
Kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam tertua yang berada di Maluku Utara. Nah, kalau kamu penasaran ingin membaca ulasan lengkap tentang sejarah Kerajaan Ternate beserta fakta-fakta menariknya, langsung saja simak berikut ini.
Di daerah Maluku Utara, terdapat empat kerajaan bercorak Islam yang paling tua. Adapun kerajaan tersebut adalah Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Namun secara khusus, artikel ini akan membahas tentang sejarah berdirinya Kerajaan Ternate.
Selain tentang sejarahnya, di sini nanti kamu juga akan menemukan ulasan tentang para raja yang pernah memimpin dan peninggalan-peninggalannya. Tak lupa juga, ada fakta-fakta menariknya yang sayang sekali jika dilewatkan.
Bagaimana? Sudah tidak sabar ingin segera menyimak ulasan selengkapnya tentang sejarah Kerajaan Ternate ini? Kalau begitu tunggu apalagi, langsung cek saja di bawah ini, yuk!
Masa Kejayaan dan Faktor yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Islam Ternate
Kerajaan Ternate Islam mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Baabullah sekitar tahun 1570-an. Lantas, apa yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Ternate ini? Jawabannya ...
Peninggalan-Peninggalan Sejarah Era Kerajaan Ternate yang Masih Ada Hingga Sekarang
Apakah kamu ingin mengetahui apa saja peninggalan dari Kerajaan Islam Ternate yang masih ada sampai sekarang? Nah, jawabannya bisa kamu temukan di artikel berikut.
Menilik Silsilah Kerajaan Ternate Ketika Sudah Bercorak Islam
Apakah kamu sedang mencari informasi lengkap seputar raja-raja yang pernah menjadi pemimpin Kerajaan Ternate? Kalau iya, pas banget, nih, karena kamu bisa menyimak ulasannya di sini. ...
Lokasi Kerajaan Ternate
Sumber: Wikimedia Commons
Kerajaan yang pada mulanya bernama Kerajaan Gapi tersebut letaknya berada di wilayah Maluku Utara. Tepatnya berada di Pulau Ternate.
Pada waktu ini, daerah tersebut dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang sangat berlimpah. Maka dari itu, banyak orang-orang asing yang singgah dan berusaha untuk menguasainya.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Islam
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Ternate pra Islam mulai berdiri sejak tahun 1257 Masehi. Nama raja pertamanya adalah Baab Manshur Malamo.
Sebelum menjadi sebuah kerajaan, pada mulanya wilayah tersebut merupakan tempat tinggal dari orang-orang yang berpindah dari Halmahera. Mereka kemudian terbagi ke dalam empat kampung. Masing-masing desa memiliki mamole atau kepala marga.
Beberapa tahun kemudian, mulai banyak pendatang dari luar karena aktivitas perdagangan. Mereka berasal dari Tionghoa, Melayu, dan Jawa. Semakin banyak orang, biasanya permasalahan yang dihadapi menjadi semakin kompleks.
Nah, untuk menjaga stabilitas wilayah tersebut, para mamole berinisiatif untuk menggabungkan kekuatan. Mereka akan memilih satu orang untuk menjadi pemimpin di wilayah tersebut.
Setelah berunding dengan semua warga, akhirnya pemimpin Desa Sampalu, yaitu Momole Ciko diangkat menjadi raja pertama Kerajaan Ternate pra Islam. Ia resmi menjabat sebagai pemimpin pada tahun 1257 dengan gelar Baab Mashur Malamo.
Secara resmi, nama kerajannya adalah Kerajaan Gupi. Sementara itu, pusat pemerintahannya berada di Kampung Ternate.
Namun kemudian, banyak orang yang memilih untuk menyebut kerajaan tersebut menggunakan pusat kotanya. Maka dari itu, kemudian lebih dikenal menjadi Kerajaan Ternate.
