
Eksistensi Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Selain berupa prasasti, ada juga peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berupa candi. Nah, informasi lebih lengkapnya bisa kamu simak di bawah ini, ya!
Benda-benda peninggalan peradaban sebuah kerajaan memang sangatlah penting karena memuat informasi mengenai keberadaan kerajaan tersebut. Sama seperti di Kerajaan Sriwijaya, eksistensinya dapat diketahui dari peninggalan bersejarahnya yang berupa prasasti maupun candi.
Nah pada artikel kali ini, secara khusus akan dibahas mengenai candi-candi peninggalan kerajaan tersebut beserta informasi terkait secara lengkap. Kalau nanti mau dijadikan referensi destinasi wisata sejarah juga boleh, lho.
Gimana? Sudah nggak sabar ingin segera membaca artikel lengkapnya? Kalau gitu, kamu bisa cek ulasannya berikut ini.
Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Berikut ini adalah lima candi yang disebut-sebut sebagai peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya. Beberapa candi tersebut, yaitu:
1. Candi Biaro Bahal
Bangunan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang juga dikenal dengan Candi Portibi ini lokasinya berada di sebuah kawasan di Desa Bahal, Padang Bolak, Kabupaten Lawas Utara, Sumatra Utara. Luas kawasan tersebut kurang lebih sekitar dua hektar.
Biaro Bahal diperkirakan dibangun pada abad ke-11. Bangunan candi terbuat dari bata merah. Sementara itu, arca-arca yang terdapat di dalamnya menggunakan batu keras.
Tentang corak bangunan tersebut, apakah Hindu atau Buddha masih menjadi perdebatan. Pasalnya, atap dari candi tersebut memiliki bentuk yang mirip dengan bangunan yang bercorak Buddha. Akan tetapi, di situ juga terdapat arca-arca batu bercorak agama Hindu yang khas, seperti Ganesha atau makara.
Karena perpaduan yang dimilikinya, candi ini kemudian digunakan untuk acara keagamaan kedua agama tersebut. Salah satunya adalah upacara peringatan hari raya Waisak.
Namun pada saat tidak ada acara keagamaan, orang-orang boleh berkunjung, kok. Biaya masuknya pun cukup murah, yaitu hanya Rp5.000 saja.
Candi Biaro Bahal merupakan sebuah kawasan yang dikelilingi oleh beberapa candi lain. Contohnya adalah Candi Pulo, Candi Singkilon, Candi Magaledang, Candi Sitopayan, dan masih banyak lagi. Sayangnya, hanya kompleks Biaro Bahal saja yang renovasinya sudah selesai.
Kompleks Candi Biaro Bahal sendiri terbagi dari tiga bangunan utama. Mengenai penjelasan lengkapnya kamu bisa membacanya berikut ini:
a. Candi Biaro Bahal I
Sumber: Wikimedia Commons
Biaro Bahal I sendiri memiliki luas kawasan kurang lebih sekitar 3.000 m². Letaknya pun cukup mudah untuk ditemukan karena dari jalan besar saja bangunan ini sudah langsung terlihat.
Untuk masuk ke kawasannya kamu harus melewati sebuah gapura terlebih dahulu. Tak jauh dari gapura ada sebuah museum yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bagian dari arca dan bangunan yang belum direnovasi.
Bangunan utama Candi Bahal terletak di tengah kawasan dan menghadap ke gapura. Kalau dibandingkan dengan dua kawasan candi yang lain, bangunan utamanya bisa dibilang yang paling besar.
Candi utama ini memiliki empat bagian utama, yaitu tatakan, kaki, tubuh, dan atap. Dari informasi yang didapat, tatakan candi yang berbentuk bujur sangkar memiliki luas sekitar 7 m² dengan tinggi mencapai 180 cm.
Lalu di atasnya, dibangun kaki candi yang memiliki bentuk serupa dengan tinggi 75 cm dan luas 6 m². Selanjutnya, tubuh candi yang juga berbentuk bujur sangkar memiliki luas sekitar 5 m². Pada tubuh candi terdapat pintu dengan ukuran 120 x 250 cm dan di dalamnya ada sebuah ruangan kosong berukuran 3 m².
Nah, pada bagian atap dari candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini memiliki bentuk yang unik karena menyerupai silinder. Tingginya kurang lebih mencapai 2,5 m.
