
Di Pulau Kalimantan, terdapat sebuah kerajaan bercorak Islam yang paling tua. Namanya adalah Kerajaan Banjar. Kalau kamu penasaran ingin mengetahui sejarah berdirinya, lokasi, silsilah pemimpin, serta fakta-fakta menariknya, nggak ada salahnya kalau langsung menyimak artikel di bawah ini.
Apabila mendengar tentang Kerajaan Banjar, mungkin yang terlintas di pikiranmu adalah Pangeran Antasari. Ya, salah satu pewaris tahta kerajaan yang terletak di Banjarmasin tersebut mendapatkan anugerah gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah Indonesia. Nah, sebelum lebih lanjut membahas soal Pangeran Antasari atau pewaris tahta yang lain, tidak ada salahnya kamu menyimak ulasan sejarah tentang Kerajaan Banjar terlebih dahulu.
Namun tenang saja, lewat artikel ini kamu tidak hanya bisa menyimak tentang sejarah berdirinya saja, kok. Ada informasi lain seperti lokasi, peninggalan-peninggalan sejarah, serta fakta-fakta menarik lainnya yang sayang banget kalau dilewatkan.
Semakin penasaran dan tidak sabar untuk segera menyimak informasi lengkap tentang sejarah Kerajaan Banjar? Nggak usah buang-buang waktu lagi, langsung saja baca selengkapnya berikut ini.
Profil Lengkap Raja-Raja yang Menjadi Penerus Silsilah Kerajaan Banjar
Informasi tentang silsilah raja-raja yang menduduki tahta Kerajaan Banjar memang menarik untuk diikuti. Apabila kamu juga tertarik, ulasan lengkapnya bisa kamu simak di bawah ini, ya!
Mengenal Lebih Dekat dengan Sosok Sultan Suriansyah, Pendiri dari Kerajaan Banjar
Tanpa kerja keras sang pendiri, Kerajaan Banjar mungkin tidak akan pernah ada. Untuk itu, buat kamu yang penasaran dengan sosok Sultan Suriansyah yang menjadi pendiri sekaligus raja pertama ...
Peninggalan-Peninggalan Membuktikan Keberadaan Kerajaan Banjar
Penemuan peninggalan sejarah dari suatu kerajaan merupakan bukti penting akan keberadaan kerajaan tersebut. Lantas, apa sajakah peninggalan-peninggalan sejarah milik Kerajaan Banjar yang ...
Lokasi Kerajaan Banjar
Sumber: Wikimedia Commons
Dilihat dari namanya, kamu mungkin sudah dapat menebak di mana letak Kerajaan Banjar ini. Kerajaan tersebut dulunya berada di wilayah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Namun kemudian, Kerajaan Banjar memiliki ibu kota yang sering berpindah-pindah. Diketahui, ibu kota terakhirnya terletak di Kayu Tangi. Kota tersebut kini dikenal dengan nama Martapura.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar
Ulasan mengenai berdirinya Kerajaan Banjar ini bisa dibilang cukup panjang. Namun informasinya sangat menarik sehingga kamu tidak akan bosan membacanya.
Sekitar akhir abad ke-15, wilayah Kalimantan bagian selatan menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Daha yang memiliki seorang pemimpin bernama Raja Sukarama. Sang pemimpin memiliki empat orang anak, namanya adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran Bagalung, Pangeran Tumenggung, dan Putri Galuh Intan Sari.
Beberapa waktu kemudian, Raja Sukarama sakit parah. Ia kemudian memberikan wasiat supaya cucunya, yaitu Pangeran Samudera yang mewarisi tahta kerajaan. Pangeran tersebut adalah putra dari Putri Galuh.
Permintaan tersebut rupanya membuat Pangeran Tumenggung tidak terima. Sedari awal, ia memang menginginkan tahta kerajaan dan merasa lebih berhak untuk mendapatkannya. Namun keputusan sudah bulat, tahta tetap akan diberikan kepada Pangeran Samudera.