Di bawah pemerintahan Raja Baah Mashur Malamo, Kerajaan Ternate berkembang dengan pesat. Meskipun memiliki wilayah yang kecil, akan tetapi kekuatan dan pengaruhnya di dunia perdagangan wilayah timur tidak dapat diremehkan.
Baca juga: Inilah Dia Silsilah Para Raja yang Berkuasa di Kerajaan Demak
Berganti Menjadi Kerajaan Bercorak Islam
Cerita sejarah mengenai bergantinya Kerajaan Ternate menjadi bercorak Islam sangatlah menarik untuk disimak. Selengkapnya dapat kamu simak di bawah ini.
Islam Masuk ke Maluku
Kerajaan Ternate yang merupakan penghasil rempah-rempah tentu saja menarik perhatian para pedagang dari luar. Terlebih lagi, lokasinya yang strategis membuatnya mudah untuk dijangkau.
Maka dari itu, banyak sekali pedagang-pedagang yang datang. Termasuk di dalamnya para pedagang yang berasal Arab dan Persia yang menganut Islam.
Agama Islam diperkirakan sudah masuk ke wilayah Kerajaan Ternate sekitar abad ke-13 bersamaan dengan para pedagang tersebut. Pada artikel yang berjudul Sejarah Agama Islam di Ternate milik M.S. Putuhena disebutkan bahawa ada empat orang syeh dari Persia yang datang menyebarkan agama di sini.
Mereka adalah Syeh Mansur, Syeh Yakub, Syeh Amin, dan Syeh Umar. Syeh Mansur dan Yakub meninggal dan dikuburkan di sana. Sementara itu, dua syeh lainnya pergi kembali ke tempat asalnya.
Kemudian menurut tradisi lisan, wilayah tersebut juga kedatangan seorang syeh lain dari Persia bernama Abubakar Al Pasya. Nah kedatangannya ini sepertinya begitu menarik minat warga.
Pasalnya, ia dapat mendatangkan hujan pada saat daerah itu dilanda kemarau panjang. Setelah itu, ia juga menikah dengan seorang anak bangsawan bernama Cilu Bintan.
Kerajaan tersebut memang kedatangan para syeh yang menyebarkan agama Islam. Namun sayangnya, perkembangan agama tersebut pada abad itu tidak terlalu signifikan.
Kedatangan Ulama dari Jawa
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia III karangan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Kerajaan Ternate menjalin kejasama dengan pelabuhan-pelabuhan di wilayah Tuban dan Gresik. Di sana, pengaruh dari agama muslim sangatlah kuat.
Mengenai kapan tepatnya Kerajaan Ternate berubah menjadi bercorak Islam masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Menurut sebuah sumber, kerajaan tersebut mulai memeluk Islam pada masa pemerintahan Sultan Marhum, yaitu sekitar tahun 1465.
Pada waktu itu, kerajaan kedatangan seorang ulama yang berasal dari Jawa. Namanya adalah Maulana Hussein. Di sana, ia menyebarkan agama Islam dengan berdakwah.
Selain itu, ia juga mengenalkan kaligrafi Arab yang menarik perhatian banyak orang, termasuk sang raja. Setelah itu, sang raja memutuskan untuk menjadi mualaf.
Akan tetapi, Marwati memiliki pendapat lain. Menurutnya, pada masa Raja Marhum memang sang ulama datang ke sana dan menarik perhatian. Namun, agama tersebut belum diterima dengan baik.
Lalu setelah sang raja wafat, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Zainul Abidin. Nah, anaknya inilah yang sangat tertarik dengan agama Islam. Bahkan, dirinya pergi ke Jawa secara khusus untuk belajar dan memperdalam agama.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang Sarat Akan Nilai Sejarah
Raja-Raja yang Pernah Menduduki Singgasana Kerajaan Ternate Islam
Sayang sekali, tidak banyak informasi yang dapat diulik dari raja-raja yang memimpin Kerajaan Ternate pra-Islam. Maka dari itu, di sini hanya akan mengulas mengenai pemimpin sesudah kerajaan bercorak Islam.
