
Apakah kamu penasara dengan silsilah dari raja-raja yang memerintah Kerajaan Majapahit dan ingin membaca ulasan lengkapnya? Kalau iya, pas banget, nih, karena kamu bisa langsung menyimak ulasannya di bawah ini. Yuk, langsung saja!
Eksistensi Kerajaan Majapahit yang mampu bertahan hingga beberapa abad tentu tidak lepas dari raja-raja yang memerintah dan mengantarkan kerajaan tersebut meraih kejayaan. Mengenai siapa saja raja yang memegang kekuasaan tertinggi di Kerajaan Majapahit, kamu bisa menyimak penjelasan silsilah lengkapnya di sini.
Pemegang tahta kerajaan biasanya akan jatuh ke tangan orang yang memiliki ikatan darah dengan raja, terutama anaknya. Akan tetapi jika sang raja tidak memiliki keturunan, maka tahta bisa jatuh ke saudara atau keponakannya.
Meskipun mungkin cukup rumit, tapi apakah kamu sudah tidak sabar ingin segera membaca silsilah Kerajaan Majapahit dan penjelasannya ini? Nggak perlu banyak basa-basi lagi, langsung saja simak selengkapnya di bawah ini, ya!
Silsilah Raja-Raja Kerajaan Majapahit
Penjelasan lengkap mengenai silsilah para raja yang pernah memegang kekuasaan di Kerajaan Majapahit bisa disimak berikut ini:
1. Raden Wijaya
Sumber: Wikimedia Commons
Pada urutan pertama ada Raden Wijaya yang memiliki nama asli Nararya Sanggramawijaya. Ia merupakan keturunan bangsawan dari dua kerajaan, yaitu Sunda Galuh dan Singasari.
Sang ayah berasal dari Kerajaan Sunda Galuh, yaitu Rakyan Jayadarma. Sementara itu, ibunya adalah Lembu Tal yang merupakan keturunan keempat dari pendiri Kerajaan Singasari, Ken Arok.
Pada awalnya, Raden Wijaya melewati masa kecilnya di Kerajaan Sunda Galuh dan bisa menjadi salah satu pewaris tahta. Akan tetapi, situasi di kerajaan tersebut mulai kacau dan ayahnya dibunuh oleh musuhnya.
Setelah itu, ibunya membawa Raden Wijaya untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, yaitu Kerajaan Singasari. Karena itulah, ia kemudian tumbuh di lingkungan keluarga sang ibu.
Kemudian setelah dewasa, ia menikah dengan keempat putri Kertanegara, yaitu Tribuwananeswari, Gayatri, Narendraduhita, dan Jayendra Prajna Paramita. Hal itu diungkapkan dalam Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca.
Dari pernikahannya dengan sang permaisuri, Tribuwananeswari, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Kala Gemet atau yang kemudian dikenal sebagai Jayanegara. Sementara itu, dari Gayatri mendapatkan dua orang anak perempuan, yaitu Dewi Gitarja atau Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat atau yang juga dikenal Rajadewi Maharajasa.
Kemudian pada tahun 1292, terjadilah pemberontakan terhadap Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Jayakatwang. Raja Kertanegara tewas dalam pertempuran, sementara itu Raden Wijaya harus mengungsi.
Setelahnya, Raden Wijaya menyusun rencana untuk mengambil kembali kerajaan dan berhasil. Ia kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Gelarnya adalah Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.
2. Jayanegara
Sumber: Wikimedia Commons
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309. Kemudian, anak lelakinya yang bernama Jayanegara naik tahta dan menjadi raja Kerajaan Majapahit. Pada saat penobatan, usianya masih 15 tahun. Adapun gelarnya adalah Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara.
Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, Jayanegara merupakan putra Raden Wijaya dengan Tribuwananeswari. Namun menurut Kitab Pararaton, Jayanegara sebenarnya adalah anak dari Raden Wijaya dengan Dara Petak yang merupakan putri dari kerajaan di Sumatra. Setelah lahir, Jayanegara diangkat anak oleh sang permaisuri dan dijadikan putra mahkota.
Pada masa pemerintahan Jayanegara, terdapat banyak sekali pemberontakan yang terjadi. Pemberontakan tersebut merupakan “warisan” dari kepemimpinan ayahnya. Mengapa demikian? Konon pemberontakan tersebut merupakan rangkaian kejadian dari pemberontakan-pemberontakan oleh orang-orang terdekat sang ayah.
Pada tahun 1318, Ra Semi melakukan pemberontakan karena merasa tidak setuju dengan pengangkatan Jayanegara sebagai raja. Pasalnya ia bukanlah anak asli dari keturunan Kertanegara, melainkan memiliki darah dari kerajaan lain. Beruntungnya, pemberontakan tersebut dapat ditumpas.
