Adanya peninggalan-peninggalan purbakala dapat membuktikan adanya sebuah peradaban. Nah, keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga diketahui karena peninggalan sejarah yang ulasannya dapat kamu simak berikut ini.
Kerajaan Samudra Pasai yang menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam tentu saja memiliki peninggalan yang sarat akan sejarah. Lewat benda-benda itu, kamu bisa mengetahui seperti apa kehidupan di masa lampau pada era kerajaan tersebut.
Bukti-bukti tersebut memang tidak akan mengungkapkan semua apa yang terjadi. Namun setidaknya, itu akan menambah pengetahuanmu.
Apakah kamu semakin penasaran dan tidak sabar untuk menyimak apa saja benda peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai? Kalau gitu, nggak usah kebanyakan basa-basi, langsung saja cek ulasan lengkapnya di bawah ini, yuk!
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Masih Bisa Dijumpai
Di bawah ini adalah beberapa benda bersejarah dari kerajaan yang pernah dipimpin oleh Raja Malik as-Sale. Berikut ulasannya:
1. Kepingan Koin
Peninggalan sejarah yang juga disebut dirham atau deureuham ini mulai digunakan di Kerajaan Samudra Pasai pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Benda yang terbuat dari kepingan emas tersebut digunakan sebagai alat tukar resmi untuk kegiatan perdagangan di wilayahnya.
Dirham terbuat dari emas murni sekitar 70% dengan mutu 17 karat. Sementara itu, rata-rata beratnya sekitar 0,6 gram dengn diameter 10 milimeter. Selanjutnya, pada sisinya diukir nama raja yang memerintah pada saat koin tersebut dikeluarkan.
Buktinya ada pada penemuan koin yang pada saat era kepemimpinan Sultan Muhammad Malik az- Zahir. Namanya tertulis pada salah satu sisinya. Kemudian, sisi yang lainnya terdapat tulisan Al-Sultan al-adil yang berarti seorang sultan harus adil terhadap rakyatnya.
Nah, ada beberapa sumber yang mengatakan kalau berat koin bisa bergantung seberapa jayanya kerajaan pada saat itu. Karena pada saat dipimpin oleh Sultan Ahmad, koin tersebut benar-benar terbuat dari emas 24 karat.
Tidak hanya terbuat dari emas, ada pula koin yang terbuat dari timah bernama keueh. Koin ini nilainya lebih kecil bila dibandingkan dirham. Karena satu dirham nilainya sama dengan 1.600 keueh.
Koin-koin tersebut umumnya ditemukan di kompleks pemakaman sultan. Dulunya, malah sering diburu oleh warga dan per keping dijual kisaran Rp350.000–Rp800.000 tergantung kadar emasnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, para sejarawan berharap kalau peninggalan tersebut bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah. Karena kalau benar-benar hilang, generasi yang akan datang tidak akan pernah bisa melihat bukti nyata keberadaan Kerajaan Samudra Pasai.
Baca juga: Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Demak yang Masih Bisa Dilihat Hingga Kini
2. Stempel Samudra Pasai
Benda kuno peninggalan Kerajaan Samudra Pasai tersebut ditemukan di daerah Kuta Krueng. Tepatnya berada di sebuah tambak yang terletak tidak jauh dari kompleks pemakaman Abdullah bin Muhammad.
Ukurannya bisa dibilang sangat kecil, yaitu hanya 2 x 1 cm. Melihat dari strukturnya, stempel tersebut terbuat dari tanduk hewan. Sayang sekali pada saat ditemukan, bentuknya sudah tidak utuh karena ada yang patah.
Pada benda itu juga terdapat sebuah tulisan yang jika artinya “Kerajaan Muhammad”. Karena hal tersebut, para ahli menduga kalau stempel tersebut digunakan pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik az-Zahir.
3. Cakra Donya
Cakra Donya merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang terkenal. Lonceng tersebut merupakan hadiah persahabatan dari kekaisaran Cina saat kedua kerajaan tersebut menjalin kerjasama di bidang perdagangan dan keamanan.
Benda tersebut memang dibuat pada tahun 1409 Masehi. Akan tetapi, baru diberikan oleh Laksamana Cheng Ho untuk Samudra Pasai pada tahun 1414 Masehi.
Lonceng Cakra Donya ini memikiti tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Bentuknya menyerupai stupa dan terbuat dari besi. Selain itu, pada sisinya terukir tulisan Cina dan Arab.
Sayangnya, untuk tulisan Arabnya tidak dapat dibaca lagi karena aus. Sementara itu, untuk tulisan cintanya berbunyi, “Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo.”
Pada zaman dahulu, lonceng tersebut berfungsi untuk memberi aba-aba apabila ada serangan dari laut. Setelah keadaan aman dan tidak ada perang, benda itu lalu beralih fungsi menjadi alat penanda salat.
