
Salah satu cerita rakyat yang terkenal dari Lampung adalah tentang legenda Buaya Perompak dan Aminah yang cerdik. Kalau penasaran dengan kisahnya, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan berikut!
Pernahkah kamu membaca cerita rakyat Buaya Perompak dan Aminah yang cerdik dari Lampung Selatan? Kisahnya yang menarik cocok sekali dibacakan sebagai dongeng sebelum tidur untuk adik, keponakan, atau buah hati tersayang.
Kamu pun tak hanya bisa membacakan kisahnya. Tak ada salahnya juga kalau setelah itu kamu beri tahukan pesan moral yang bisa didapatkan dari legendanya. Sehingga mereka bisa menghindari sifat buruk dan lebih banyak melakukan kebaikan.
Semakin tak sabar ingin membaca legenda Buaya Perompak yang berasal dari Lampung ini? Langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel berikut!
Cerita Rakyat Buaya Perompak dari Lampung
Alkisah pada zaman dahulu kala, Sungai Tulang Bawang dikenal mengerikan karena ditinggali oleh seekor buaya yang ganas. Saking mengerikannya, banyak nelayan yang harus berhati-hati ketika melewati sungai tersebut.
Para penduduk yang berniat mandi dan mencuci di tepi sungai tersebut pun juga harus berhati-hati. Jika tidak, mereka bisa menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Pada suatu hari, seorang gadis remaja cantik bernama Aminah tengah mencuci pakaian di tepi sungai. Mendadak, tanpa angin atau hujan, ia menghilang dari tempatnya mencuci. Keluarganya beserta warga sekitar pun berusaha untuk mencari sang gadis. Mereka juga berusaha menyusuri tepi sungai, tapi tetap saja tak ada jejak Aminah di mana-mana, seolah ditelan bumi.
Setelah berhari-hari mencari, akhirnya warga desa menyerah dan menghentikan pencarian. Mereka juga sudah beranggapan kalau Aminah telah meninggal karena dimakan oleh buaya.
Nasib Aminah yang Sebenarnya
Tidak seperti perkiraan warga desa, Aminah sebenarnya masih hidup. Ia tengah tergolek pingsan dan lemas di sebuah gua di dasar sungai. Setelah beberapa hari pingsan, suatu hari ia pun tersadar.
“Ayah? Ibu?” ucapnya memanggil kedua orang tuanya dalam kondisi masih belum sepenuhnya sadar. “Aku di mana? Siapa saja tolong aku!!”
Dengan sekuat tenaga, Aminah berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya, kemudian memperhatikan lingkungan sekitarnya. Betapa terkejutnya sang gadis ketika mendapati dirinya tengah berada di dalam gua.
Keterkejutannya pun semakin bertambah ketika melihat dinding-dinding gua tersebut dipenuhi dengan harta benda yang tak ternilai harganya. Mulai dari emas, permata, intan, hingga pakaian-pakaian indah menampilkan sinarnya yang berkilauan karena diterpa cahaya obor di dinding gua.
“Kenapa ada banyak perhiasan di tempat ini? Milik siapakah seluruh perhiasan ini?” tanyanya dalam hati.
Pertemuan Pertama dengan Buaya
Baru saja merasa terheran-heran, mendadak terdengar suara laki-laki yang menggema. “Duhai, gadis cantik. Tak perlu merasa takut! Benda-benda berharga itu adalah milikku!”
Sekali lagi Aminah merasa terkejut. Kali ini karena ketika ia menolehkan kepalanya ke arah datangnya suara, ia dapat melihat secara samar seekor buaya besar yang tengah merangkak di sudut gua.
“Siapa kamu? Wujudmu terlihat seperti buaya, tapi bagaimana bisa kamu berbicara layaknya manusia?” tanya Aminah tanpa bisa menyembunyikan ketakutannya.
“Tenang saja, gadis rupawan! Meskipun wujudku buaya, tapi sebenarnya aku adalah manusia, sama halnya seperti kamu. Wujudku baru bisa berubah menjadi manusia ketika bulan purnama tiba,” jawab sang hewan melata.