Setahun kemudian, terjadi pemberontakan lagi yang dipimpin oleh Ra Kuti. Kali ini, alasannya adalah karena Raja Jayanegara mudah sekali terpengaruh sehingga terlihat begitu lemah. Pemberontakan ini dianggap paling berbahaya dan membuat Jayanegara harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Setelah itu, Gajah Mada dan pasukan pengaman raja yang lain menyusun strategi untuk menghentikan pemberontakan. Peperangan yang tak terhindarkan tersebut bisa padam setelah Ra Kuti tewas. Keadaan kerajaan kemudian berangsur-angsur pulih dan raja kembali ke istana.
Kemudian pada tahun 1328, Raja Jayanegara meninggal karena dibunuh oleh tabib istana, yaitu Tanca. Ada dua versi mengenai alasan mengapa ia membunuh sang raja.
Yang pertama adalah karena ia tidak setuju jika Jayanegara menikahi kedua adik perempuannya. Sementara itu, versi yang lain adalah karena istri sang tabib diperlakukan dengan tidak baik oleh raja.
3. Tribhuwana Tunggadewi
Sumber: Wikimedia Commons
Raja Jayanegara tewas tanpa memiliki keturunan. Tahta kerajaan seharusnya dipegang oleh Gayatri atau ibu tirinya. Akan tetapi, Gayatri lebih memilih untuk hidup menjadi seorang bhiksuni.
Ia kemudian menunjuk si putri sulung untuk menggantikannya. Maka dari itu, silsilah pemerintahan Kerajaan Majapahit kemudian diteruskan oleh Dyah Gitarja.
Dyah Gitarja resmi naik tahta dan menjadi pemimpin wanita pertama di Kerajaan Majapahit pada tahun 1329. Ia diberi gelar Sri Tribhuwanattunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.
Pada saat Jayanegara masih hidup, Tribhuwana Tunggadewi dan adiknya tidak boleh menikah untuk melindungi kekuasaannya. Namun setelah kematian sang kakak, banyak sekali ksatria yang datang dan melamar kedua putri tersebut
Tribhuwana Tunggadewi kemudian menikah dengan Cakradhara atau Kertawardhana Bhre Tumapel. Mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja.
Pada awal masa kepemimpinannya, Tribhuwana Tunggadewi diremehkan dan dianggap tidak cakap untuk memimpin sebuah kerajaan. Itu semua hanya karena ia adalah seorang perempuan.
Akan tetapi, ia dapat membungkam mereka semua dengan kemajuan-kemajuan yang terjadi di Majapahit di bawah kepemimpinannya. Salah satunya adalah melakukan perluasan wilayah.
Sang raja putri ini juga begitu pemberani dan cekatan. Ia bahkan turun tangan sendiri untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh Sadeng dan Keta.
Sayangnya, kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi berlangsung hanya selama Gayatri masih hidup. Ketika ibunya meninggal pada tahun 1350, ia pun harus turun tahta dan kemudian digantikan oleh putra sulungnya, Hayam Wuruk.
4. Hayam Wuruk
Sumber: Wikimedia Commons
Selanjutnya dalam ulasan silsilah Kerajaan Majapahit ini akan membahas raja keempat, yaitu Hayam Wuruk yang lahir pada tahun 1334. Umurnya masih sangat belia saat dirinya resmi diangkat menjadi raja pada tahun 1350 dengan gelar Sri Rajasanegara.
Salah satu raja yang terkenal dari Kerajaan Majapahit ini menikah dengan Sri Sudewi atau yang kemudian dikenal sebagai Paduka Sori. Dari pernikahan tersebut lahirlah Kusumawardhani. Sementara itu, ia juga memiliki anak dari selir yang tidak disebutkan namanya, yaitu Wirabhumi.
Sang raja dikenal sebagai sosok yang begitu tegas dan berani. Maka dari itu, tidak mengherankan apabila ia mampu membawa Kerajaan Majapahit mencapai kejayaannya. Terlebih lagi, ia memiliki Gajah Mada yang sudah paham dan berpengalaman dengan situasi pemerintahan.
Pada masa pemerintahannya, Hayam Wuruk melakukan perluasan wilayah untuk semakin menguatkan kedudukannya. Tidak tanggung-tanggung, wilayah yang berada di bawah kekuasaanya bukan hanya meliputi pulau-pulau seperti Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Papua. Namun juga sampai ke negara tetangga, yaitu beberapa wilayah Singapura, Australia, dan semenanjung Melayu.
Perluasan wilayah tersebut juga merupakan andil Gajah Mada yang sudah bersumpah untuk menyatukan seluruh wilayah nusantara. Sumpah tersebut dikenal dengan Sumpah Palapa.
