
Ingin membaca kisah legenda dari Lampung? Tentu tak hanya ada satu kisah saja. Salah satu cerita rakyat dari Lampung yang layak tuk kamu baca adalah legenda Batu Kepampang. Bagaimana kisahnya? Langsung saja simak artikel ini.
Untuk menambah wawasanmu tentang suatu daerah di Indonesia, kamu bisa membaca kisah-kisah legenda atau cerita rakyat. Di Lampung, ada beragam cerita rakyat yang memiliki kisah menarik, salah satunya adalah legenda Batu Kepampang.
Kalau tak berasal dari Lampung dan sekitarnya, kamu mungkin belum familier dengan kisah legenda satu ini. Cerita rakyat atau legenda dari Lampung ini mengisahkan tentang Batu Kepampang yang konon dianggap sakral oleh warga sekitar.
Lantas, bagaimanakah keseruan kisah dari legenda ini? Kalau penasaran, tak perlu berlama-lama lagi, kamu langsung simak saja cerita rakyat legenda Batu Kepampang berikut ini. Informasi seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Legenda Batu Kepampang
Alkisah, pada zaman dahulu, Kerajaan Sriwijaya memimpin desa kecil bernama Kenali, Lampung Utara. Warga desa tersebut hidup dengan tentram, aman, dan sentosa. Bahkan, desa Kenali tak memiliki peraturan hukum karena tak pernah terjadi suatu kejahatan.
Setiap pagi, sang Raja berkeliling desa untuk melihat para warganya yang mayoritas bekerja sebagai petani. Ia juga tak segan menyapa para warga. Tak jarang, ia membantu para warga yang hidup serba kekurangan.
Hampir tidak ada kejahatan yang terjadi di desa tersebut. Hingga suatu hari, salah satu warga tiba-tiba kehilangan harta bendanya. Ia lalu melaporkan kejadian tersebut kepada sang Raja.
“Raja, pagi ini, bangun tidur saya terkejut melihat lemari sudah berantakan. Emas-emasan dan beberapa uang tunai saya hilang begitu saja. Sepertinya ada perampok yang masuk ke rumah saat saya sudah tidur. Bagaimana ini, Raja?” ucap warga itu sambil menangis.
“Hmm, kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. Aku akan memerintahkan beberapa prajurit istana untuk berjaga saat malam tiba. Sekarang, kuperintahkan juga beberapa orang untuk mencari pelakunya,” ucap sang Raja.
Saat malam tiba, utusan raja berkeliling desa untuk memastikan keamanan para warga. Mereka secara bergantian berjaga untuk mengawasi keadaan sekitar desa. Meski begitu, keesokan harinya tetap saja ada warga yang melaporkan pencurian.
“Baginda Raja, pagi ini saya mendapati lumbung padi saya telah kosong. Beras dan beberapa bahan pokok makanan telah hilang. Padahal, saya sudah mengunci rapat tempat penyimpanan. Tampaknya si pencuri bukanlah orang biasa,” ucap warga itu.
Sang Raja pun semakin marah. “Siapa yang berani-beraninya mengganggu ketenangan warga desaku,” ucap sang Raja geram. Ia lalu memerintahkan warga untuk selalu memastikan bahwa rumah sudah terkunci tiap malam.
Kejadian di Siang Hari
Fokus terhadap keamanan di malam hari, para warga dan prajurit merasa kelelahan di pagi dan siang hari. Mereka juga beranggapan kalau sang pencuri tak akan melakukan kejahatan pada siang hari.
Namun, anggapan mereka salah besar. Ada seorang yang sedang berjalan sendirian pada siang bolong, tiba-tiba ada tiga orang pria menghadangnya. Dengan wajah yang tertutup topeng, mereka meminta sejumlah uang pada warga itu.
Karena para pencuri membawa pisau, mau tak mau wanita itu menyerahkan sejumlah uang. Setelah berhasil melakukan kejahatan, para pencuri itu kabur begitu cepatnya.
Setelah itu, wanita itu teriak meminta tolong, “Tolong! Tolong!”. Lalu, para warga menghampirinya dan melaporkan kejadian itu pada sang Raja. Tentu saja sang Raja semakin merasa resah.
Ia lalu memanggil para pejabat kerajaan untuk berunding masalah perampokan yang beberapa hari ini terjadi di desa Kenali. Setelah berunding, mereka memutuskan untuk memenggal siapa pun yang tertangkap melakukan tindak kejahatan.
Tempat yang akan digunakan untuk memenggal pelaku kejahatan adalah Batu Kepampang alias batu bercabang. Beberapa hari setelah peraturan itu dibuat, prajurit kerajaan berhasil menangkap perampok yang selama ini meresahkan warga.
