
Apakah kamu sedang mencari silsilah lengkap raja-raja yang pernah bertahta di Kerajaan Kediri? Jika iya, kebetulan sekali karena kamu bisa menyimak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Kalau berbicara mengenai silsilah Kerajaan Kediri, kamu mungkin sudah familier dengan Raja Jayabaya. Ia tidak hanya mampu mengantarkan kerajaan tersebut menuju puncak kejayaan. Akan tetapi, ia juga dikenal karena ramalannya yang tepat meski sudah diucapkan ratusan tahun lalu.
Bagaimana? Apakah kamu sudah semakin tidak sabar ingin segera mengetahui silsilah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kediri? Kalau begitu, langsung saja simak ulasannya berikut ini, yuk!
1. Sri Samarawijaya
Ulasan mengenai silsilah raja yang memimpin Kerajaan Kediri ini dimulai dari pendirinya, yaitu Raja Samarawijaya. Ia merupakan salah satu pangeran dari Kerajaan Kahuripan.
Ayahnya adalah Raja Airlangga. Sementara itu, sang ibu merupakan salah satu selir raja. Mengenai asal usulnya pun tidak diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan kalau ibunya merupakan putri dari Kerajaan Medang.
Sayang sekali, tidak banyak informasi yang dapat dikulik dari raja pertama Kerajaan Kediri ini, baik itu mengenai masa kecilnya atau keturunannya. Hanya saja, ia bisa menduduki tahta setelah ayahnya membagi kerajaan menjadi dua.
Pada awalnya, Kerajaan Kahuripan akan diserahkan kepada putri mahkota, yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi. Namun, ia menolak dan lebih memilih untuk hidup menjadi seorang pertapa.
Sang raja tentu tidak bisa membiarkan tahta kerajaan kosong begitu saja. Ia harus memilih salah satu putra dari selirnya. Dan, yang menurutnya cocok untuk menduduki tahta adalah Samarawijaya atau Mapanji Garasakan.
Namun kemudian, ia berpikir kalau kedua putranya itu pasti akan melakukan segala cara untuk bisa menguasai di singgasana. Karena tidak mau ada perang saudara, ia memutuskan untuk membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua.
Raja Airlangga meminta bantuan Mpu Bharada untuk membagi wilayah secara adil. Sebelah barat kerajaan diberikan kepada Samarawijaya yang kemudian berganti nama menjadi Panjalu. Selanjutnya, bagian timur diberikan pada Mapanji Garasakan dan namanya diganti menjadi Kerajaan Jenggala.
Meski telah memiliki wilayah masing-masing, sayangnya kedua saudara tersebut tetap bertarung memperebutkan wilayah. Akhirnya, pertarungan dimenangkan oleh Sri Samarawijaya.
Pada tahun 1042 Masehi, ia resmi naik tahta dengan gelar Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa. Namun, informasi mengenai berapa lama ia menjadi raja tidak diketahui.
Baca juga: Peninggalan Sejarah yang Menunjukkan Eksistensi Kerajaan Tarumanegara
2. Sri Jayawarsa
Usai masa pemerintahan Samarawijaya, tidak diketahui dengan pasti siapa yang meneruskan silsilah Kerajaan Kediri. Maka dari itu, para ahli menyebutnya sebagai periode gelap karena benar-benar tidak ada informasi yang bisa didapatkan.
Kemudian waktu ditemukannya Prasasti Siraketing, penerus raja-raja Kediri sedikit menemui titik terang. Meskipun rentang waktunya bisa dikatakan begitu jauh.
Diketahui, kerajaan tersebut dipimpin oleh Sri Jayawarsa pada tahun 1104 Masehi. Ia memiliki gelar Sri Maharaja Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu. Sayang sekali, mengenai kapan tepatnya ia naik tahta dan mundur dari singgasana tidak ada catatan pasti.
Lewat prasasti peninggalan itu pula, diketahui bahwa sang raja sangat dihormati oleh rakyatnya. Begitu pula sebaliknya, raja sangat mencintai rakyatnya dan selalu mengusahakan yang terbaik untuk kesejahteraan mereka.
Informasi mengenai Sri Jayawarsa juga terdapat pada Prasasti Panumbangan yang diterbitkan pada tahun 1120 Masehi. Isinya adalah mengenai sang raja yang meninggal dunia dan kemudian dimakamkan di Gajapada.
3. Sri Bameswara
Sepeninggal Raja Jayawarsa, silsilah raja yang menduduki Kerajaan Kediri dilanjutkan oleh Sri Bameswara. Kepemimpinannya diketahui dari tulisan yang terpahat pada Prasasti Pikatan yang ditulis pada tahun 1117 Masehi.
Dari prasasti-prasasti lain yang ditemukan, para ahli berpendapat kalau sang raja naik tahta sekitar tahun 1117 hingga 1130 Masehi. Ia memiliki gelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Tustikarana Sarwaniwariwirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa.