Tidak hanya mempeluas wilayah dan menjadi rakyatnya, Hayam Wuruk juga begitu peduli dengan kebudayaan. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya candi yang didirikan serta karya sastra tulisan yang diterbitkan.
Kemudian pada tahun 1364, Mahapati Gajah Mada wafat dan meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi sang raja. Ia kemudian memimpin kerajaan selama beberapa puluh tahun tanpa sang patih kepercayaan sebelum meninggal pada tahun 1389.
5. Wikramawardhana
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah Hayam Wuruk meninggal, Wikramawardhana naik tahta menggantikannya. Ia adalah anak dari Dyah Nertaja sekaligus suami dari Kusumawardhani. Dirinya dinobatkan pada tahun 1389 dengan gelar adalah Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama.
Pernikahan raja yang benama asli Raden Gagak Sali dengan sang permaisuri dikaruniai seorang anak laki-laki. Namanya adalah Rajasakusuma. Sayang sekali sang putra mahkota ini tidak dapat mewarisi tahta Kerajaan Majapahit karena meninggal diusianya yang masih sangat muda.
Setelah itu, Wikramawardhana menikah lagi dan memiliki tiga anak dari selirnya. Mereka adala Bhre Tumapel, Suhita, dan Kertawijaya. Hal tersebut tertulis dalam Kitab Pararaton karangan Mpu Prapanca.
Tumpuk kekuasaan Kerajaan Majapahit dipegang oleh Wikramawardhana dan Kusumawardhani secara berdampingan. Dua belas tahun kemudian, Wikramawardhana mundur dan memilih untuk menjadi seorang pendeta. Dengan demikian, Kusumawardhani sendirilah yang memegang tumpu kekuasaan.
Akan tetapi, tak lama setelah itu Kusumawardhani meninggal dunia. Wikramawardhana kemudian diangkat menjadi raja lagi.
Hal tersebut rupanya menimbulkan rasa iri di hati Bhre Wirabhumi. Anak dari selir Hayam Wuruk tersebut menginginkan tahta kerajaan. Menurut Kita Pararaton, perselisihan tersebut mengakibatkan kerajaan terpecah menjadi dua.
Keraton Barat dipimpin oleh Wikramawardhana. Sementara itu, Keraton Timur dipimpin oleh Bhre Wirabumi. Namun tentu saja, perselisihan tidak berhenti sampai di situ saja.
Pada tahun 1404, terjadilah perang yang cukup sengit antar kedua kubu yang saling serang. Pertempuran itu kurang lebih terjadi selama dua tahun dan dimenangkan oleh kubu Wikramardhana.
Meski dapat menyatukan kedua kerajaan kembali, perang tersebut rupanya memiliki efek yang luar biasa. Banyak sekali wilayah kekuasaan yang melepaskan diri. Inilah awal mula runtuhnya Kerajaan Majapahit.
6. Dyah Suhita
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah Raja Wikramawardhana meninggal pada tahun 1429, silsilah pemerintahan Kerajaan Majapahit kemudian dilanjutkan oleh Dyah Suhita. Ia adalah anak Wikramawardhana dari salah seorang selir yang tidak disebutkan namanya.
Suhita berhak naik tahta karena keturunan ayahnya dari permaisuri sudah meninggal dunia. Begitu pula dengan kakaknya, yaitu Bhre Tumapel juga tidak memiliki umur yang panjang.
Dyah Suhita resmi diangkat menjadi raja putri di Kerajaan Majapahit pada tahun 1429. Ia memimpin pemerintahan dengan didampingi oleh sang suami, yaitu Ratnapangkaja atau Bhatara Prameswara.
Pada masa kepemimpinannya, Dyah Suhita aktif membangun candi-candi yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Tidak hanya di pusat-pusat kota, tetapi juga di lereng-lereng pegunungan.
Setelah cukup lama memegang pemerintahan, Bhatara Prameswara meninggal dunia pada tahun 1437. Sang istri menyusul sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1447. Keduanya kemudian dimakamkan bersama di Singhajaya.
Setelah itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Kertawajaya yang merupakan adik dari Suhita. Kertawijaya naik tahta karena Suhita dan Bhatara Prameswara tidak memiliki keturunan.
7. Kertawijaya
Sumber: Dictio
Raja yang bergelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana ini resmi dinobatkan menjadi raja pada tahun 1447 menggantikan Dyah Suhita. Ia merupakan putra dari Wikramawardhana dari salah satu selirnya.
Pada Prasasti Waringin Pitu dituliskan bahwa Kertawijaya adalah seorang raja yang begitu baik dan menjunjung tinggi para dewa yang disembah. Ia juga merupakan orang yang bijak dan disegai oleh rakyatnya. Dirinya bahkan dijuluki mirip seperti Dewa Wisnu.