“Namun, bagaimana bisa kamu berubah menjadi buaya?” tanya Aminah penasaran.
“Dahulu, aku pernah terkena kutukan karena perbuatanku yang jahat. Namaku adalah Somad, dahulu aku merupakan perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Aku akan selalu merampas harta benda saudagar yang berlayar di sungai. Kemudian hasil rampokannya kusimpan di gua ini,” jawab sang reptil.
“Kemudian bagaimana kalau kamu lapar? Dari mana kamu bisa mendapatkan makanan?” tanya Aminah lagi.
“Ketika aku membutuhkan makanan, aku bisa menjual sebagian hartaku ke pasar desa di tepi Sungai Tulang Bawang saat bulan purnama. Bagaimanapun juga, tidak ada satu pun penduduk yang mengetahui kalau aku adalah buaya jadi-jadian. Aku bisa pergi ke desa melalui terowongan yang sudah kubangun di balik gua. Melalui terowongan itu, aku bisa pergi dengan bebas ke gua tanpa harus berenang di sungai,” ungkap Buaya.
Mengajak Aminah Tinggal Bersama di Gua
Tanpa sadar, sebenarnya sang perompak itu telah membuka rahasia guanya kepada Aminah. Sang gadis yang cerdik itu pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia menyimak setiap penjelasan Buaya dengan seksama dan berusaha mengingat semua keterangan itu. Semua itu ia lakukan agar suatu hari bisa melarikan diri dari gua.
“Bagaimana denganmu, gadis cantik? Siapa namamu?” tanya hewan melata itu lagi.
“Namaku Aminah. Aku tinggal di sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang,” jawab sang gadis. “Hei, Buaya, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
“Tanyalah apa yang ingin kamu tanyakan, cantik,” jawab sang hewan. “Mengapa kamu menculikku tapi tidak memakanku?” tanya Aminah keheranan.
“Kalau kamu mau tahu, Aminah. Aku menculikmu ke dalam guaku dan tidak memangsamu karena sebenarnya aku menyukaimu. Kamu adalah gadis paling cantik yang pernah kutemui dan memiliki hati yang lemah lembut. Maukah kamu tinggal bersamaku di gua ini?”
Mendengar pertanyaan dari sang penculik, mendadak Aminah menjadi gugup. Sejenak ia terdiam dan memikirkan jawaban apa yang bisa ia berikan tanpa menyakiti hewan itu.
“Maafkan aku, Buaya. Sepertinya aku tak akan bisa tinggal bersamamu. Kedua orang tuaku pasti tengah merasa khawatir karena mencariku,” jawab Aminah dengan santun.
“Wah, bagaimana, ya. Sebenarnya aku berniat untuk memberikan semua hartaku yang ada di gua ini untukmu kalau kamu bersedia tinggal bersamaku. Namun, kalau kamu menolak, aku tidak punya pilihan lain selain memangsamu,” ancam sang perompak.
Ancaman tersebut tentu saja membuat Aminah terkejut. Meskipun begitu, ia tak langsung putus asa. Sang gadis tetap berusaha untuk mencari jalan keluar agar bisa selamat dari terkaman sang reptil.
“Baiklah kalau begitu,” ucap sang gadis, “aku bersedia tinggal bersamamu.” Otomatis ucapan itu membuat Sang Buaya merasa senang. Padahal di sisi lain, Aminah hanya mengulur waktu sampai akhirnya bisa melarikan diri dari gua.
Kehidupan Aminah di Dalam Gua
Sesuai janjinya, Aminah pun tinggal bersama Buaya di dalam gua. Setiap hari hewan reptil itu memberikan perhiasan yang indah dan mewah untuk Aminah. Beberapa dari perhiasan tersebut disimpan oleh Aminah baik-baik di sebuah kotak rahasianya, sementara sisanya terpaksa ia kenakan karena permintaan Sang Buaya. Tubuhnya kini ditutupi dengan pakaian indah terbuat dari kain sutra, kemudian tangan dan lehernya penuh dengan perhiasan bertahta intan permata.
