Penemuan peninggalan sejarah dari suatu kerajaan merupakan bukti penting akan keberadaan kerajaan tersebut. Lantas, apa sajakah peninggalan-peninggalan sejarah milik Kerajaan Banjar yang terletak di Kalimantan Selatan ini? Simak selengkapnya di sini, ya!
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Kalimantan. Keberadaannya dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan yang masih ada hingga sekarang. Nah, ulasan tentang peninggalan sejarah Kerajaan Banjar dapat kamu simak lewat artikel ini.
Sebagian besar dari peninggalan tersebut berupa tempat-tempat yang dapat dikunjungi. Kalau misalnya kamu sedang membutuhkan referensi wisata sejarah atau religi, nanti bisa menjadikan salah satunya sebagai destinasi wisata.
Sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin segera menyimak ulasan tentang peninggalan sejarah Kerajaan Banjar beserta gambar-gambarnya, ya? Daripada kebanyakan basa-basi, mending langsung dibaca saja di bawah ini.
Peninggalan Kerajaan Banjar yang Masih Ada Sampai Sekarang
Adapun peninggalan sejarah dari Kerajaan Banjar adalah sebagai berikut:
1. Masjid Sultan Suriansyah
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, sudah tentu masjid menjadi salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Banjar. Pasalnya, masjid merupakan salah satu elemen dari konsep Catur Gatra Tunggal.
Untuk yang belum tahu, filosofi tersebut dicetuskan oleh Sunan Kalijaga. Adapun elemen-elemen dari Catur Gatra Tunggal yang harus dipenuhi dalam sebuah kerajaan adalah adanya istana, masjid, pasar, dan alun-alun.
Konsep tersebut banyak digunakan oleh kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Nah, sedikit banyak Kerajaan Banjar mengadopsi konsep tersebut karena dulunya memiliki hubungan yang erat dengan Kerajaan Demak.
Lokasinya Masjid Sultan Suriansyah berada di tepi sungai Kuin yang masih termasuk ke dalam kawasan Banjar Lama. Lebih tepatnya, berada di Jalan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin.
Sesuai dengan namanya, bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, yaitu sekitar tahun 1526 Masehi. Luas bangunannya sekitar 15,5 x 15,7 x 10 meter. Sementara itu, luas keseluruhan area adalah 30 x 25 meter.
Arsitektur Masjid Sultan Suriansyah
Kalau dilihat dari bentuknya, tempat yang memiliki nama lain Masjid Kuin ini sangat kental dengan budaya setempat. Hal itu dapat dilihat dari bangunannya yang memiliki konstruksi rumah panggung. Bahan dasarnya menggunakan kayu ulin. Pohon tersebut merupakan tanaman khas Kalimantan yang memang dimanfaatkan untuk membangun karena karakternya yang kuat dan kokoh.
Tak hanya kental dengan budaya Banjar, kamu dapat menemukan campuran budaya Jawa di sini. Konon pada waktu itu, sang sultan bingung ingin membuat bangunan seperti apa sehingga memutuskan untuk mengadopsi bentuk milik Masjid Agung Demak.
Percampuran budaya itu dapat dilihat dari atapnya yang tumpang berundak. Bentuk ini merupakan khas bangunan-bangunan Jawa pada zaman dulu. Selain itu, dapat juga menyimbolkan sebagai bangunan penting di kawasan tersebut.
Pintu dari Masjid Sultan Suriansyah ini sangatlah unik. Di kedua daun pintunya terdapat tulisan inskripsi berbahasa Arab-Melayu, masing-masing terdiri dari lima baris. Pintu itu dibuat pada 10 Sya’ban 1159 Hijriyah oleh Kiai Demang Astungkara.
Di tengah-tengah bangunan masjid terdapat empat tiang guru yang masih kokoh meskipun sudah berusia ratusan tahun. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, pada bagian atas tiang tersebut diberi wafak atau jimat bertulisan Arab yang diisi dengan doa-doa sebagai pelindung.
Selanjutnya, di bagian dalam masjid paling tua di Kalimantan Selatan ini ada sebuah mimbar berundak yang juga terbuat dari kayu ulin. Pada bagian plengkungannya terdapat tulisan kaligrafi yang berbunyi, “Allah Muhammadarasulullah.” Mimbar tersebut baru dibuat pada tahun 1879 Masehi.