Sama seperti raja sebelumnya, informasi tentang Raja Bameswara pun tidak cukup banyak. Bahkan, kapan ia turun tahta juga tidak ada catatan pastinya. Yang jelas, prasasti yang ditemukan diketahui kalau sang raja dapat memerintah kerajaan dengan baik.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
4. Sri Jayabaya
Kalau raja yang satu ini kamu mungkin sudah tidak asing lagi, kan? Jayabaya adalah raja penerus silsilah Kerajaan Kediri yang paling terkenal di antara yang lain.
Diketahui, ia resmi naik tahta pada tahun 1135 hingga 1157 Masehi. Gelarnya cukup panjang, yaitu Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.
Pada masa pemerintahannya inilah Kerajaan Kediri mencapai puncaknya. Ia tidak hanya melakukan perluasan wilayah di seluruh Jawa dan sebagian Pulau Sumatra saja. Namun, ia juga mampu menyatukan Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sejak zaman pendahulunya sudah sering berperang.
Bukti kejayaan Kerajaan Kediri yang lainnya adalah kehidupan rakyat yang begitu makmur dan terjamin. Ia menaruh perhatian lebih dalam hal tersebut dengan semakin memajukan sektor perdagangan dan pertanian.
Untuk meneruskan silsilah Kerajaan Kediri, Raja Jayabaya menikah dengan seorang perempuan bernama Dewi Sara. Bersama permaisurinya ini, ia dikaruniani empat orang putri.
Mereka adalah Dewi Jayaamijaya, Dewi Pramuni, Dewi Sasanti, dan Dewi Pramesti. Konon salah satu putrinya, yaitu Dewi Jayaamijaya-lah yang menurunkan raja-raja di Jawa seperti Majapahit dan Mataram Islam.
Raja Jayabaya memimpin kerajaan cukup lama dan turun tahta di umurnya yang sudah senja. Di akhir usianya, ia memilih untuk bertapa di Desa Menang, Kecamatan Pagu. Di situ, ia meninggal dengan cara moksha, yaitu hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.
Tidak hanya dikenal sebagai raja yang mampu membawa Kediri ke masa kejayaan, ia juga dianggap sebagai raja yang ramalannya tepat atau yang biasa disebut sebagai Jangka Jayabaya.
Baca juga: Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Begitu Bersejarah
Ramalan Jayabaya yang Terbukti Kebenarannya
Berikut ini adalah beberapa ramalan dari Raja Jayabaya yang sudah terbukti:
a. Adanya Kereta Api
Ramalannya mengenai hal tersebut berbunyi, ” Tanah Jawa kalungan wesi,” yang memiliki arti kalau “Tanah Jawa berkalung besi”. Faktanya di Pulau Jawa memiliki jalur kereta api paling banyak dan yang akif sekitar, yaitu sepanjang 3.783 km.
b. Terjadinya Pemanasan Global
Selanjutnya, kata-kata Raja Jayabaya cukup singkat, yaitu “Akeh udan salah mangsa.” Kalimat tersebut bisa diartikan sebagai “hujan yang turun pada musim yang tidak seharusnya”. Hal tersebut merupakan salah satu akibat pemanasan global.
c. Banyaknya Korupsi
Praktik korupsi yang dilakukan oleh pejabat di Indonesia juga sempat diramalkan oleh raja dari Kediri itu. Katanya, “Akeh janji ora ditetepi, akeh wong nglanggar sumpahe dewe. Akeh menungso mung ngutamakke duwit, lalu kamanungsan, lalu kabecikan, lali sanak lali kadang.”
Kalimat tersebut dapat diartikan sebagai “Banyak janji yang tidak ditepati, banyak orang melanggar sumpahnya sendiri. Banyak manusia hanya mengutamakan uang, lupa perikemanusiaan, lupa kebaikan, dan lupa sanak saudara.”
Baca juga: Ulasan tentang Raden Patah, Sang Pendiri Kerajaan Demak yang Masih Keturunan Ningrat
5. Sri Sarweswara
Garis keturunan atau silsilah pemimpin tahta Kerajaan Kediri selanjutnya berada di tangan Sri Sarweswara. Ia diperkirakan mulai memerintah sekitar tahun 1159–1161 Masehi dengan gelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa.
Sama seperti raja-raja sebelum Jayabaya, informasi mengenai penerusnya ini juga tidak terlalu banyak. Hanya saja, ia dikenal sebagai seorang raja yang religius dan sangat menjunjung tinggi budaya. Informasi tersebut tertulis pada benda peninggalan yang diterbitkan pada masa pemerintahannya, yaitu Prasasti Padelegan II (1159 Masehi) dan Prasasti Kahyunan (1161 Masehi).
Sayang sekali, tidak ada catatan mengenai tahun berapa ia turun dari singgasana. Namun menurut para sejarawan, ia turun tahta sekitar tahun 1161 Masehi.
6. Sri Aryeswara
Menurut Prasasti Angin yang ditulis pada tanggal 23 Maret 1171, raja Kediri selanjutnya adalaha Sri Aryeswarasa. Ia resmi naik tahta di tahun yang sama dengan gelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Dari benda peninggalan sejarah itu pula, terdapat sebuah cerita yang mengejutkan. Ternyata, ia mendapatkan singgasana kerajaan dengan cara merebutnya dari Sarweswara.
