Mengenal Sosok Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai

Mengenal Lebih Dekat dengan Sosok Kundungga

Sumber: Wikimedia Commons

Kamu mungkin sudah mengetahui fakta bahwa pendiri Kerajaan Kutai adalah Raja Kundungga. Nah, fakta tersebut didapatkan dari prasasti Yupa yang ditemukan di sekitar Sungai Musi.

Prasasti tersebut baru ditemukan pada tahun 1879 dan awalnya hanya berjumlah empat saja. Beberapa ratus tahun kemudian, tepatnya tahun 1940, tiga yupa yang lainnya ditemukan.

Meski dengan adanya penemuan itu, sayangnya masih tidak ada yang tahu pasti tepatnya kapan dan bagaimana caranya ia mendirikan Kerajaan Kutai. Karena pada Yupa tidak dituliskan informasi mengenai kapan ditulisnya.

Bahkan, nama sebenarnya kerajaan ini juga tidak diketahui, lho. Penamaan ‘Kerajaan Kutai’ disesuaikan dengan tempat ditemukannya prasasti sehingga memudahkan para ahli untuk menyebutnya.

Pada benda peninggalan Kerajaan Martadipura itu juga kebanyakan informasi yang didapat adalah mengenai Raja Mulawarman, cucunya. Hanya saja, para ahli menduga kerajaan itu berdiri sekitar tahun 400 hingga 500 Masehi.

Dugaan itu disimpulkan dari huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang digunakan. Huruf dan bahasa ini sudah dipakai sejak abad kelima di India Selatan. Nah bisa jadi, jauh sebelum itu juga sudah digunakan.

Pada saat itu, para sejarawan menduga bahwa Kutai belum berbentuk kerajaan dan sistem pemerintahannya pun tidak teratur. Bisa dibilang, ia adalah kepala suku. Saat menjadi pemimpin, dirinya bergelar Maharaja Kundungga Anumerta Dewawarman.

Bukan Orang Keturunan Asing

Mengenai asal-usul dari Pendiri Kerajaan Kutai ini juga masih menjadi misteri. Para ahli sejarah berpendapat kalau dilihat dari namanya, ia merupakan keturunan Indonesia asli.

Dalam bukunya yang terbit pada tahun 1993, Poesponegoro dan Notosusanto mengatakan kalau nama Kundungga mirip sekali dengan nama Kadungga yang berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Dugaan ini juga didukung oleh Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UI, Profesor Dr Agus Aris Munandar.

Hipotesa tersebut tentu diambil bukanlah tanpa alasan. Karena menurut kitab Pusaka Djawa, Kalimantan dan Sulawesi memiliki hubungan yang sangat baik sejak lama.

Bahkan, Christian Pelras mengatakan kalau leluhur orang Sulawesi itu merupakan pendatang dari pulau lain. Apabila memang demikian, besar kemungkinkan nama Kundungga dan Kadungga berasal dari daerah yang sama.

Baca juga: Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sosok Pendiri Kerajaan Sriwijaya

Belum Beragama Hindu

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, nama pendiri Kerajaan Kutai atau Kundungga ini merupakan nama asli Indonesia. Namanya sama sekali belum terpengaruh bahasa India. Akan tetapi jika dilihat dari prasasti Yupa yang ditemukan, para ahli sejarah berpendapat kalau budaya India mulai masuk ketika Kundungga menjadi pemimpin.

Pasalnya, yupa atau tugu batu merupakan salah satu budaya peninggalan nenek moyang Indonesia sejak zaman megalitikum yang dulunya dikenal dengan menhir. Nah, percampuran budayanya dapat dilihat dari huruf Pallawa yang berasal dari India Selatan yang tertulis pada tugu batu tersebut.

Prof Boechari menduga kalau pada waktu memimpin, Kundungga mulai tertarik untuk mempelajari kebudayaan India beserta agamanya. Hal tersebut bisa saja terjadi karena seringnya interaksi dengan pedagang asing yang singgah di kerajaannya.

Ia kemudian mendatangkan pendeta Hindu dari India. Bukan hanya untuk mengajari bahasanya, tetapi juga untuk berkenalan dengan agama Hindu. Setelah itu, diadakanlah upacara vratyastoma untuk sang pemimpin oleh para pendeta.

Buat yang belum tahu, upacara tersebut diadakan untuk menandakan bahwa seseorang sudah masuk dalam sebuah kasta menurut dalam agama Hindu. Karena Kundungga adalah seorang pemimpin, maka ia masuk ke kasta ksatria.

Mana yang Benar, Kundungga atau Kudungga?

Mengenai penulisan nama dari pendiri Kerajaan Kutai ini memang terkadang rancu. Ada yang menuliskannya sebagai Kundungga. Namun, ada pula yang menulis Kudungga. Lantas, manakah yang benar?

Ketika Yupa ditemukan, tidak ada seorang pun yang bisa membaca tulisan yang terpahat di situ. Kemudian, seseorang menyalin tulisan tersebut dan mengirimkannya pada seorang epigraf di Belanda yang bernama Hendrik Kern.

Awalnya, ia menerjemahkan nama pendiri Kerajaan kutai ini sebagai Kuṇḍaṅgasya. Lalu, tulisan tersebut dikoreksi oleh J Ph. Vogel, yang juga seorang epigraf, menjadi Kundungga.

Setelah revisian tersebut, semua sejarawan kemudian sepakat untuk menggunakan Kundungga. Dalam karya-karya ilmiah mengenai kerajaan tersebut juga sudah konsisten memakai Kundungga.

Sayangnya, pada masyarakat lokal sendiri penyebutannya menjadi berbeda, yaitu berubah menjadi Kudungga. Kesalahan penulisan itu dapat ditemui pada tulisan dalam properti resmi yang ada di daerah tersebut. Misalnya saja penamaan rumah sakit di Kutai Timur yang menggunakan nama RSUD Kudungga.

Tak hanya bangunan saja, kesalahan penulisan juga ditemukan pada beberapa buku dan jurnal resmi yang diterbitkan. Pada tahun 2009 lalu, ada sebuah cerita rakyat yang dirilis oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Judulnya adalah Kutukan Sang Kudungga.

Contoh lainnya adalah buku yang berjudul Ekpedisi Kudungga Menelusuri Jejak Peradaban Kutai yang dirilis oleh Tempo Institute pada tahun 2017 lalu. Kesalahan tersebut kemudian menjadi “normal” ketika media massa juga ikut menggunakan penulisan Kudungga.

Padahal, yang benar adalah Kundungga. Nah karena sudah tahu kebenarannya, pastikan nanti kamu menuliskannya Kundungga dan bukan Kudungga, ya!

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Raden Wijaya, Sang Pendiri Kerajaan Majapahit

Sudah Puas Menyimak Informasi tentang Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai di Atas?

Demikianlah, penjelasan singkat mengenai Kundungga yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja bisa menambah pengetahuan dan memuaskan sedikit rasa ingin tahumu.

Kalau misalnya masih penasaran dan ingin membaca informasi lain mengenai Kerajaan Kutai, lebih baik kamu langsung cek saja artikel lainnya, ya! Baca terus PosKata, ya!