Pada beberapa bagian ruang bangunan tersebut juga terdapat ukir-ukiran yang khas. Misalnya saja ada ukiran nanas yang bermakna untuk membersihkan jiwa-jiwa yang kotor, manggis yang artinya jangan menilai seseorang dari luarnya saja, dan ada pula tali yang menyimbolkan persaudaraan.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Sejarah Era Kerajaan Ternate yang Masih Ada Hingga Sekarang
2. Masjid Al-Karomah
Masih berupa bangunan, peninggalan sejarah Kerajaan Banjar yang lainnya adalah Masjid Al-Karomah. Kalau yang tadi adalah masjid tertua, yang satu ini menjadi masjid terbesar di Kalimantan Selatan.
Lokasinya sangat strategis karena berada di pusat Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Tempatnya dapat diakses dengan mudah karena berada di jalan utama antar kota.
Pada mulanya, bangunan ini bernama Masjid Jami’ Martapura. Dulu, tempat tersebut tak hanya digunakan sebagai tempat untuk beribadah dan berdakwah saja, lho.
Akan tetapi, juga digunakan sebagai benteng pertahanan oleh para pejuang yang melawan Belanda. Namun kemudian, masjid ini dibakar oleh Belanda.
Setelah itu, masyarakat Banjar kemudian menginginkan untuk membangun sebuah masjid yang lebih besar. Dengan diprakarsai oleh tiga ulama besar di Banjar, yaitu Tuan Guru Muhammad Natsir, Datu Kaya, dan Datu Landak, pembangunan masjid dimulai pada tahun 1897.
Bahkan, Datu Landak sendiri yang mencari sokogurunya sampai ke daerah Barito, Kalimantan Tengah. Sama seperti bangunan-bangunan Bajar pada zaman dulu, sokogurunya terbuat dari kayu ulin.
Proses pembangunan Masjid Al-Karomah memakan waktu yang cukup lama. Bangunan itu diresmikan pada tahun 1994, tepat pada saat perayaan kelahiran Nabi Muhammad.
Melihat Lebih Dekat Arsitektur Masjid Al-Karomah
Serupa dengan Masjid Sultan Suriansyah, bangunan ini pada awalnya juga mengadopsi arsitektur miliki Masjid Agung Demak. Terutama pola ruangnya yang memiliki atap berbentuk meru, ruang cella, dan tiang guru.
Namun setelah itu, bangunan tersebut mengalami renovasi, yang tersisa hanyalah sokogurunya saja. Sekarang, arsitekturnya lebih mengarah ke gaya modern.
Saat akan masuk ke salah satu peninggalan Kerajaan Banjar ini, gapura berbusur setengah lingkaran khas arsitektur Islam akan menyambutmu. Setelah itu, kamu akan dibuat terpana oleh keindahan bangunanya yang memiliki atap berbentuk seperti bawang.
Kubahnya sendiri dilapisi oleh batu marmer yang berwarna biru dan hijau. Jumlahnya ada tujuh buah, tiga kubah utama dikelilingi oleh empat kubah kecil.
Setelah itu, masjid tersebut juga memiliki sebuah menara. Fungsinya adalah untuk mengamati hilal sebagai penentu datangnya bulan Ramadhan.
Ketika masuk ke dalam, kamu akan menemukan empat tiang guru yang merupakan peninggalan waktu masjid ini pertama kali dibangun. Di sekelilingnya, juga terdapat tiang-tiang penyangga yang lain, namun terbuat dari konstruksi beton.
Selanjutnya, ada ruangan cukup besar yang digunakan sebagai tempat Imam memimpin salat. Di ruangan tersebut terdapat sebuah mimbar kuno berwarna putih yang sudah ratusan tahun digunakan.
Tidak ada informasi yang akurat mengenai berapa luas keseluruhan area tempat ini. Yang jelas, Masjid Al-Karomah mampu menampung kurang lebi 21.000 orang.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Mataram Islam
3. Kompleks Pemakaman Raja-Raja dan Ulama Penting
Makam raja-raja dan ulama Kerajaan Banjar merupakan salah satu tempat peninggalan yang sering dikunjungi untuk wisata religi. Ulasannya adalah sebagai berikut:
a. Kompleks Makam Sultan Suriansyah
Letak dari Kompleks Pemakaman Sultan Suriansyah berada di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasih Utara, Kota Banjarmasin. Sebenarnya, tempat ini hanya berjarak sekitar 500 meter saja dari Masjid Sultan Suriansyah.