Ketika Raja Sukarama meninggal dunia, sang pangeran masih berusia tujuh tahun. Untuk sementara, tahta kerajaan dipegang oleh pamannya, yaitu Pangeran Mangkubumi.
Sayangnya, masa pemerintahan Pangeran Mangkubumi tidak terlalu lama. Ia dibunuh oleh pengawalnya sendiri karena terkena hasutan Pangeran Tumenggung. Setelah itu, kerajaan lalu diambil alih oleh Pangeran Tumenggung.
Pergi dari Kerajaan Daha
Pangeran Samudera pada awalnya memilih untuk tetap tinggal di istana. Namun semakin lama, keselamatannya semakin terancam karena dirinya telah beranjak dewasa. Maka dari itu diputuskanlah kalau ia harus segera pergi dari istana.
Dengan didampingi oleh pengawal setianya, ia pergi ke hilir Sungai Barito hingga ke daerah Banjar. Setibanya di tempat itu, ia kemudian bertemu dengan Patih Masih dan ditampung di rumahnya. Ia kemudian menjalani kehidupannya sebagai nelayan.
Banjar masih masuk ke wilayah kekuasaan Daha. Namun, Patih Masih selaku tetua tidak mau membayar upeti ke kerajaan tersebut. Ia kemudian meminta sang pangeran untuk melepaskan daerah ini. Permintaan tersebut pun disetujui.
Patih Masih sebenarnya mengetahui apa yang terjadi di Kerajaan Daha. Ia lalu berunding dengan beberapa patih lain dan memutuskan untuk menjadikan Pangeran Samudera sebagai Raja Banjar yang berkuasa di Bandarmasih.
Rupanya, berita tersebut menyebar dengan cepat dan sampai juga ke telinga Pangeran Tumenggung. Ia kemudian menyiapkan pasukan untuk menyerang Bandarmasih.
Mengambil Alih Kerajaan Daha
Pangeran Samudera tentu saja tidak sanggup jika harus melawan pasukan Kerajaan Daha. Atas saran Patih Masih, ia kemudian meminta bantuan ke Kerajaan Demak yang pada saat itu masih dipimpin oleh Sultan Trenggana.
Sultan Kerajaan Demak itu mau membantu menghadapi Kerajaan Daha. Namun syaratnya, Pangeran Samudera dan rakyatnya nanti harus menjadi mualaf atau memeluk Islam. Setelah mempertimbangkan dengan baik, sang pangeran pun menyetujuinya.
Sesuai dengan kesepakatan, Kerajaan Demak mengirimkan kurang lebih sekitar 40.000 tentara ke Banjar. Selain itu, ia juga turut mengirimkan ulama-ulama untuk menyebarkan agama Islam di sana.
Karena bantuan tersebut, Pangeran Samudera akhirnya dapat mengalahkan pamannya. Ia juga berhasil merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi miliknya.
Setelah itu seperti perjanjian yang telah dibuat, Pangeran Samudera kemudian menjadi mualaf. Ia lalu diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Suriansyah.
Baca juga: Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Begitu Bersejarah
Silsilah Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Banjar
Selanjutnya, di bawah ini adalah nama-nama yang mengisi daftar silsilah Kerajaan Banjar. Ulasan singkatnya adalah sebagai berikut:
1. Sultan Suryanullah
Sumber: Wikimedia Commons
Seperti yang sudah kamu baca di atas, Pangeran Samudera menjadi pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Banjar. Gelarnya adalah Sultan Suryanullah yang berarti matahari Allah. Ia resmi dinobatkan menjadi pemimpin pada tahun 1520 Masehi.
Sang sultan yang lahir dengan nama Suriansyah tersebut lahir dari putri Maharaja Sukarama, yaitu Putri Galuh Intan Sari. Sementara itu, ayahnya adalah Raden Mantri Alu yang merupakan sepupu ibunya sendiri.