Diketahui, Aryeswara dan Arweswara merupakan putra dari Jayabaya. Pada waktu itu, Arweswara melakukan kudeta terhadap sang ayah sendiri dan berniat untuk menguasai kerajaan. Padahal, yang seharusnya menjadi penerus tahta adalah Aryeswara.
Setelah menyusun rencana yang matang, Aryeswara melakukan pemberontakan. Selama dua tahun, dua kubu itu berseteru. Hingga akhirnya, Aryeswara dapat merebut singgasana Kerajaan Kediri yang memang seharusnya menjadi miliknya.
Pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Kediri menggunakan lambang Ganesha. Sementara itu, sampai kapan ia turun tahta tidak diketahui dengan pasti.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
7. Sri Gandra
Pemerintahan Kerajaan Kediri selanjutnya diteruskan oleh Sri Gandra. Ia resmi menjadi raja sekitar tahun 1811 Masehi dan bergelar Sri Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya Uttunggadewa Sri Gandra.
Salah satu bukti bahwa ia pernah menjadi raja tertulis dalam Prasasti Jaring yang diterbitkan pada tanggal 19 November 1181 Masehi. Di situ, disebutkan bahwa ia memberikan keistimewaan kepada penduduk Desa Jaring karena sudah setia kepada raja.
Dalam prasasti itu pula tertulis bahwa pada masa pemerintahannya para pejabat Kerajaan Kediri memiliki gelar yang diambil dari nama-nama hewan. Contohnya adalah Lembu Agra, Macan Kuning, dan Menjangan Puguh.
8. Sri Kameswara
Setelah Raja Aryeswara wafat, terjadilah perebutan kekuasaan oleh keturunan Raja Jayabaya. Hingga kemudian, Sri Kameswara-lah yang diangkat menjadi raja sekitar tahun 1180 Masehi.
Gelarnya adalah Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa. Fakta tersebut tertulis dalam Prasasti Ceker yang diterbitkan pada tanggal 11 September 1185.
Selain itu, pada batu purbakala itu juga tertulis bahwa sang raja menikahi Putri Sasi Kirana yang berasal dari Jenggala dan memiliki seorang anak laki-laki. Konon, kisah cinta Sri Kameswara dan permaisurinya tersebut yang menginspirasi lahirnya Kitab Smaradahana.
Pemerintahan Sri Kameswara kira-kira haya berlangsung selama 10 tahun. Ia mengkat pada tahun 1190 dan kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Kertajaya.
Baca juga: Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Begitu Bersejarah
9. Sri Kertajaya
Menurut catatan sejarah, Kertajaya merupakan raja terakhir dalam silsilah raja Kerajaan Kediri. Ketika naik tahta, ia bergelar Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa.
Di masa kepemimpinannya ini, kerajaan mengalami kemunduran. Salah satu yang menjadi faktor penyebabnya adalah sifat sang raja yang dikenal kurang bijaksana dan sangat kejam. Terlebih lagi, ia menyamakan dirinya sebagai seorang dewa.
Ia pun memaksa para brahmana dan juga rakyat untuk menyembah hanya kepadanya. Apabila menolak, mereka semua akan mendapatkan hukuman dan disiksa.
Penyiksaan tidak akan berhenti sampai orang-orang mengakui kalau ia adalah dewa. Ia juga berkata kalau hanya Dewa Siwa yang dapat mengalahkan dirinya.
Karena tidak mau terus-terusan berada dalam keadaan yang seperti itu, banyak dari para brahmana yang keluar dari kerajaan. Hingga kemudian, mereka bertemu dengan Bupati Tumapel bernama Ken Arok.
Setelah mengetahui duduk permasalahannya, sang bupati bersedia membantu mereka. Selain itu, ia juga ingin wilayahnya lepas dari kerajaan tersebut.
Akhirnya, perang pun tidak dapat dihindari. Ken Arok mengirim pasukan terbaiknya untuk menyerang Kediri. Sementara itu, Kertajaya yang mengetahui perihal serangan tersebut sudah menyiapkan pasukan.
Hasil akhirnya, pasukan Tumapel dapat melumpuhkan pasukan Kertajaya. Menurut beberapa sumber, Kertajaya berhasil menyelamatkan diri. Namun, tidak ada yang mengetahui nasibnya.
Baca juga: Inilah Dia Silsilah Para Raja yang Berkuasa di Kerajaan Demak
Silsilah Lengkap Para Raja yang Memimpin Kediri Kediri
Demikianlan, ulasan lengkap mengenai silsilah lengkap raja pemimpin Kerajaan Kediri yang dapat kamu simak di sini. Semoga saja bisa menambah pengetahuanmu, ya!
Selanjutnya, kalau misalnya kamu ingin menyimak informasi lain mengenai kerajaan-kerajaan di yang pernah ada di Indonesia, mending langsung baca saja artikel yang lainnya. Langsung dicek aja, yuk, biar nggak penasaran!