Pada beberapa bagian dinding candi terdapat pahatan-pahatan seperti manusia sedang melakukan kegiatan. Sayangnya, banyak dari pahatan tersebut yang rusak sehingga tidak terlalu jelas. Di salah satu sisi tangga untuk naik ke candi ini terdapat makara atau patu hewan yang memiliki wujud setengah buaya dan setengah ikan.
Selain itu, beberapa meter dari candi utama ini ada tiga bangunan pondasi berbentuk bujur sangkar. Sayangnya, belum ada yang tahu mengenai fungsi sebenarnya dari fondasi-fondasi tersebut.
Baca juga: Informasi tentang Prasasti Bersejarah Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Perlu Kamu Ketahui
b. Candi Biaro Bahal II
Sumber: Kepustakaan Candi
Selanjutnya, Biaro Bahal II berlokasi kurang lebih sekitar 300 meter dari yang pertama. Bangunan ini memiliki halaman yang luasnya sama dengan yang sebelumnya. Hanya saja, candi utamanya memiliki ukuran yang lebih kecil.
Susunan dari Candi Biaro Bahal juga terdiri dari tatakan, kaki, tubuh, dan atap. Tatakannya memiliki tinggi sekitar 1 meter dengan luas 6 m². Sementara itu, kaki candinya memiliki luas 5 m².
Di atas kakinya, dibangunlah tubuh candi dengan luas 3 m². Pada bagian ini juga terdapat pintu dengan ukuran 120 x 250 cm. Namun, ukuran ruangan di dalamnya lebih kecil karena luasnya hanya 2 m².
Kemudian pada atapnya memiliki bentuk limas dengan puncaknya yang berbentuk persegi empat. Pada puncak tersebut terdapat beberapa lubang yang belum diketahui apa fungsinya.
Di tangga utama bangunan tersebut juga terdapat dua makara yang mulutnya menganga. Namun, bentuknya berbeda dari yang sebelumnya.
Di sekitar candi utama ini juga terdapat bangunan fondasi berbentuk bujur sangkar yang bentuknya kurang lebih sama dengan fondasi di sekitar Candi Biaro Bahal I. Selain itu, terdapat pula reruntuhan candi dan beberapa potongan arca.
c. Candi Biaro Bahal III
Sumber: Kepustakaan Candi
Biaro Bahal yang ketiga ini lokasinya sebenarnya tidak terlalu jauh dari jalan besar. Akan tetapi, untuk datang ke sana harus melewati jalan setapak, pematang sawah, dan rumah-rumah penduduk.
Kondisi bangunan di sini kurang lebih mirip sekali dengan Candi Bahal I. Namun, ukuran bangunan utamanya lebih mirip dengan Candi Bahal II.
Atap dari candi tersebut juga mempunyai bentuk limas dengan puncak persegi empat. Nah bedanya, di sini tidak ditemukan lubang-lubang yang berderet.
Pada sisi-sisi dinding tatakan bangunannya terdapat pahatan indah yang menyerupai bunga. Sayangnya, pada dinding susunan yang lainnya tidak ditemukan relief apa pun.
Berbeda dari kedua candi yang sebelumnya, di sini tidak ditemukan makara. Sementara itu, di sisi utara terdapat beberapa arca yang kondisinya masih cukup baik. Salah satunya memiliki bentuk seperti tatakan patung dengan pahatan teratai di sekelilingnya.
2. Situs Candi Muara Takus
Sumber: Instagram – traveltoparks
Bangunan peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah situs Candi Muara Takus. Lokasinya berada di desa Muara Takus, Kecamatan Tigabelas Koto Kampas, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
Informasi mengenai tahun berapa situs candi didirikan ini masih simpang siur, yaitu sekitar abad ke-4 hingga ke-11. Namun yang jelas, bangunan-bangunanya diperkirakan dibangun pada saat pemerintahan Sriwijaya.
Situs Muara Takus ini merupakan peninggalan candi Kerajaan Sriwijaya yang bercorak agama Buddha satu-satunya di Riau. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur bangunannya yang berbentuk stupa dan terdapat lambang Buddha Gautama. Bangunan ini juga merupakan candi paling tua di Pulau Sumatra, lho.
Berbeda dari Biaro Bahal, candi di sini tidak hanya dibangun menggunakan bata merah saja. Akan tetapi, didirikan dengan menggunakan bahan campuran seperti bata merah, batu sungai, pasir, dan tanah liat.