Pada waktu itu, yang berhak menjadi pewaris tahta Kerajaan adalah adalah putra tertua yang memiliki dari keturunan raja. Maka dari itu, Pangeran Samuderalah yang dipilih kakeknya untuk duduk di singgasana kerajaan.
Di bawah kepemimpinannya, sistem pemerintah yang digunakan di Kerajaan Banjar masih mengikuti sistem yang sebelumnya. Jabatan raja dipegang oleh golongan tutus atau keturunan raja.
Sementara itu, sang raja dibantu oleh Patih Masih yang diangkat menjadi perdana menteri. Gelarnya adalah Mangkubumi. Orang yang diangkat mengisi jabatan ini adalah rakyat biasa yang berjasa terhadap kerajaan.
2. Sultan Rahmatullah
Sultan Suryanullah meninggal dunia pada tahun 1540. Setelah itu, kepemimpinan Kerajaan Banjar diteruskan oleh putra tertuanya, yaitu Panembahan Batu Putih.
Sultan yang baru tersebut memiliki gelar Sultan Rahmatullah yang berarti belas kasih Allah. Ia memimpin kerajaan mulai tahun 1540 hingga 1570. Selama memimpin, ia dibantu oleh mangkubumi yang bernama Aria Taranggana.
Sultan Rahmatullah memiliki seorang adik bernama Pangeran Anom. Jabatannya adalah sebagai adipati.
Sementara itu menurut catatan sejarah, sultan kedua Kerajaan Banjar tersebut memiliki tiga orang anak. Namanya adalah Pangeran Hidayatullah, Pangeran Demang, dan Raden Zakaria.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Ken Arok, Sang Pendiri Kerajaan Singasari yang Punya Masa Lalu Kelam
3. Sultan Hidayatullah I
Pemimpin Kerajaan Banjar selanjutnya adalah Sultan Hidayatullah. Masa kepemimpinannya mulai pada tahun 1570 hingga 1595. Mangkubumi yang membantunya menjalankan pemerintahan adalah Kiai Anggadipa.
Sang sultan ini dikenal sebagai orang yang taat beragama. Di bawah pemerintahannya, ia banyak membangun masjid maupun langgar. Tidak hanya di pusat kota saja, tetapi juga sampai ke pelosok-pelosok desa.
Semasa hidupnya, Sultan Hidayatullah I ini diketahui memiliki tiga orang istri. Salah satunya adalah Putri Nur Alam yang merupakan anak dari Pangeran Di-Laut.
Sementara itu, keturunannya bisa dibilang cukup banyak. Kurang lebih jumlahnya ada 31 orang. Nantinya yang meneruskan kepemimpinan adalah Raden Senapati.
4. Sultan Mustain Billah
Sumber: Wikimedia Commons
Pemimpin yang memiliki nama asli Raden Senapati ini merupakan anak tertua dari Sultan Hidayatullah. Meskipun yang paling tua, ia sebenarnya tidak berhak mendapatkan tahta kerajaan karena ibunya hanyalah seorang selir, bukan berasal dari keturunan raja.
Tahta Kerajaan Banjar seharusnya jatuh ke tangan Raden Subamanggala atau Pangeran Mangkunegara. Akan tetapi, tidak ada sumber yang jelas mengapa ia tidak didukung untuk duduk di singgasana kerajaan.
Sultan yang memiliki nama lain Raden Kushil tersebut resmi dinobatkan sebagai raja pada tahun 1595 dengan gelar Mustain Billah. Pemerintahannya ini dibantu oleh Kiai Jayanegara.
Menurut beberapa sumber, Sultan Mustain Billah memiliki tiga orang istri. Mereka adalah Ratu Agung, Nyai Siti Biang Lawai, dan seorang selir berasal dari Jawa yang tidak diketahui namanya.
Baca juga: Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Mataram Kuno
5. Sultan Inayatullah
Setelah Sultan Mustain Billah turun tahta pada tahun 1642, sejarah silsilah Kerajaan Banjar kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Dipati Tuha. Ia memiliki gelar resmi dengan nama Ratu Agung.