Tanpa ampun, sang Raja mengutus prajuritnya untuk memenggal kepala para perampok di Batu Kepampang. Sejak saat itu, warga kembali tenang. Karena tak ada satu pun orang yang berani melakukan tindakan kejahatan.
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita rakyat legenda Batu Kepampang ini, mungkin kamu jadi penasaran dengan unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut uraian singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita rakyat ini adalah tentang seorang Raja yang selalu ingin melindungi rakyatnya. Awalnya, desa yang ia pimpin aman terkendali. Namun, ada beberapa orang yang merusak ketenangan. Lalu, dengan tegas sang Raja membuat peraturan keras agar tak ada orang yang berani lagi berbuat kejahatan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Cerita rakyat legenda Batu Kepampang ini tak memiliki banyak tokoh. Hanya ada satu tokoh utama protagonis, yaitu sang Raja. Watak sang Raja adalah baik hati, suka menolong warga, dan bijaksana. Tokoh antagonis dalam kisah legenda ini adalah para perampok yang meresahkan warga.
Beberapa tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita rakyat ini adalah para warga, prajurit kerajaan, dan pejabat kerajaan. Hanya saja, kemunculan mereka dalam kisah ini tak terlalu sering.
3. Latar
Cerita rakyat ini menggunakan beberapa latar tempat. Sebut saja di desa Kenali, rumah para warga, dan tempat eksekusi pemenggalan alias Batu Kepampang. Untuk latar waktunya, cerita ini menggunakan setting di pagi, siang, dan malam hari.
4. Alur Cerita Rakyat Batu Kepampang
Alur cerita legenda ini adalah maju. Kisahnya bermula dari keresahan para warga Desa Kenali karena beberapa rumah kedatangan perampok. Padahal, awalnya desa tersebut aman dan tentram.
Sang Raja lalu meminta para prajurit istana untuk menjaga desa pada malam hari. Meski begitu, para penjahat tetap berhasil melakukan pencurian. Bahkan, mereka berani melakukan aksinya pada siang hari.
Karena semakin resah, akhirnya sang Raja dan para pejabat kerajaan memutuskan untuk membuat peraturan keras. Siapa pun yang tertangkap melakukan tindakan kejahatan akan dipenggal kepalanya di atas Batu Kepampang.
Beberapa hari kemudian, para prajurit kerajaan berhasil menangkap beberapa pelaku pencurian. Benar saja, tanpa rasa kasihan, sang Raja mengutus prajuritnya untuk memenggal kepala para pelaku. Semenjak itu, desa kembali tenang dan aman. Orang-orang tak ada yang berani melakukan tindak kejahatan.
5. Pesan Moral
Setiap cerita rakyat tampaknya memiliki pesan moral. Begitu pula dengan legenda Batu Kepampang ini. Amanat yang dapat kamu petik adalah jangan melakukan kejahatan. Setiap tindakan yang kamu perbuat akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Selain itu, sebagai warga negara Indonesia, kamu dan tetangga-tetanggamu harus hidup rukun dan saling menolong. Seperti halnya desa Kelani yang warga dan beberapa prajurit istananya saling bahu membahu untuk menjaga keamanan.
Tak hanya unsur intrinsik, cerita rakyat ini juga mempunyai unsur ekstrinsik. Sebut saja seperti kepercayaan masyarakat setempat dan budaya yang berkembang di tengah-tengahnya.
Baca juga: Cerita Legenda Kali Gajah Wong dari Yogyakarta yang Menarik Tuk Dibaca Beserta Ulasan Lengkapnya
Fakta Menarik
Usai membaca cerita rakyat Lampung berjudul kisah legenda Batu Kepampang dan unsur intrinsiknya, tak lengkap rasanya bila belum menyimak fakta menariknya. Apakah itu? Berikut ulasan singkatnya;
1. Terdapat Mitos tentang Batu Kepampang
Konon, Batu Kepampang ini telah ada sejak Lampung dipimpin oleh Kerajaan Sekala Brak. Kabarnya, orang-orang menggunakan batu itu untuk mengeksekusi para pemuda tampan dan pemudi cantik sebagai tumbal untuk para Dewa.
Baca juga: Dongeng Burung Jalak dan Kerbau Beserta Ulasannya, Kisah Persahabatan Tak Lekang Masa
Apakah Cerita Rakyat Legenda Batu Kepampang Ini Menambah Wawasanmu?
Inilah akhir dari artikel yang mengulik tentang cerita rakyat legenda Batu Kepampang. Semoga cerita dan informasi yang kami paparkan bisa menambah wawasanmu. Kalau kamu suka dengan kisahnya, jangan ragu untuk membagikannya pada teman-temanmu.
Buat yang butuh cerita rakyat lainnya, telusurilah kanal Ruang Pena pada Poskata.com. Ada legenda Batu Menangis, cerita Danau Lipan, kisah Batu Kuwung, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!