Di dalam kompleks Muara Takus terdapat beberapa candi yang diberi nama Mahligai, Palangka, Sulung, dan Bungsu. Untuk masuk ke kawasan ini, kamu cukup membayar Rp10.000 saja. Nah, informasi mengenai masing-masing candinya bisa kamu simak berikut ini:
a. Candi Sulung
Sumber: Disparbud Kampar
Bangunan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di situs Muara Takus ini merupakan candi paling besar jika dibandingkan dengan yang lain. Pondasinya memiliki panjangnya sekitar 32,80 meter dan lebarnya 21,80 meter.
Bangunan ini tersusun dari tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Kaki candinya sendiri terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama tingginya sekitar 2,37 meter, sementara yang satunya mempunyai tinggi 1,98 meter.
Badannya yang melingkar kurang lebih memiliki diameter 7 meter dengan tinggi 2,5 meter. Sementara itu, pada bagian atapnya tidak diketahui ukuran yang sebenarnya karena sudah banyak komponennya yang rusak dan hilang.
Kemudian, pada bagian barat dan timur bangunan terdapat tangga yang masing-masing lebarnya sekitar 4 meter. Pada tangga tersebut terdapat patung singa yang sedang duduk.
Di depan gerbang candi ini terdapat gundukan tanah yang memiliki dua lubang. Gundukan tersebut diduga sebagai tempat pembakaran jenazah.
Candi yang memiliki 36 sisi ini sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Yang pertama adalah dilakukan pemugaran pada bagian kaki sebelah timur pada tahun 1990. Setelah itu, kaki bagian bawah dan atas baru dipugar pada tahun 1992 dan selesai di tahun 1993.
Baca juga: Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Begitu Bersejarah
b. Candi Bungsu
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Kalau ada si Sulung, pasti ada si Bungsu. Nah, Candi Bungsu ini memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dari kakaknya. Hanya saja, atapnya berbentuk persegi empat.
Bangunan tersebut memiliki ukuran 13,20 x 16,20 meter. Pada bagian depannya dibangun dengan menggunakan batu pasir. Sementara itu, pada bagian belakang menggunakan bata merah.
Alas candinya memiliki 20 sisi dan terdapat beberapa stupa kecil yang mengelilinginya. Pada salah satu sisi candi juga ada sebuah tangga yang dibuat dengan menggunakan batu putih.
c. Candi Mahligai
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Masih di situs yang sama, di sini juga ada sebuah candi yang masih terlihat begitu kokoh dan paling utuh jika dibandingkan dengan candi yang lain. Namanya Candi Mahligai atau yang juga disebut sebagai Stupa Mahligai.
Bangunan yang menghadap ke selatan memiliki kaki berbentuk persegi yang mempunyai panjang 10,6 meter dengan lebar 10,44 meter. Pada alasanya terdapat ukiran cantik yang berbentuk bunga teratai.
Pada bagian tengahnya terdapat sebuah menara berbentuk silinder yang menyerupai yoni. Lalu di puncak menaranya ada ukiran relief-relief yang tidak kalah bagus. Candi tersebut pernah mengalami pemugaran pada tahun 1978 dan selesainya cukup lama yaitu pada tahun 1983.
d. Candi Palangka
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Bangunan bersejarah terakhir di situs Candi Muara Takus yang informasinya akan kamu baca adalah Candi Palangka. Apabila dibandingkan dengan yang lain, candi ini memiliki ukuran yang paling kecil. Letaknya berada di sebelah timur Candi Mahligai dan memiliki jarak kira-kira hanya 3,85 meter saja.
Candi bersejarah ini pernah mengalami pemugaran pada tahun 1987. Sayangnya, yang dapat dipulihkan hanya bagian kaki dan tubuh candinya saja. Sementara itu, bagian atasnya hilang sehingga susah untuk dipulihkan karena bentuk sebenarnya tidak diketahui.
3. Candi Muaro Jambi
Sumber: Instagram – the.adventure.id
Muaro Candi juga merupakan kompleks percandian sama seperti Biaro Bahal dan Muara Takus. Lokasinya berada di tepi sungai Batang Hari yang berada Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Kompleksnya memiliki wilayah yang sangat luas, kira-kira mencapai hampir 4.000 hektar. Maka dari itu, tidak mengherankan jika letaknya berada di beberapa desa seperti Desa Muaro Jambi, Danau Lamo, Dusun Baru, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, dan Dusun Mudo.