1. Sultan Zainal Abidin
Sumber: Wikimedia Commons
Jika dilihat dari urutannya, Sultan Zainal Abidin merupakan penerus silsilah pemimpin Kerajaan Ternate ke-18 sejak pertama kali didirikan. Akan tetapi, ia adalah sultan pertama setelah kerajaan bercorak Islam.
Raja yang resmi menggantikan kepemimpinan ayahnya pada tahun 1486 ini mulai mengenai agama Islam sejak masih muda. Hal tersebut dikarenakan ayahnya yang menjadi mualaf beserta beberapa keluarga yang lainnya.
Pada waktu itu, Sultan Zainal Abidin mempelajari agama Islam dari Datu Maulana Hussein. Seperti yang sudah kamu baca di atas, ulama tersebut datang ke wilayah Ternate dan menyebarkan agama Islam di sana. Melalui gurunya, sang sultan memperoleh pengetahuan yang mendasar dan jelas mengenai Islam.
Kemudian pada tahun 1495, ia pergi ke Pulau Jawa untuk memperdalam ilmu agama kepada Sunan Giri. Tiga bulan kemudian, ia kembali ke kerajaan dan mendirikan sejumlah pesantren. Selain itu, ia juga membentuk sebuah lembaga bernama Bobato untuk mengatus sistem hukum Islam.
Sultan Zainal Abidin cukup lama memerintah Kerajaan Ternate Islam, yaitu selama 14 tahun. Ia meninggal dunia pada tahun 1500 Masehi.
2. Sultan Bayanullah
Setelah itu, sejarah kepemimpinan Kerajaan Ternate Islam dilanjutkan oleh putranya, yaitu Bayanullah. Ia resmi naik tahta pada tahun 1500 hingga 1521 Masehi.
Sultan yang sewaktu mudanya dikenal dengan Kaicil Leliatur tersebut dikenal sebagai pribadi yang baik dan haus akan pengetahuan. Bahkan, ia tidak segan-segan untuk mempelajari ilmu-ilmu tentang strategi perang, pembangunan, maupun persenjataan dari negara lain.
Salah satu kebijakan penting yang diambilnya ketika menjadi raja adalah meresmikan Syariat Islam untuk dijadikan hukum dasar kerajaan. Salah satu contoh nyatanya adalah rakyat diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang menutupi aurat.
Nah, di era kepemimpinannya ini pula, Bangsa Portugis datang pertama kali ke wilayah Maluku. Bangsa penjajah itu pada awalnya bertujuan untuk berdagang sehingga diterima dengan baik oleh sang sultan.
Saking percayanya, ia bahkan mengangkat mereka menjadi salah satu penasihat kerajaan. Ia tidak menyadari kalau tindakannya ini akan berakibat buruk untuk keberlangsungan kerajaan ke depannya.
Baca juga: Silsilah Lengkap Raja-Raja yang Pernah Menjadi Pemimpin Kerajaan Singasari
3. Sultan Hidayatullah
Sultan Bayanullah meninggal dunia pada tahun 1522. Setelah itu, tumpu kepemimpinan Kerajaan Ternate Islam berada di tangan Sultan Hidayatullah. Ia adalah anak mendiang sultan dengan sang permaisuri yang bernama Sultana Nukila, putri dari Kerajaan Tidore.
Saat dinobatkan menjadi raja, usianya pada waktu itu masih sangat muda, yaitu enam tahun. Karena hal tersebut, untuk sementara pemerintahan dipegang oleh ibu dan pamannya yang bernama Taruwase sampai ia menginjak dewasa.
Lalu pada tahun 1526, terjadi kekosongan kepemimpinan di Kerajaan Tidore karena ayah dari Sultana Nukila wafat. Pewaris satu-satunya yang berhak atas tahta itu adalah Hidayatullah. Karena situasi tersebut, Sultana Nukila berniat untuk menggabungkan kedua kerajaan tersebut menjadi satu.