Kali ini, yang menjabat sebagai mangkunegara dipegang oleh adiknya sendiri, yaitu Pangeran Dipati Anom. Peraturan ini memang berbeda dari pada masa pemerintahannya sebelumnya dan baru berlaku setelah kepemimpinan Sultan Mustain Billah.
Pemimpin yang dikenal sebagai Sultan Inayatullah kalau menyampaikan dakwah ini sempat akan dikudeta. Anak Pangeran Mangkunegara yang bernama Martasari ingin menggulingkannya dan merebut tahta. Namun sebelum terlaksana, Pangeran Martasari meninggal dunia karena sakit.
Sama seperti ayahnya, Ratu Agung memiliki tiga orang istri. Namanya adalah Gusti Timbuk, Dayang Putih, dan Nyai Mas Tarah. Dari pernikahan-pernikahan itu, mereka memiliki lima orang anak.
6. Sultan Saidullah
Sekitar tahun 1644, Sultan Inayatullah meninggal dunia. Maka dari itu, kedudukannya digantikan oleh Raden Kasuma Alam. Ia adalah anak dari sang mendiang sultan dengan Nyai Mas Tarah.
Ketika naik tahta pada tahun 1645, gelarnya adalah Ratu Anom yang berarti raja yang masih muda. Hal tersebut sesuai dengan dirinya menjalankan pemerintahan masih bergantung pada pamannya, yaitu Pangeran Dipati Anom yang menjadi mangkunegara.
Selama era kepemimpinannya ini, jabatan mangkunegara berubah selama beberapa kali. Setelah Pangeran Dipati Anom meninggal dunia, kemudian digantikan oleh Ratu Bagawan. Lima tahun kemudian, posisi tersebut digantikan oleh Pangeran Dipati Tapesana.
Dari catatan sejarah dapat diketahui kalau Sultan Saidullah menikah sebanyak empat kali. Anaknya ada beberapa, namun yang diketahui namanya adalah Raden Bagus Suria Angsa dan Raden Basus Suria Negara.
Pada masa pemerintahnnya ini pula terjadi kekacauan yang melibatkan Belanda dan Inggris. Bahkan, pihak kesultanan sampai membunuh banyak orang-orang Belanda. Peperangan semakin berkecamuk ketika penjajah itu menuntut balas.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Pajajaran
7. Sultan Amrullah Bagus Kasuma
Sumber: Wikimedia Commons
Ketika Sultan Saidullah mangkat, anak lelaki tertuanya yang bernama Raden Bagus usianya masih sangat belia. Maka dari itu, untuk sementara pemerintahan dipegang oleh sang mangkunegara, yaitu Raden Halit atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Tapesana.
Di tahun 1660, Pangeran Tapesana naik tahta dengan gelar Sultan Riayatullah. Ia memerintah hanya selama tiga tahun saja.
Setelah itu terjadilah konflik politik di tubuh kerajaan terkait perebutan posisi mangkunegara. Karena keadaan semakin kritis, Raden Bagus kemudian dinobatkan menjadi pemimpin Kerajaan Banjar selanjutnya pada tahun 1663.
Masa pemerintahan Sultan Amrullah bisa dibilang cukup lama, yaitu kurang lebih selama 40 tahun. Ia meninggal pada tahun 1700.
8. Sultan Agung / Adipati Anom
Masa pemerintahan Sultan Agung yang memiliki nama asli Raden Kasuma Lalana tersebut bebarengan dengan Sultan Amrullah, yaitu sekitar tahun 1663-1679. Mengapa bisa demikian?
Hal tersebut terjadi karena beberapa waktu sesudah Sultan Amrullah Bagus Kusuma dinobatkan, ia merebut paksa tahta kerajaan. Setelah itu, ia memindahkan pusat pemerintahan ke Banjarmasin.
Sultan Agung ini adalah anak dari mendiang Sultan Inayatullah. Ibunya adalah Ratu Timbuk yang memiliki jabatan sebagai permaisuri.