Pada suatu hari, sang hewan reptil itu tengah lengah dan tertidur ketika pintu rahasia menuju guanya masih dalam keadaan terbuka. Mengetahui hal itu, Aminah seolah merasa ini adalah kesempatan terbaiknya untuk keluar dari gua.
Tanpa menunggu waktu lama, Aminah berusaha mencari pintu keluar dengan cara berjingkat-jingkat. Sayangnya, ia tak sempat untuk mengambil kotak perhiasannya dan hanya membawa pakaian dan perhiasan yang masih melekat di badannya.
Untungnya, setelah beberapa waktu mencari, ia berhasil menemukan terowongan sempit yang ada di balik gua. Ia pun menelusuri terowongan tersebut hingga akhirnya bisa menemukan sinar matahari yang memancar masuk ke dalam terowongan.
Akankah Akhirnya Aminah Selamat?
Sesekali, Aminah masih merasa was-was dan menolehkan kepalanya ke belakang. Ia merasa khawatir jika mendadak sang perompak muncul membuntutinya. Namun, untungnya hal tersebut tidak terjadi. Aminah berhasil sampai di mulut terowongan dan keluar di sebuah hutan yang lebat.
“Terima kasih, Tuhan, aku telah selamat dari Sang Buaya Perompak!” ucap Aminah penuh syukur setelah berhasil keluar.
Gadis cerdik itu kemudian berjalan menyusuri hutan yang lebat hingga akhirnya bertemu dengan seorang penduduk desa yang tengah mencari rotan.
“Hei, anak gadis! Siapa kamu? Apa yang sedang kamu lakukan di tengah hutan ini sendirian?” tanya sang penduduk desa.
“Namaku Aminah, Tuan!” jawab sang gadis. Tak lupa ia juga menceritakan tentang segala peristiwa yang ia alami sejak mencuci baju di pinggir Sungai Tulang Bawang sampai akhirnya keluar dari terowongan.
Karena merasa iba, sang penduduk desa kemudian mengantarkan Aminah pulang kembali ke kampung halamannya. Sebagai ucapan terima kasih, sesampainya ia di rumah, Aminah memberikan sebagian perhiasan yang ia kenakan untuk penduduk desa yang baik hatinya.
Pada akhirnya, Aminah sang gadis cerdik pun bisa kembali ke rumahnya dalam keadaan selamat. Seluruh penduduk desa menyambutnya dengan perasaan bahagia. Aminah pun menceritakan segala pengalaman yang ia alami pada kedua orang tuanya dan seluruh warga desanya. Sejak saat itu, tak ada lagi penduduk desa yang mandi dan mencuci di tepi Sungai Tulang Bawang.
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Buaya Perompak
Sudah puas membaca cerita rakyat Lampung tentang Buaya Perompak dan Aminah yang cerdik di atas? Sesudahnya, jangan lupa simak juga sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya, ya!
1. Tema
Gagasan utama atau tema dari legenda Buaya Perompak ini adalah kecerdikan. Seperti yang ditunjukkan oleh Aminah demi bisa melarikan diri dari hewan reptil yang telah menculiknya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama yang disebutkan di dalam cerita rakyat ini, yaitu sang Buaya Perompak dan gadis bernama Aminah. Sang Buaya digambarkan memiliki sifat yang suka seenaknya sendiri dengan mengambil benda-benda yang bukan miliknya. Ia bahkan sampai menculik Aminah hanya karena menyukainya.
Sementara itu, Aminah merupakan gadis jelita yang memiliki akal cerdik dan santun. Ia bisa menemukan cara agar bisa melarikan diri dari penculiknya dalam kondisi sehat dan selamat.