Namun rupanya, rencana itu tidak disukai oleh Portugis. Mereka kemudian membujuk Taruwase untuk menentang hal tersebut. Sebagai gantinya, paman Bayanullah itu akan diberikan tahta Ternate.
Setelah itu meletuslah perang saudara antara Sultan Hidayatullah dan Pangeran Taruwase. Sayang sekali, sang sultan tewas dalam peperangan tersebut.
4. Sultan Abu Hayat II
Sultan Hidayatullah meninggal dunia saat usianya masih muda. Ia juga tidak memiliki keturunan. Maka dari itu, sejarah kepemimpinan Kerajaan Ternate Islam dilanjutkan oleh Sultan Abu Hayat II.
Sultan baru tersebut adalah adik kandung dari mendiang Sultan Hidayatullah. Ia resmi memerintah pada tahun 1529.
Kematian sang kakak rupanya menimbulkan kebencian yang mendalam terhadap Portugis. Selain itu, para penjajah itu kerap mencampuri urusan kerajaan dan suka memperkeruh suasana.
Sekitar tahun 1531, Gubernur Portugis yang bernama Gonzalo Pereira tewas terbunuh. Sang sultan kemudian dituduh sebagai orang yang mendalangi peristiwa itu.
Ia kemudian ditangkap selama beberapa waktu, lalu dibebaskan kembali. Namun setelah itu, ia ditangkap kembali dan dibuang ke Malaka hingga akhir hayatnya.
Baca juga: Candi-Candi yang Menjadi Bukti Kemegahan Kerajaan Mataram Kuno
5. Sultan Tabariji
Pada tahun 1533, Sultan Tabariji naik tahta menggantikan Sultan Abu Hayat. Ketika dilantik, usianya masih belia, yaitu 15 tahun.
Ia dapat naik tahta berkat campur tangan dari Portugis. Pada awalnya, ia memang terlihat mudah untuk dipengaruhi. Namun kemudian, rasa bencinya terhadap penjajah nampak juga.
Setelah sering terlibat perseteruan, akhirnya Sultan Tabariji dilengserkan dan dibuang ke India. Pada waktu itu, Portugis memang memiliki pengaruh yang cukup kuat sehingga dapat dengan mudah menyingkirkan siapapun, termasuk sang raja.
Saat diangsingkan ke India, Sultan Tabariji dipaksa untuk menyerahkan beberapa daerah kepada Portugis. Selain itu, konon ia juga dipaksa untuk pindah agama menjadi nasrani. Dengan iming-iming hendak dipulangkan ke Ternate, sang raja pun menyetujuinya.
Sementara itu, pihak kerajaan yang mendengar hal tersebut menentang mati-matian dan menghalau sang sultan untuk kembali. Namun rupanya takdir berkata lain, Sultan Tabariji sudah meninggal terlebih dahulu ketika menempuh perjalanan pulang.
6. Sultan Khairun Jamil
Silsilah kepemimpinan Kerajaan Ternate Islam selanjutnya diteruskan oleh saudara tiri Sultan Tarbaji, yaitu Khairun Jamil. Ia resmi naik tahta pada tahun 1534 dalam usia yang juga masih muda.
Sultan yang memiliki nama lain Khaerun atau Hairun ini mulanya dianggap mudah dipengaruhi karena usianya. Akan tetapi, itu tidaklah benar. Ia sebenarnya juga membenci Portugis, tapi tidak bisa begitu saja mengusir mereka karena pengaruhnya yang begitu kuat.
Untuk memperkuat kedudukannya, diam-diam ia mencari dukungan dari luar. Salah satunya adaah dari Kerajaan Aceh. Dari situlah, ia bisa berhubungan dengan Kesultanan Turki dan mendapatkan bantuan persenjataan.
Di tahun 1546, Kerajaan Ternate kedatangan seorang misionaris bernama Santo Fransisku Xaverius. Sang sultan menerima kedatangannya dengan baik dan memperbolehkannyauntuk melakukan kegiatan misionari pada orang yang belum memiliki kepercayaan.