Sementara itu, Sultan Amrullah menyingkir ke sebuah daerah bernama Alai. Di situ, ia menyusun kekuatan untuk merebut kembali tahta kerajaannya.
Kemudian pada tahun 1679, Sultan Agung diserang oleh pasukan Amrullah. Ia dan anak lelaki sulungnya tewas dalam penyerangan tersebut. Tahta Kerajaan Banjar pun akhirnya dapat direbut kembali.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Sejarah yang Membuktikan Keberadaan Kerajaan Banten
9. Sultan Lain yang Memerintah pada tahun 1700-an
Setelah kepemimpinan Sultan Amrullah Bagus Kusuma, menut sumber sejarah ada enam lagi penerus yang memimpin Kerajaan Banjar. Periode pemerintahannya berlangsung dari tahun 1700 hingga 1801.
Sultan ke-16 yang memimpin di tahun 1761 adalah Sunan Nata Alam. Sebelum naik tahta sebagai raja, ia sebelumnya menjabat sebagai mangkubumi. Gelarnya adalah Sultan Tahmidillah II.
Di masa pemerintahannya, ia memindahkan ibu kota Kerajaan Banjar dari Kota Bumi Selamat. Kota tersebut kini dikenal dengan Martapura.
Sang sultan memimpin kerajaan cukup lama, yaitu sekitar 40 tahun. Pad tahun 1801, ia meninggal dunia dan dimakamkan di Kelurahan Dalam Pagar, Martapura Tumur, Kebupaten Banjar.
10. Pangeran Antasari
Selanjutnya, salah satu raja paling terkenal yang mengisi daftar silsilah Kerajaan Banjar adalah Pangeran Antasari. Ia mulai memerintah pada tahun 1862.
Pangeran Antasari adalah anak dari pasangan Pangeran Masud dan Gusti Khadijah. Ia juga merupakan cucu dari Pangeran Amir yang tidak jadi naik tahta di tahun 1785.
Dalam sejarah tercatat, pemimpin Kerajaan Banjar tersebut memiliki dua orang istri. Mereka adalah Ratoe Idjah dan Nyai Fatimah. Sementara itu, anaknya berjumlah sebelas orang.
Di masa pemerintahannya, terjadi perang yang cukup sengit melawan penjajah. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25 April 1859. Penyebabnya adalah pasukan sang pangeran menyerang tambang batu bara milik Belanda.
Pasukannya terdesak karena tidak sebanding. Meskipun begitu, ia tetap pantang menyerah. Hal itu membuat Belanda frustasi dan kemudian membuat sayembara untuk menangkap Pangeran Antasari dan keluarganya.
Namun sayang sekali, pemimpin Kerajaan Banjar itu meninggal dunia pada tahun 1862. Ia menderita sakit di dalam perjuangannya mengusir penjajah. Baru pada tangga 27 Maret 1968, secara resmi ia diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Baca juga: Bukti Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
Peninggalan-Peninggalan Sejarah Kerajaan Banjar
Tadi kamu sudah menyimak tentang sejarah serta silsilah raja-raja Kerajaan Banjar, kan? Selanjutnya, berikut ini ada informasi tentang peninggalan-peninggalan yang menjadi bukti nyata keberadaan kerajaan tersebut.
1. Candi Agung Amuntai
Bangunan kuno ini didirikan sekitar tahun 1438 oleh Kerajaan Negara Dipa yang bercorak Hindu. Kerajaan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Banjar.
Candi Agung ini baru ditemukan sekitar tahun 1967 di Bukit Candi ketika arkeolog sedang melakukan penggalian situs purbakala. Lokasinya berada di area Sungai Malang, Kecamatan Amuntai tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan.
Salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Banjar tersebut memiliki ukuran sekitar 40 x 50 meter. Dulunya, candi tersebut dibangun dengan menggunakan batu dan kayu. Struktur batunya memiliki kemiripan dengan Candi Kayen yang terletak di Jawa Tengah.
