pemberian tanah yang kelak digunakan untuk membangun sebuah tempat suci dan pembuatan patung raja.
Prasasti Gondosuli yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Mataram Kuno tersebut sekarang letaknya masih sama dari pertama kali ditemukan. Supaya tidak terkena sinar matahari atau hujan secara langsung, di atasnya kemudian diberi atap dan sekelilingnya dibangun pagar melingkar.
Tak jauh dari tempat tersebut, ada sisa-sisa reruntuhan atap candi yang tidak terurus. Dinas Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah pernah berusaha untuk menggali bangunan candi yang terkubur. Namun, kegiatan tersebut dihentikan karena tempatnya digunakan sebagai pemakaman umum.
4. Prasasti Kelurak
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan prasasti dari Kerajaan Mataram Kuno ini juga diberi nama menggunakan tempat ditemukannya. Lokasinya berada di Desa Kelurak yang tak jauh dari kompleks Candi Prambanan.
Tulisan yang terpahat pada batu purbakala tersebut menggunakan aksara Pranagari. Sementara itu, bahasa yang digunakan adalah Sanskerta. Sayang sekali, tulisan tersebut sangat sulit dibaca karena kondisinya yang sudah aus.
Prasasti tersebut memang tidak bisa ditranskrip secara rinci. Namun secara garis besar, isinya adalah tentang Raja Sri Sanggramadhnanjaya atau Dharanindra dari Dinasti Syailendra yang mendirikan sebuah tempat suci.
Bangunan tersebut nantinya digunakan untuk meletakkan Arca Manjusri. Para sejarawan kemudian memberikan hipotesa kalau tempat suci yang dimaksud adalah Candi Sewu. Untuk saat ini, Prasasti Kelurak sudah dipindahkan dari tempat ditemukannya ke Museum Nasional yang ada di Jakarta.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
5. Prasasti Raja Sankhara
Sumber: Sindonews
Peninggalan Kerajaan Mataram selanjutnya adalah Prasasti Raja Sankhara yang ditemukan di daerah Sragen, Jawa Tengah. Benda tersebut terbuat dari batu andesit dengan panjang sekitar 75 cm.
Isinya adalah tentang Raja Sankhara yang berpindah agama dari Agama Siwa ke Buddha Mahayana. Perpindahan tersebut atas saran sang ayah sebelum wafat. Ayahnya menyarankan hal tersebut karena pada waktu itu agama Siwa ditakuti oleh banyak orang, sedangkan Buddha Mahayana dianggap baik karena lebih berbelas kasih.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia, Raja Sankhara diidentikkan oleh Rakai Panangkaran. Sementara itu, Sri Sanjaya dianggap sebagai sang ayah yang tidak diketahui namanya.
Prasasti Raja Sankhara ini dulunya dibeli oleh mantan Menteri Luar Negeri Indoesia zaman Soeharto, yaitu Adam Malik. Ia memang dikenal sebagai seorang kolektor.
Namun sepeninggal Adam Malik, museum yang dikelolanya mengalami kebangkrutan pada tahun 2005 lalu. Oleh penerusnya, benda-benda yang ada dalam museum tersebut kemudian dijual. Salah satunya adalah Prasasti Raja Sankhara.
Yang sangat disayangkan adalah benda tersebut dijual begitu saja oleh ahli waris ke tukang loak. Hal tersebut tentu saja membuat badan pengurus benda-benda arkeologi kesulitan untuk melacaknya. Maka dari itu, sampai sekarang prasasti tersebut keberadaannya tidak diketahui.
6. Prasasti Kalasan
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan purbakala era Kerajaan Mataram Kuno tersebut pertama kali ditemukan di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun 1886. Sementara itu menurut candrakalanya, Prasasti Kalasan diterbitkan pada tahun 778 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya.
Pada batuan purbakala tersebut terpahat tulisan sebanyak 11 baris. Pahatannya ditulis dengan menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pranagari.
Isinya adalah tentang penasihat keagamaan Dinasti Syailendra yang memberikan saran kepada Raja Rakai Panangkaran. Sarannya adalah membangun tempat suci bagi Dewi Tara yang merupakan junjungan umat agama Buddha yang beraliran Mahayana.
Setelah menganalisa dan membandingkan beberapa peninggalan, beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan kalau bangunan yang dipersembahkan untuk Dewi Tara itu adalah Candi Kalasan. Pada zaman dulu, namanya lebih dikenal sebagai Tarabhavanam.
Pada prasasti tersebut juga tertulis bahwa sang raja juga disarankan untuk membangun biara sebagai tempat tinggal para bhiksu. Tak hanya itu saja, komunitas biarawan pun mendapatkan hadiah yang berupa Desa Kalasan.
Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno tersebut sudah dipindahkan dari tempat ditemukannya ke Museum Nasional. Kondisinya bisa dibilang masih baik meskipun sudah termakan usia.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
7. Prasasti Canggal
Sumber: Wikimedia Commons
Pada urutan ketujuh adalah Prasasti Canggal yang diterbitkan sekitar tahun 732 Masehi pada masa pemerintahaan Sri Sanjaya. Lokasi ditemukannya adalah di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang Jawa Tengah. Tepatnya di halaman Candi Gunung Wukir.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang juga disebut Prasasti Sanjaya ini berupa batuan pipih yang memiliki tinggi 160, 5 cm, lebar 81,5 cm, dan tebal 24,5 cm. Tulisannya berjumlah 12 baris dengan menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
Prasasti Canggal berisi tentang Raja Sanjaya yang membangun lingga atau arca yang digunakan untuk pemujaan di sebuah gunung. Tak hanya lingga, sang raja juga mendirikan sebuah Candi Siwa yang dibantu oleh penduduk Kunjarakunjadesa.