Sultan Suriansyah adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Banjar. Ketika meninggal pada tahun 1540, ia kemudian diberi gelar anumerta, yaitu Panembahan Batu Habang.
Tidak ada yang tahu jelas mengenai kapan makam milik sultan pendiri Kerajan Banjar ini ditemukan. Namun, kompleks pemakaman tersebut mengalami pemugaran sekitar tahun 1984.
Adapun tujuan dari pemugaran tersebut adalah untuk memperkokoh sisi bawah makam menggunakan slof beton, membenarkan letak nisan, dan memperbaiki ukiran-ukiran hiasannya yang telah rusak.
Kompleks makam sultan ini terbagi menjadi dua. Tanggul yang memiliki batu bata berwarna merah adalah milik Sultan Suriansyah, Ratu Intan Sari, Patih Masih, dan beberapa yang lain. Ukurannya sekitar 17 x17 meter.
Sementara itu, tanggul yang sebelah timur juga memiliki ukuran yang sama. Hanya saja, bahan penyusunnya menggunakan batu bata putih. Pada bagian ini adalah makam milik Sultan Rahmatullah dan Hidayatullah.
Setelah itu, sekitar tahun 1985, kompleks pemakaman ini mengalami pemugaran kembali. Kali ini, fokusnya adalah untuk menggantikan cungkup makam yang lama.
Beberapa tokoh lain yang juga turu dimakamkan di sini bisa dibilang cukup banyak. Di antaranya adalah Patih Kuin, Syekh Abdul Malik, Pangeran Ahmad, Pangeran Muhammad, dan Gusti Muhammad Arsyad.
Baca juga: Bukti Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
b. Makam Sultan Mustain Billah
Situs lain yang juga menjadi peninggalan berharga dari Kerajaan Banjar adalah makam milik Sultan Mustain Billah. Pada awalnya, lokasinya berada di Desa Dalam Pagar, Kecamatan Martapura, Banjar.
Namun karena desa itu mengalami pemekaran, kini letaknya menjadi di Desa Sungai Kitano. Kira-kira, jaraknya hanya 10 meter saja dari tepi Sungai Martapura.
Akses jalan ke sini juga mudah dijangkau. Terlebih lagi sudah ada jembatan layak yang menghubungkan desa tersebut dengan jalan utama.
Makam penguasa Kerajaan Banjar yang keempat baru ditemukan pada tahun 1990-an oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan kondisinya yang tertimbun tanah dan tertutup semak belukar.
Penemuan tersebut kemudian dilaporkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar. Setelah itu, barulah makam dipugar dan dirawat menjadi lebih baik. Tanah di mana makam itu berada kemudian ditinggikan dan diberi penaung.
Saat ini, tempat tersebut kondisinya memang masih cukup baik dan rapi. Namun sayangnya, kurang mendapatkan perhatian, tidak seperti kompleks pemakaman Sultan Suriansyah. Padahal, makam ini seharusnya dilestarikan agar sejarah tidak dilupakan begitu saja oleh anak cucu.
Baca juga: Candi-Candi yang Menjadi Bukti Kemegahan Kerajaan Mataram Kuno
c. Makam Sultan Inayatullah
Satu lagi peninggalan berharga milik Kerajaan Banjar yang berupa makam adalah peristirahatan terakhir milik Sultan Inayatullah. Letaknya berada di Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, Kalimantan Selatan.
Sayang sekali, tidak banyak informasi yang dapat diulik dari makam Sultan Inayatullah ini. Hanya saja sama seperti yang terlihat pada gambar di atas, makamnya dilapisi dengan dengan keramik berwarna biru. Kondisinya memang baik, namun tidak terlalu terawat.
d. Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
Dan yang terakhir adalah makam milik salah satu ulama Kerajaan Banjar yang terkenal, yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Ia memiliki peranan yang cukup penting dalam menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut.
Diketahui, syekh tersebut lahir pada tanggal 17 Maret 1710 di Lok Gabang. Ia meninggal di Desa Dalam Pagar pada tahun 1812. Hingga saat ini, makam miliknya masih banyak dikunjungi oleh umat muslim yang melakukan ziarah.
Nah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menulis kitab yang sangat terkenal pada masanya. Namanya adalah Kitab Sabilal Muhtadin. Kitab tersebut ditulis oleh beliau pada tahun 1779, tepatnya pada masa Sultan Tamjidullah.