2. Masjid Sultan Suriansyah
Namanya juga kerajaan bercorak Islam, sudah pasti salah satu peninggalan sejarahnya adalah berupa masjid. Salah satunya adalah Masjid Sultan Suriansyah ini.
Letaknya di tepi Sungai Kuin, masih termasuk kawasan Banjar Lama. Lebih tepatnya, ada di Jalan Kuin Utara, Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin.
Salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan ini didirikan sekitar tahun 1526. Sesuai dengan namanya, bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah.
Bentuk arsitektur bangunan sejarah Kerajaan Banjar tersebut sangat kental dengan budaya Banjar yang bercampur dengan Jawa. Hal itu dapat dilihat dari konstruksinya yang berbentuk panggung dengan atap tumpang berundak.
Masjid Sultan Suriansyah memiliki ukuran sekitar 15,5 x 15,7 x 10 meter. Sementara itu luas keseluran area mencapai 30 x 25 meter. Pada tanggal 23 Mei 2008, bangunan tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya.
Baca juga: Mengulik tentang Kehidupan Pendiri Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senapati
3. Kompleks Pemakaman Raja-Raja
Sumber: Wikimedia Commons
Peninggalan sejarah lainnya adalah makam para raja yang pernah menduduki singgasana Kerajaan Banjar. Yang pertama adalah makam milik Sultan Suriansyah.
Letaknya tidak jauh dari Masjid Sultan Suriansyah, kira-kira hanya 500 meter saja. Selain makam milik sang pendiri Kerajaan Banjar, di area ini juga disemayamkan beberapa keluarganya seperti Ratu Intan Sari, Sultan Rahmatullah, Sultan Hidayatullah, dan masih banyak lagi.
Kompleks pemakaman keluarga Sultan Suriansyah ini pernah mengalami pemugaran pada tahun 1984. Fokus dari pemugaran tersebut adalah untuk mengganti cungkup-cungkup lama.
Nah, di Desa Tangkas, Kecamatan Martapura Barat terdapat pula sebuah makam milik Sultan Mustain Billah. Pada saat ditemukan, makam tersebut tidak memiliki jirat dan hanya dinaungi sirap yang penyangganya terbuat dari kayu ulin.
Kemudian yang terkahir adalah kompleks pemakaman milik Sultan Inayatullah. Letaknya berada di Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar.
4. Masjid Al-Karomah
Masih berupa bangunan masjid, peninggalan sejarah Kerajaan Banjar selanjutnya adalah Masjid Al-Karomah. Lokasinya berada di Kota martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Masjid yang paling besar di Kalimantan Selatan tersebut mulai dibangun pada tahun 1863 Masehi. Dulunya, tempat ini merupakan pusat peribadatan dan kegiatan dakwah. Selain itu, bangunan ini juga digunakan sebagai benteng pertahanan bagi para pejuang yang melawan Belanda.
Apabila menilik dari segi arsitekturnya, bangunan ini mengikuti bentuk dari Masjid Agung Demak. Pola ruangnya pun juga terinspirasi dari masjid peninggalan Kerajaan Demak itu.
Pada waktu pertama kali berdiri, struktur utama penyangganya menggunakan kayu ulin. Namun sekarang, bangunan itu sudah dipugar dan diganti dengan menggunakan beton. Tempat ini sangatlah besar sehingga mampu menampung lebih dari 21 ribu jemaah.
5. Kitab Sabilal Muhtadin
Dan peninggalan sejarah yang lain dari Kerajaan Banjar yang dapat kamu simak di artikel ini adalah Kitab Sabilal Muhtadi. Naskah tersebut dikarang oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Ia adalah salah satu ulama fikih yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar. Ia meninggal pada tahun 1812 dan dimakamkan di Dalam Pagar, Kabupaten Banjar.
Kitab tersebut ditulis pada masa pemerintahan Sultan Tamjidullah, tepatnya pada tahun 1779 Masehi. Isinya adalah tentang ilmu fikih yang terkandung dalam madzhab Syafi’i.