Sayangnya, hal itu dimanfaatkan oleh pihak Portugis untuk merongrong Kerajaan Ternate. Kejadian ini tentu saja membuat Sultan Khaerun marah dan memerintahkan untuk menyerang Portugis.
Peperangan pun tidak dapat dihindarkan. Awalnya, pertempuran itu dimenangkan oleh pihak Ternate. Namun kemudian pihak penjajah melakukan tipu muslihat dan berhasil menjebak Sultan Khairun. Sang sultan pun tewas dibunuh atas perintah Gubernur Portugis.
Baca juga: Ulasan Lengkap tentang Silsilah Raja-Raja Pemimpin Kerajaan Aceh Darussalam
7. Sultan Babullah Datu Syah
Raja yang paling terkenal dan bisa membawa Kerajaan Ternate menuju puncak kejayaan adalah Sultan Baabulah. Ia merupakan anak laki-laki dari Sultan Khairun Jamil dengan sang permaisuri yang bernama Boki Tanjung.
Sama seperti sang ayah, sultan yang pada masa mudanya dikenal dengan nama Kaicili Baab ini juga dikenal taat beragama. Tak hanya itu saja, dirinya juga menjadi pendamping ke manapun ayahnya pergi, termasuk ketika diasingkan.
Setelah ayahnya meninggal dunia, ia diangkat menjadi raja pada tahun 1570. Gelarnya adalah Sultan Baabullah Datu Syah.
Kematian Sultan Khairun Jamil membuat Portugis mengira kalau Kerajaan Ternate akan melemah. Tak dinyana, sultan yang baru ini malah lebih kuat dari yang sebelumnya. Itu dikarenakan ia mampu menghimpun kekuatan dan menyatukan pemimpin-pemimpin kerajaan sekitar.
Pasukan Sultan Baabullah menyerang benteng-benteng milik Portugis. Setelah itu, mengepung benteng paling penting, yaitu Sao Jao Bapatista. Ia memblokade semua akses yang masuk ke bangunan itu sehingga orang-orang Portugis yang di dalam terisolasi
Sang sultan kemudian memberikan penawaran akan membebaskan mereka dan memberi kapal jika bersedia meninggalkan Ternate. Karena semakin terdesak, Portugis menyerah dan menerima penawaran tersebut.
Setelah itu, Sultan Baabullah mengambil alih benteng Sao Jao Baptista dan menjadikannya sebagai istana. Kerajaan pun menjadi lebih maju dan makmur. Sang sultan wafat pada tahun 1583 setelah memimpin kerajaan selama 13 tahun.
Baca juga: Kisah Lengkap tentang Sultan Maulana Hasanuddin, Sang Pendiri Kerajaan Banten
Peninggalan Sejarah Kerajaan Ternate Islam
Adanya peninggalan sejarah Kerajaan Ternate yang ditemukan merupakan bukti nyata keberadaannya. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya:
1. Kedaton Kesultanan Ternate
Peninggalan berharga milik Kerajaan Ternate Islam yang satu ini lokasinya berada di tengah-tengah Kota Ternate. Tepatnya berada di dataran pantai Kampung Soa-Sio, Kelurahan Letter C, Ternate.
Bangunan tersebut terdiri dari dua lantai ini dibangun pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali. Luas bangunannya kurang lebih sekitar 1500 meter, sementara itu luas seluruh areanya mencapai 1,5 hektar.
Arsitektur dari bangunan kedaton ini merupakan campuran budaya setempat dengan Tiongkok. Detail akulturasinya dapat dilihat dengan jelas pda beberapa sudut bangunan dan juga tangganya.
Ciri khas dari istana tersebut adalah atapnya yang berwrana kuning. Selain itu, bangunan tersebut dikelilingi oleh dinding setinggi 3 meter sehingga menyerupai benteng.