Situs tersebut pertama kali ditemukan oleh S.C. Crooke, seorang letnan asal Inggris, pada tahun 1824. Ia tidak sengaja menemukannya saat sedang melakukan pemetaan terhadap aliran sungai. Menurut penelitian, kompleks ini sudah ada sejak abad ke-7.
Sayangnya, pemerintah Indonesia baru serius untuk memperhatikan situs peninggalan ini pada tahun 1975. Setelah itu, dilakukan pemugaran terhadap sembilan candi yang ditemukan.
Candi-candi tersebut adalah Kotomahligai, Gedong Satu, Gedong Dua, Tinggi, Kedaton, Gumpung, Kembar Batu, Candi Astano, dan Kembar Batu. Kesembilan bangunan tersebut memiliki corak agama Buddha. Ini bisa dibilang hanya sebagian kecil saja karena masih ada puluhan yang belum digali dan dipugar.
Menurut para arkeolog, kompleks ini merupakan pusat pendidikan dari Kerajaan Sriwijaya. Kamu mungkin masih ingat mengenai fakta kalau kerajaan ini merupakan pusat pendidikan agama Buddha terbesar di Asia Tenggara dan Asia Timur pada masanya.
Pada tahun 2009, Situs Muaro Jambi didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu warisan dunia. Bagaimana tidak? Situs ini sangat berpotensi karena memiliki merupakan situs kuno yang memiliki luas delapan kali lebih besar dari Borobudur. Akan tetapi, usaha tersebut belum membuahkan hasil.
Apabila ingin berkunjung ke sini, sebaiknya kamu menggunakan kendaraan pribadi. Hal itu dikarenakan belum ada kendaraan umum yang sampai ke kompleks tersebut. Harga tiketnya sangatlah murah, yaitu hanya Rp3.000.
Baca juga: Benda-Benda Bersejarah Peninggalan Kerajaan Majapahit
4. Candi Kota Kapur
Sumber: Kebudayaan Kemdikbud
Bangunan sejarah ini lokasinya berada di pinggir Sungai Mendo Barat yang terletak Desa Kota Kapus, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Kondisi dari candi ini berbeda dari yang lainnya karena hanya berupa reruntuhan.
Ada tiga candi yang ditemukan di wilayah desa tersebut. Candi yang pertama memiliki bentuk persegi dengan ukuran 4,5 x 4,5 meter. Bangunan ini dibuat dengan menggunakan batu gamping tufaan.
Sayang sekali, bentuknya sudah tidak begitu bagus karena rusak akibat penggalian liar. Di dalam candi ini pun ditemukan potongan-potongan arca dan barang pecah belah. Mengenai tahun berapa dibangunnya belum ada informasi yang jelas.
Tak jauh dari candi yang pertama, ditemukan bangunan serupa yang dinamakan Candi II. Bentuknya juga berupa reruntuhan yang sudah tidak beraturan dan terbuat dari batu kapur.
Candi II memiliki ukuran 2,65 x 2,95 meter dengan bentuk menyerupai balok. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah batu berbentuk seperti lingga dengan ketinggian 40 cm. Kalau bangunan yang ini diperkirakan didirikan pada abad ke-6.
Kemudian, candi yang ketiga ditemukan terpendam dalam sebuah gundukan tanah di kebun karet milik salah seorang warga. Bersama dengan candi tersebut ditemukan benda-benda seperti keramik, tembikar, dan perhiasan emas.
Bangunan III ini juga memiliki bentuk yang tidak teratur dan terbuat dari batu kapur berwarna merah dan putih yang lunak. Ukurannya 3,12 x 3,19 meter dan berbentuk persegi.
Informasi tentang Candi Peninggalan Sriwijaya
Itulah tadi informasi lengkap mengenai candi-candi bersejarah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Semoga penjelasannya bermanfaat untuk menambah pengetahuanmu, ya!
Buat yang masih penasaran dan ingin menyimak ulasan lebih banyak mengenai Kerajaan Sriwijaya, kamu bisa membaca artikel-artikel yang lain, lho.
Kalau misalnya juga ingin tahu informasi tentang kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, di PosKata juga ada, lho. Yuk, baca terus!