Pada saat peperangan dulu, keberadaan sempat berpindah-pindah ke berbagai tempat. Namun kini, Cakra Donya tersimpan rapi di Museum Negeri Aceh. Tepatnya berada di Jalan Alauddin Mahmud Syah, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.
Baca juga: Ulasan Lengkap Mengenai Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kediri
4. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Peninggalan bersejarah lainnya adalah naskah surat yang pernah ditulis oleh Sultan Zainal Abidin IV. Ia merupakan raja terakhir Samudra Pasai yang meninggal pada tahun 1518 Masehi.
Surat yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 1514 menggambarkan situasi kerajaan yang yang semakin kacau karena terlibat konflik dengan Portugis. Isinya adalah pengaduan sang sultan kepada Gubernur Portugis yang benama Kapitan Moran. Di situ, ia memprotes tindakan utusan Portugis yang berlaku sewenang-wenang.
Tindakan tentara Portugis tersebut merupakan akibat dari jatuhnya Selat Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Peristiwa ini membuat mereka menjadi sewenang-wenang terhadap kerajaan-kerajaan Islam.
Hingga pada suatu waktu, Sultan Zainal Abidin kemudian mengikat perjanjian dengan Portugis. Ia berpikir itu adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya pada saat itu. Namun faktanya, perjanjian itu malah membuat keadaan semakin kacau dan kemudian mengalami keruntuhan.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
5. Nisan Sultan Malik as-Saleh
Makam milik Sultan Malik as-Saleh juga dikategorikan sebagai peninggalan sejarah dari Kerajaan Samudra Pasai. Lokasinya berada di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Tempat ini sering dijadikan tempat ziarah baik wisatawan dalam dan luar negeri.
Sultan Malik as-Saleh merupakan pemimpin pertama Kerajaan Samudra Pasai. Ia naik tahta pada tahun 1267 dan wafat pada tahun 1297 Masehi.
Pada nisan sang sultan, kamu dapat melihat perpaduan gaya arsitektur pengaruh peradaban Buddha dan Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuknya yang menyerupai stupa. Badannya berbentuk kotak dan ujungnya lancip.
Sementara itu, pengaruh Islam dapat dilihat dari kaligrafi yang terpahat pada nisannya. Bahasa yang digunakan tentu saja menggunakan bahasa Arab.
Kemudian, di sebelahnya juga terdapat sebuah makam milik putranya, yaitu Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Ia memerintah pada tahun 1287 – 1326 Masehi.
6. Nisan Sultanah Nahrasiyah
Sultanah Nahrasiyah merupakan pemimpin wanita pertama di Kerajaan Samudra Pasai. Ia dikenal sebagai seorang yang begitu ramah, murah hati, bijaksana, dan mengayomi.
Di masa kepemimpinannya pula, kesetaraan gender dijunjung tinggi. Hal tersebut membuat wanita memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan pekerjaan, termasuk menjadi penyiar agama.
Sultanah Nahrasiyah naik tahta pada tahun 1406. Setelah 22 tahun memimpin, ia pun wafat pada tahun 1428 Masehi.
Makamnya berada di desa Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara atau yang biasa disebut kompleks II. Lokasinya tidak jauh dari kompleks pemakaman I milik Raja Malik as-Saleh dan putranya.
Tempat peristirahatan terakhir milih sang sultanah ini disebut-sebut sebagai makam paling indah se-Asia Tenggara. Hal tersebut karena keseluruhan nisan dan jirat terbuat dari batu pualam yang berasal dari Gujarat, India.
Sama seperti nisan raja yang sebelumnya, pada dinding milik Sultanah Nahrasiyah juga terdapat tulisan kaligrafi. Di sisi depan terpahat kata-kata mulia yang menjunjung beliau dan disertai tahun wafatnya. Sementara itu, sisi lainnya terukir surat Al-Baqarah ayat 285 dan 295, surat Yasin, dan surat ali-imran ayat 18 dan 19.
Kompleks pemakaman ini juga menjadi salah satu tujuan wisata religi. Keadannya pun masih terawat dengan baik.
Baca juga: Prasasti Peninggalan yang Menunjukkan Keberadaan Kerajaan Kutai
Sudah Puas Menyimak Ulasan tentang Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai Ini?
Itulah tadi beberapa peninggalan berharga yang menjadi penunjuk keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Apakah sudah sedikit mengurangi rasa penasaranmu? Semoga saja iya.
Bagaimana kalau kamu ingin menyimak informasi lain mengenai kerajaan tersebut? Tenang saja, kamu bisa mendapatkannya lewat artikel PosKata yang lain.
Selain Kerajaan Samudra Pasai, kamu juga bisa membaca ulasan mengenai kerajaan-kerajaan lain yang pernah ada di nusantara, lho. Beberapa contohnya adalah Kerajaan Demak, Sriwijaya, Tarumanegara, dan Majapahit.