Istana Kerajaan Ternate ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para raja beserta beberapa abdi dalem. Namun sekarang, bangunan tersebut sudah menjadi cagar budaya dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ternate mulai tahun 1981.
Di tempat ini disimpan beberapa benda peninggalan sejarah milik keraton. Contohnya adalah mahkota raja, senjata, pakaian kebesaran sultan, dan masih banyak lagi.
2. Masjid Sultan Ternate
Bangunan peninggalan bersejarah lainnya dari Kerajaan Ternate adalah Sigi Lamo. Lokasinya berada di Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa-Sio, Ternate Utara.
Menurut catatan sejarah, masjid tersebut sudah mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin sekitar tahun 1500-an. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan kalau bangunan ini baru dibangun pada tahun 1600-an.
Letak Sigi Lamo ini berdekatan dengan Kedaton Ternate, kira-kira hanya 100 meter saja. Hal ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki peranan penting. Sema tradisi atau ritual keagamaan yang dilakukan oleh kerajaan berpusat di sini.
Masjid Sultan Ternate ini memiliki bentuk segi empat dengan atap berbentuk limas yang bertumpang. Bentuk tersebut merupakan ciri khas masjid-masjid pada masa itu.
Ada aturan tegas yang harus ditaati saat akan masuk ke bangunan yang dianggap suci ini. Laki-laki yang ingin melaksanakan ibadah harus memakai celana panjang dan kopiah, tidak boleh mengenakan sarung.
Sementara itu, untuk wanita tidak diperkenankan untuk beribadah di sini. Alasannya adalah untuk menjaga kesucian dari ketidasengajaan jika wanita tiba-tiba berhalangan.
Baca juga: Bukti Peninggalan-Peninggalan Sejarah dari Kerajaan Gowa-Tallo, Serambi Mekah di Indonesia Timur
3. Makam Sultan Baabullah
Bukti peninggalan lain dari keberadaan Kerajaan Ternate adalah makam milik Sultan Baabullah. Sang pemimpin dimakamkan di kampung tertinggi dan tertua di wilayah tersebut, yaitu Puncak Bukit Foramadiahi.
Kompleks pemakaman Sultan Baabullah ini dikellingi oleh kebun pala milik para penduduk. Untuk dapat pergi ke sana, kamu terlebih dahulu harus mendaki Gunung Gamalama sekitar 1 km.
Pemakaman tersebut dilindungi oleh sebuah cungkup yang memiliki ukuran 3,2 x 12 meter. Di sekelilingnya terdapat pagar dan dipasangi kelambu berwarna putih.
Nisan atau jiratnya beserta lantainya terbuat dari keramik. Pintu masuknya berada di sebelah timur. Sementara itu, di sebalah barat daya terdapat pohon beringin yang sangat besar.
4. Benteng Tolukko
Ulasan terakhir tentang peninggalan sejarah Kerajaan Ternate Islam yang dapat kamu temukan di artikel ini adalah Benteng Tolukko. Letaknya berada di Kelurahan Sangadji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate.
Tempat tersebut dulunya dibangun oleh panglima Portugis yang bernama Fransisco Serao pada tahun 1540 Masehi. Setelah penjajah tersebut hengkang dari tanah Maluku, bangunan ini kemudian diambil alih oleh Belanda pada tahun 1610.
Setelah itu, direnovasi oleh Pieter Both dan dijadikan tempat pertahanan menghadapi serangan Spanyol. Maka dari itu, namanya juga dikenal sebagai Benteng Hollandia.
Benteng Tolukko dibangun di atas pondasi batuan beku. Bangunannya sendiri dibangun menggunakan pecahan batu kali, karang, dan batu bata. Di sini, terdapat tiga bastion, ruang bawah tanah, lorong, halaman dalam, dan bangunan utama.
Hingga saat ini, Benteng Tolukko dirawat dengan baik dan terlihat indah sama seperti yang kamu lihat pada gambar di atas. Cocok sekali jika dijadikan salah satu destinasi wisata sejarah untuk dikunjungi.