3. Latar
Latar lokasi yang digunakan dalam cerita imajinasi ini adalah pinggir Sungai Tulang Bawang tempat Aminah mencuci kemudian diculik, dalam gua di bawah sungai tempat persembunyian sang Buaya Perompak, dan hutan tempat Aminah
4. Alur
Alur yang digunakan dalam legenda Buaya Perompak dari Lampung ini adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari seorang gadis bernama Aminah yang tengah mencuci baju di pinggir Sungai Tulang Bawang. Tak lama kemudian, ia menghilang dari sana dan membuat para warga kampung khawatir hingga menyusuri pinggir sungai.
Rupanya, Aminah dibawa ke sebuah gua persembunyian seekor buaya yang bisa berbicara. Konflik terjadi ketika sang hewan reptil tersebut mengancam akan membunuh Aminah jika sang gadis tidak bersedia tinggal di gua. Akhirnya, Aminah pun setuju meskipun hanya sementara. Pada momen yang tepat, ia pun berusaha melarikan diri dan akhirnya bisa selamat keluar dari gua dan kembali ke rumahnya.
5. Pesan Moral
Setidaknya ada dua amanat atau pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita rakyat Buaya Perompak ini. Yang pertama adalah pentingnya untuk memiliki sifat tidak mudah putus asa. Sama seperti sikap dan perilaku yang dimiliki Aminah, ia tidak putus asa dalam menghadapi ancaman sang hewan reptil hingga akhirnya berhasil menyelamatkan diri dari gua.
Pesan moral yang kedua adalah jangan merampas hak milik orang lain. Sifat tersebut digambarkan dari sikap Somad sang perompak yang suka merebut harta milik saudagar kaya atau penduduk yang melewati Sungai Tulang Bawang. Akibat dari perbuatannya tiu, ia pun akhirnya dikutuk menjadi buaya.
Selain unsur intrinsik, kamu juga bisa menemukan unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat Buaya Perompak ini. Di antaranya adalah hal-hal dari luar kisahnya yang melengkapi seperti nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Buaya Perompak
Setelah mengetahui kisah dan sedikit ulasan tentang unsur intrinsik cerita rakyat Buaya Perompak ini, kini kamu bisa mengetahui sedikit fakta menariknya. Berikut adalah ulasannya:
1. Diadaptasi Menjadi FTV
Kisah tentang manusia yang dikutuk menjadi hewan reptil buas ini rupanya pernah diadaptasi menjadi sebuah FTV di MNCTV. Namun, FTV yang berjudul Amira & Buaya Perompak itu memiliki sedikit perbedaan dibandingkan kisah dongeng yang telah kami sediakan di artikel ini.
Perbedaan pertama dapat dilihat dari judulnya, yakni nama sang gadis. Tidak seperti tokoh utama dalam dongengnya yang bernama Aminah, sang gadis dalam FTV-nya disebutkan bernama Amira.
Kemudian, dalam FTV diceritakan kalau awalnya yang diculik oleh Sang Buaya Perompak adalah ibunda dari Amira. Kemudian sang gadis muda itu merelakan bertukar tempat dengan sang ibu untuk menemani hewan jadi-jadian itu hidup di dalam gua.
FTV yang disutradarai oleh Irwin Limbong dan diproduseri oleh MGS Fahri Fahrudin tersebut dibintangi oleh Asha Syara, Marsha Aurelie, Tengku Firmansyah, Ghea D’syawal, Erwin Cortez, dan George Taka. Di televisi, tayangan ini disiarkan pada tahun 2017.
Cerita Rakyat Buaya Perompak sebagai Dongeng Sebelum Tidur
Demikianlah cerita rakyat Buaya Perompak yang berasal dari wilayah Tulang Bawang, Lampung Selatan, Indonesia. Kisah dongengnya penuh dengan pesan moral yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, kan?
Kalau masih ingin mencari kisah lainnya yang tak kalah mengandung amanat yang baik, cek saja artikel-artikel di kanal Ruang Pena di PosKata ini. Di sini kamu bisa mendapatkan cerita rakyat Putri Siluman, Pak Ande, atau Bawang Merah Bawang Putih. Selamat membaca!