Baca juga: Informasi Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Mataram Islam
Fakta-Fakta Menarik dari Kerajaan Banjar
Sumber: Wikimedia Commons
Nah yang terakhir, ada beberapa fakta menarik dari sejarah Kerajaan Banjar yang sayang sekali kalau dilewatkan. Yuk, langsung saja disimak!
1. Kehidupan Politik Kerajaan Banjar
Karena pernah melakukan kerjasama di masa lampau, sedikit banyak kehidupan politik dari Kerajaan Banjar dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Bentuk pemerintahan modelnya mirip seperti yang berlaku di kerajaan-kerajaan Jawa.
Di Kerajaan Banjar, sang sultan adalah pemimpin tertinggi yang berkuasa dalam masalah politik dan keagamaan. Selanjutnya, ada sebuah lembaga, yaitu Dewan Mahkota yang anggotanya terdiri dari mangkubumi dan kaum bangsawan. Mangkubumi menempati posisi pembantu raja yang paling penting.
Setelah itu, karena wilayah Kerajaan Banjar dibagi menjadi beberapa ring atau teritorial. Teritorial yang pertama adalah Kota Raja yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan Sultan, yaitu berada di Kota Martapura.
Selanjutnya, teritorial kedua disebut sebagai Negara Agung. Ring ini terdiri dari tanah laut atau laut darat: Satui dan Tabunio, daerah Banjar Lama, Margasari, Banjar Ampat, Alai, dan beberapa daerah lainnya.
Selanjutnya, ring yang ketiga adalah Mancanegara yang merupakan daerah asal Kesultanan Banjar sebelum melakukan perluasan. Wilayah ini terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah wilayah barat yang meliputi Kotawaringin dan Tanah Dayak. Lalu, yang termasuk wilayah timur adalah negara bagian Paser dan Tanah Bambu.
Ring yang terakhir adalah bagian Pesisir. Bagian dari wilayah ini kurang lebih meliputi Provinsi Borneo, yaitu Kalimantan bagian timur dan Borneo Barat.
2. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Banjar
Sementara itu, di kehidupan rakyat Banjar pada zaman dulu terdapat tananan sosial yang jika digambarkan seperti segitiga piramid. Bagian paling atas ditempati oleh golongan yang terdiri dari para bangsawan keluarga raja.
Kemudian, di lapisan bawahnya adalah golongan pemuka agama. Mereka inilah yang biasanya mengurusi malah hukum dalam kerajaan. Dan, di lapisan yang paling bawah diisi oleh rakyat biasa yang berprofesi sebagai pedagang, petani, nelayan, dan lain-lain.
Selanjutnya, salah satu titik berat perekonomian Kerajaan Banjar berada di sektor perdagangan. Hal tersebut dikarenakan letaknya yang strategis di jalur perdagangan. Yang menjadi komoditas ekspornya adalah lada.
Selain perdagangan, kerajan tersebut juga dikenal maju di bidang industrinya. Barang-barang yang dihasilkan terbuat dari besi maupun logam. Contohnya adalah kapak, golok, dan cangkul.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Sejarah Era Kerajaan Ternate yang Masih Ada Hingga Sekarang
Sudah Puas Menyimak Ulasan tentang Sejarah Kerajaan Banjar di Atas?
Itulah dia ulasan lengkap mengenai sejarah Kerajaan Banjar dari Kalimantan Selatan yang dapat kamu simak di sini. Semoga saja setelah membacanya dapat menambah wawasanmu, ya! Kalau kamu ingin menyimak informasi lebih lanjut mengenai kerajaan ini, bisa cek saja artikel-artikel pendukung lainnya.
Lantas, bagaimana jika kamu ingin menyimak ulasan serupa mengenai kerajaan-kerajaan lain di nusantara? Tenang saja, kamu hisa bisa menemukannya di sini, kok. Maka dari itu, baca terus, ya!