Baca juga: Ulasan Lengkap tentang Peninggalan Sejarah yang Berharga dari Kerajaan Mataram Islam
Fakta Menarik dari Kerajaan Ternate Islam
Sumber: Wikimedia Commons
Tadi kamu sudah menyimak mengenai lokasi, sejarah beridirnya, silsilah raja, hingga peninggalan-peninggalan Kerajaan Ternate Islam, kan? Nah berikut ini ada beberapa fakta menarik yang sayang jika dilewatkan.
1. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang sudah kamu baca di atas, Kerajaan Ternate merupakan pusat penghasil rempah-rempah yang besar di wilayah timur. Maka dari itu, tidak mengherankan jika yang menjadi fokus utamanya berada di sektor pertanian dan perdagangan.
Yang menjadi komoditi utama dari daerah tersebut adalah pala dan cengkih. Rempah-rempah tersebut banyak diburu oleh pedagang-pedagang dari luar daerah karena memiliki banyak kegunaan. Selain sebagai obat-obatan, juga digunakan untuk bumbu masak dan campuran minuman untuk menghangatkan tubuh.
Karena daya tariknya inilah, bangsa Portugis datang ke sini. Semula niatnya hanya untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama. Namun kemudian, mereka menjadi serakah dan ingin menguasai.
2. Kehidupan Sosial dan Agama
Pada mulanya, penduduk di wilayah Ternate menganut kepercayaan animisme. Lalu kemudian, semuanya itu berubah ketika ayah Sultan Zainal Abidin memutuskan untuk menjadi mualaf atau memeluk agama Islam.
Hal tersebut kemudian diperkuat dengan Sultan Zainal Abidin yang mengubah kiblat kerajaan menjadi Islam. Karena hal inilah, banyak rakyat yang kemudian memeluk agama tersebut. Selain itu, ia juga mengesahkan hukum syariat Islam untuk diberlakukan di seluruh wilayah kerajaan.
Lalu pada masa kepemimpinan Sultan Khairun Jamil, datanglah seorang misionaris, yaitu Fransiskus Xaverius yang menyebarkan agama Kristen Katholik. Sang sultan cukup toleran dan memperbolehkannya untuk menjalankan misi. Namun dengan syarat, misi tersebut ditujukan pada orang-orang yang masih menganut kepercayaan nenek moyang.
Pada awalnya, hal tersebut berjalan dengan baik dan lancar. Hanya saja, kemudian dimanfaatkan oleh Portugis untuk membuat kisruh dengan mengadu domba.
Setelah itu, Belanda datang ke Maluku yang juga membawa masuk agama Kristen Protestan. Konon pada waktu itu, semua orang yang beragama Katholik harus berpindah menjadi Kristen Protestan.
Hal tersebut tentu saja memicu konflik yang berkepanjangan. Setelah itu, meletuslah perang yang dipimpin Sultan Ternate melawan Belanda. Sayangnya, peperangan itu dapat dengan mudah dipadamkan Belanda dan membuat kehidupan rakyat semakin menderita.
Baca juga: Mengenal Sosok Kundungga, Sang Pendiri Kerajaan Kutai
Sudah Puas Penyimak Ulasan tentang Sejarah Kerajaan Ternate Bercorak Islam di atas?
Demikianlah ulasan lengkap tentang sejarah Kerajaan Ternate Islam yang dapat kamu simak di sini. Mulai dari sejarah berdiri, silsilah para pemimpin, peninggalan berharga, hingga fakta-fakta menariknya. Semoga saja setelah membacanya kamu mendapatkan wawasan baru tentang kerajaan tersebut.
Buat kamu yang misalnya menginginkan informasi serupa mengenai kerajaan-kerajaan lain di nusantara, bisa langsung cek saja ulasan di artikel-artikel lainnya. Tidak hanya tentang kerajaan bercorak Islam, tetapi juga ada yang bercorak Hindu maupun Buddha. Baca terus, yuk!