Selain itu, raja yang juga dikenal dengan nama Brawijaya I ini juga mencetuskan sistem pemerintahan yang baru. Sebelumnya, wewenang terpusat hanya dari kerajaan. Namun pada masa kepemimpinannya, ia menjalankan sistem pembagian kekuasaan yang tetap diawasi oleh sang raja. Tak hanya itu saja, ia juga membentuk beberapa daerah swasembada.
Sayang sekali, pada masa pemerintahannya banyak terjadi peristiwa alam yang membuat keadaan cukup kacau. Contohnya adalah seringnya terjadi bencana gunung meletus dan gempa bumi.
Masa pemerintahan Raja Kertawijaya bisa dibilang cukup singkat, yaitu hanya empat tahun saja. Ia meninggal pada tahun 1451 lalu dimakamkan di Kertawijayapura.
8. Rajasawardhana
Silsilah kepemimpinan Kerajaan Majapahit selanjutnya berada di tangan Rajasawardhana atau Brawijaya II yang resmi naik tahta pada tahun 1451. Sebenarnya, hubungan antara Rajasawardhana dengan Kertawijaya masih menjadi misteri karena hubungan mereka tidak secara jelas diceritakan dalam kitab mana pun.
Beberapa ahli berpendapat bahwa Rajasawardhana mengkudeta sang kakak sehingga bisa merebut tahta kekuasaan Majapahit. Akan tetapi, pendapat tersebut belum tentu benar karena menurut Kitab Pararaton Kertawijaya merupakan anak bungsu dari Wikramawardhana.
Sementara itu, ahli lain mengatakan kalau Rajasawardhana merupakan putra dari Kertawijaya yang memiliki nama kecil Dyah Wijayakumara. Nama ini disebutkan pada Prasasti Waringin Pitu.
Masa pemerintahan Rajasawardhana juga bisa dibilang tidak terlalu lama. Ia hanya menjadi raja selama tiga tahun saja, yaitu sampai pada tahun 1453.
9. Raja-Raja yang Lain
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah itu, pemegang tahta Kerajaan Majapahit sempat mengalami kekosongan selama tiga tahun. Hal tersebut diduga karena adanya perebutan kekuasaan oleh para keturunan raja.
Barulah kemudian pada tahung 1456, Girishawardhana naik tahta dan bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Masa pemerintahannya berjalan cukup lama, yaitu sepuluh tahun.
Raja yang juga diberi julukan Brawijaya III tersebut wafat pada tahun 1466. Ia kemudian dicandikan di Puri.
Setelah itu, pemerintahan dilanjutkan oleh Dyah Suprabhawa atau Bhre Pandalas atau Brawijaya VI. Dalam prasasti Waringin Pitu tertulis bahwa ia adalah anak bungsu dari Kertawijaya. Namun, ia hanya menjadi raja selama dua tahun saja.
Selanjutnya pada tahun 1468, tahta Kerajaan Majapahit berada di tangan Bhre Kertabumi yang bergelar Brawijaya V. Pada masa pemerintahannya inilah, agama Islam masuk dan mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Pada masa pemerintahannya ini pula, Kerajaan Majapahit mulai banyak diserang oleh kerajaan lain. Salah satunya adalah Kerajaan Kediri yang kemudian membuat sang raja terdesak dan harus menyingkir ke Gunung Lawu. Di sana, ia lalu memutuskan untuk menjadi seorang pertapa.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1478, Raja Kertabumi digantikan oleh Girindrawardhana atau Brawijaya VI. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan semakin kecil karena banyak yang melepaskan diri.
Kepemimpinan Brawijaya VII berakhir pada tahun 1498. Ia kemudian digantikan oleh orang kepercayaannya, yaitu Patih Udara. Ia merupakan pemegang kekuasaan Kerajaan Majapahit terakhir sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Demak.
Silsilah Para Raja yang Memerintah Kerajaan Majapahit
Demikianlah, ulasan lengkap mengenai silsilah raja-raja yang pernah menjadi penguasa Kerajaan Majapahit. Semoga setelah membacanya bisa menambah pengetahuanmu, ya!
Kalau masih ingin tahu lebih banyak tentang Kerajaan Majapahit, mulai dari sejarah singkat, peninggalan-peninggalan, pendiri, hingga penyebab runtuhnya, kamu bisa menyimak artikel lain di PosKata.
Selain itu, di sini kamu juga bisa menyimak sejarah lengkap dari kerajaan-kerajaan yang lain, lho. Maka dari itu, tunggu apalagi? Yuk, baca terus!