Isi dari Kitab Sabilal Muhtadin adalah penjelasan tentang ilmu fikih dalam Madzhab Syafi’i. Banyak uraian di dalamnya diambil dari ulama-ulama beraliran Madzhab Syafi’i yang lain seperti Khatib As-Syarbini, Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, dan Syekh Ar-Ramli. Bahasa yang tertulis dalam kitab tersebut ada tiga, yaitu Banjar, Melayu, dan Arab.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
4. Candi Agung Amuntai
Selain Masjid dan kompleks pemakaman, Kerajaan Bajar juga memiliki peninggalan berupa situs candi. Lebih tepatnya, ini adalah candi purbakala milik Kerajaan Dipa yang merupakan cikal bakal kerajaan tersebut.
Untuk yang belum tahu, Kerajaan Dipa berdiri pada tahun 1438. Letaknya sangat strategis karena dekat dengan tiga aliran sungai, yaitu Tabalong, Negara, dan Balangan. Kerajaan tersebut dipimpun oleh Maharaja Suryanata dan Putri Junjung Buih dengan pusat kota Amuntai.
Nah, untuk lokasi dari Candi Agung Amuntai sendiri berada di daerah Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan. Konon, pada awalnya bangunan candi itu berada di pinggir laut. Namun karena terjadi peristiwa alam, laut itu kemudian merubah menjadi daratan.
Sisa-sisa dari Candi Agung baru ditemukan sekitar tahun 1967 saat para arkeolog melakukan penggalian situs di sekitar lokasi. Luas bangunannya kira-kira berukuran 40 x 50 meter. Sementara itu, bahan yang digunakan untuk membuat bangunannya adalah dari kayu dan batu bata.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog, batu bata yang digunakan untuk membangun candi tersebut memiliki bobot yang lebih berat dan ketahanan yang lebih kuat jika dibanding batu bata biasa. Selain itu, setelah diteliti lebih lanjut, strukturnya mirip dengan batu bata yang ditemukan pada Candi Kayen yang berada di Jawa Tengah.
Selain sisa-sisa bangunan, di sini juga ditemukan beberapa artefak kuno yang sangat berharga. Contohnya adalah tembikar, senjata, dan perkakas dari loga lainnya. Beberapa benda peninggalan Kerajaan Tersebut kemudian disimpan di Museum Lambung Mangkurat.
Baca juga: Faktor-Faktor yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak
Sejarah dan Mitos Candi Agung Amuntai
Menurut beberapa sumber sejarah, peninggalan kuno yang berupa candi tersebut dibangun pada abad ketujuh oleh Empu Jatmika. Dari cerita yang berkembang di masyarakat, sang empu dulunya merupakan seorang saudagar yang kaya.
Ia kemudian diutus oleh orang tuanya untuk singgah di suatu tempat yang tanahnya berbau harum dan udaranya panas. Setelah sekian lama berkelana, akhirnya sampai juga ia di tempat yang dimaksud. Nah setelah itu, ia membangun Candi Agung di sana.
Tempat peninggalan Kerajaan Banjar ini juga dikenal karena auranya yang mistis. Banyak orang yang datang ke sini untuk mencari berkah. Di sekitar sini ada beberapa tempat yang sering dikunjungi, yaitu Sumur Tiang Sembilan, Tiang Mahligai, dan tempat bertapa milik Pangeran Suryanata.
Nah, orang-orang tersebut biasanya akan mandi di Sumur Tiang Sembilan. Selain itu, ada juga yang meletakkan kain kuning di Pertapaan Pangeran Suryanata.
Baca juga: Mengenal Sosok Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai
Tempat Sejarah Peninggalan Kerajaan Banjar Mana yang Akan Kamu Kunjungi?
Demikianlah ulasan tentang beberapa tempat peninggalan sejarah milik Kerajaan Banjar yang informasi lengkapnya dapat kamu simak di sini. Setelah membaca penjelasan di atas, kira-kira adakah tempat yang tertarik untuk kamu kunjungi?
Untuk yang masih belum puas membaca ulasan tentang Kerajaan Banjar, tak perlu bingung. Kamu bisa menyimak ulasan mengenai pendiri maupun silsilah raja di artikel PosKata yang lain.
Tak hanya Kerajaan Banjar saja, kamu juga akan menemukan informasi serupa tentang kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, lho. Contohnya ada Kerajaan Sriwijaya, Samudra Pasai, Gowa-Tallo, dan lain-lain. Jadi, tunggu apalagi? Baca terus, yuk!