Selain itu, pada prasasti tersebut juga dituliskan mengenai Raja Sanna yang memimpin sebelum Sri Sanjaya. Diketahui, ia adalah saudara laki-laki dari ibu Sanjaya yang bernama Sannaha.
Kemudian pada bait terakhir, dituliskan bahwa kehidupan rakyat pada saat itu sangat makmur. Bahkan, keamanan pun terjamin. Kini, prasasti tersebut disimpan dengan baik di Museum Nasional Indonesia.
8. Prasasti Syiwargha
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan yang diterbitkan pada tahun 856 Masehi ini dikenal dengan nama Prasasti Syiwargha. Benda tersebut dibuat atas perintah Rakai Kayuwangi pada akhir masa kepemimpinan Rakai Pikatan.
Isinya adalah tentang kompleks percandian besar yang dibuat khusus untuk memuja Dewa Siwa atau yang disebut Shivargha. Gambaran bagaimana bangunan tersebut juga dituliskan dengan rinci. Para ahli pun menduga kalau kompleks yang dimaksud adalah Candi Prambanan.
Selain itu, dalam Prasasti Syiwargha juga dituliskan bawa Rakai Pikatan menikahi seorang wanita beragama Buddha. Wanita itu adalah Pramodhawardhani, putri dari Samaratungga.
Kemudian, terjadi pula perang yang melibatkan Rakai Kayuwangi dengan seorang musuh sang ayah. Setelah dapat mengalahkan orang tersebut, ia kemudian diangkat menjadi raja.
Tidak ada informasi yang pasti mengenai di mana peninggalan purbakala itu ditemukan. Akan tetapi saat ini, benda tersebut tersimpan dengan di Museum Nasional.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Sarat Akan Nilai Sejarah
9. Prasasti Kayumwungan
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Berdasarkan tempat penemuannya itu pula, benda ini kemudian disebut Prasasti Karangtengah.
Menurut candrakalanya, Prasasti Kayumwungan diterbitkan pada tahun 824 Masehi, tapi baru ditemukan kembali sekitar tahun 1860-an. Pada waktu itu, kondisinya sudah terbagi menjadi beberapa bagian.
Uniknya, pada batuan purbakala tersebut terdapat tulisan yang menggunakan bahasa berbeda, yaitu Jawa Kuno dan Sanskerta. Sementara itu, aksaranya tetap menggunakan Jawa Kuno.
Saat ini yang masih tersisa dan disimpan dengan baik di Museum Nasional ada dua bagian. Bagian yang pertama diberi nama D27 yang memiliki ukuran 39 x 46 x 12 cm. Tulisan yang terpahat di sini menggunakan bahasa Sanskerta dan aksara Jawa Kuno, namun sudah sulit untuk dibaca.
Kemudian bagian yang lain diberi nama D34 yang memiliki bentuk segiempat dan berukuran 59 x 40 x 8,5 cm. Kalau yang ingi ditulis dengan menggunakan bahasa dan huruf Jawa Kuno.
Secara garis besar, isi dari Prasasti Kayumwungan adalah mengenai anak perempuan Samaratungga, yaitu Pramodawardhani, yang membangun sebuah tempat suci yang bernama Wenuwana dan Jinlaya. Selain untuk beribada, tempat itu juga digunakan untuk pendarmaan seorang raja dari Dinasti Syailendra.
10. Prasasti Abhayagiri Wihara
Sumber: BPCDIY Kemdikbud
Batu bersejarah milik Mataram Kuno ini ditemukan di sebuah bukit yang masih termasuk kawasan Ratu Boko. Menurut candrakala yang terpahat di atasnya, prasasti tersebut diterbitkan pada tahun 792 Masehi.
Prasasti Abhayagiri Wihara berisi tentang Rakai Panangkaran yang mendirikan sebuah wihara bernama Abyagiri di atas bukit. Hal tersebut berkaitan dengan dirinya yang ingin lebih mendalami agama setelah turun tahta.
Wihara merupakan tempat ibadah umat Buddha. Maka dari itu, bisa dipastikan kalau sang raja memeluk agama tersebut. Pada bangunan tersebut juga ditemukan sebuah arca yang diberi nama Dyani Buddha. Seiring berjalannya waktu, wihara tersebut kemudian berubah fungsi menjadi tempat persembunyian.
Baca juga: Candi-Candi Peninggalan yang Menjadi Bukti Peradaban Kerajaan Singasari
Informasi tentang Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Itulah tadi kesepuluh prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang bisa kamu simak di sini. Gimana? Semoga ulasan lengkapnya berguna untukmu, ya!
Buat yang mungkin juga pengin membaca ulasan tentang sejarah atau peninggalan dari kerajaan lain di nusantara, kamu juga bisa membacanya di sini, lho. Beberapa di antaranya adalah Kerajaan Majapahit, Tarumanegara, Singasari, dan Kediri.