Siapa, nih, yang suka membaca cerita rakyat Nusantara? Nah, buat yang suka membacanya, simak cerita asal usul Danau Batur yang berasal dari Bali di artikel ini, yuk! Kisahnya sangat menarik, lho! Selamat membaca!
Batur adalah salah satu danau di Bali yang kisah asal usulnya menarik tuk disimak. Kalau berasal dari Bali, kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan kisahnya.
Secara singkat, asal usul danau Batur mengisahkan tentang seorang raksasa bernama Kebo Iwa yang ditakuti para warga. Karenanya, para warga mengatur strategi untuk mencelakainya.
Apakah yang kira-kira dilakukan para warga? Akankah Kebo Iwa berhasil menyelamatkan diri? Kalau penasaran, mending langsung saja baca cerita asal usul danau Batur yang ada di artikel ini. Nggak cuma kisahnya aja, ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan. Selamat membaca!
Cerita Asal Usul Danau Batur
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri di suatu desa kecil di Bali. Mereka telah lama menjalani rumah tangga dan hidup bahagia. Namun, kebahagian mereka kurang lengkap karena belum ada kehadiran seorang anak.
Sepanjang hari, mereka terus berdoa agar segera mendapatkan momongan. “Suamiku, aku sangat mendambakan kehadiran seorang anak kecil. Aku ingin sekali membesarkan dan merawat bayi,” ujar sang istri merana.
“Mari kita bersabar dan senantiasa berdoa, istriku. Semoga saja Tuhan lekas mengabulkan doa kita,” ucap sang suami mencoba menenangkan istrinya.
Tak lama kemudian, Tuhan mengabulkan doa mereka. Sang istri mengandung dan 9 bulan kemudian ia melahirkan seorang bayi laki-laki. Anehnya, bayi mereka tumbuh dengan sangat cepat.
Nafsu makannya pun sangat kuat. Meski masih bayi, porsi makannya sama dengan pria dewasa. Kedua orang tuanya pun merasa bingung dan kewalahan.
Seiring bertambahnya waktu, bayi laki-laki itu tumbuh menjadi anak-anak. Meski masih anak-anak, tubuhnya sangatlah besar. Ditambah lagi, nafsu makannya bertambah semakin banyak. Ia pun mendapatkan julukan Kebo Iwa alias paman kerbau karena bertubuh besar.
Semakin hari, makin bertambah pula nafsu makan pria besar itu. Dalam waktu sehari, ia bisa makan setara dengan seratus porsi orang dewasa. Hal itu membuat kedua orang tuanya kewalahan.
Pemarah dan Menyeramkan
Selain bertubuh besar, Kebo Iwa rupanya pria pemarah. Jika orang tuanya tidak menyediakan cukup makanan, ia akan marah besar. Lalu, ia akan merusak apa saja yang ia temui.
Bahkan, ia tak segan-segan merusak rumah penduduk sekitar. Tak hanya itu saja, ia juga pernah menghancurkan rumah ibadah tatkala kedua orang tuanya tak sanggup menyediakan makanan.
Para warga sangat takut kepada Kebo Iwa ketika dia sedang mengamuk. Kendati demikian, ketika perutnya kenyang, ia sebenarnya pria baik yang kerap membantu para warga.
Ia kerap membantu warga meratakan tanah, menyabut pohon, membendung sungai, mengangkut batu, dan masih banyak lagi. Karena tubuhnya yang besar, ia dapat menyelesaikan beberapa pekerjaan berat itu dengan cepat.
Sebagai imbalan, orang-orang selalu memberinya makanan lezat. Namun, saat terjadi musim paceklik, penduduk mulai kesulitan dan kewalahan untuk menyediakan makanan buat Kebo Iwa.
Kedua orang tuanya pun mengalami kesulitan. Akan tetapi, pria bertubuh besar itu tak peduli. Yang ia pikirkan hanyalah perutnya saja. “Berikan aku makanan! Jika tidak, akan kuporak-porandakan desa ini,” ucap Kebo Iwa mengamuk.
Para penduduk pun cemas. Saat musim paceklik, untuk mencukupi kebutuhan makanan di rumah saja mereka kesulitan. Apalagi harus memenuhi kebutuhan makan Kebo Iwa yang teramat banyak itu.
“Jika kita tidak segera memberinya makanan, bisa-bisa desa kita dirusak olehnya. Bagaimana ini?” ucap salah satu warga.
“Kita tak bisa begini terus. Kumpulkan warga nanti malam untuk membahasnya,” ucap Kepala Desa.
Rencana Menjebak Kebo Iwa
Saat malam tiba, para warga berkumpul di rumah Kepala Desa. Mereka berdiskusi persoalan Kebo Iwa yang selalu mengamuk ketika kelaparan. “Kita harus menyingkirkan Kebo Iwa, Tuan,” ucap salah satu warga kepada Kepala Desa.
“Benar. Meski pun banyak membantu kita, ia sangat menakutkan bila kelaparan. Ditambah lagi, ia tak bisa mengerti kondisi yang sedang paceklik ini,” imbuh warga lainnya.
“Aku tahu kalian merasa resah karena sikap pemarah Kebo Iwa. Tapi, bagaimana bisa kita menyingkirkannya? Tubuhnya sangatlah besar. Bisa-bisa kita membahayakan keselamatan kita sendiri,” ujar Kepala Desa.
Para warga pun terdiam. Mereka memikirkan strategi untuk menyingkirkan Kebo Iwa. Lalu, salah satu warga memecahkan keheningan. “Aku punya ide,” ucapnya.
“Bagaimana kalau kita jebak Kebo Iwa saja? Kita minta siapkan makanan yang banyak untuknya, lalu kita suruh ia membuat sumur yang sangat dalam. Saat ia menggali tanah, kita siapkan batu kapur di sekeliling lubang. Saat lubang mulai dalam, kita kubur ia dengan batu kapur itu,” jelas warga itu.
Warga-warga lainnya menyetujui pendapat itu. Mengingat tak ada pendapat lain yang bisa jadi pertimbangan. Kepala Desa tak langsung memberi keputusan. Ia berdiam sejenak untuk berpikir.
Tak lama kemudian, ia pun berkata, “Baiklah. Ayo bersama-sama kita singkirkan Kebo Iwa dengan cara tersebut. Kita akan melakukannya besok. Siapkan makanan-makanan yang banyak untuk memberinya tenaga.”
Realisasi Rencana
Keesokan harinya, beberapa warga bergotong royong untuk mengumpulkan makanan. Sedikit demi sedikit, pada akhirnya mereka berhasil mengumpulkan makanan yang teramat banyak dan sesuai dengan porsi Kebo Iwa.
Di sisi lain, beberapa warga juga bergotong royong mengumpulkan batu kapur. Setelah makanan dan batu kapur siap, Kepala Desa beserta beberapa warga menemui Kebo Iwa.
Ia tengah menyantap beberapa ekor sapi dan kerbau milik warga desa. “Kebo Iwa! Berhentilah makan binatang-binatang malang itu,” ucap Kepala Desa.
“Memangnya kalian punya makanan yang bisa membuatku kenyang? Kalau tidak, aku akan menghabiskan binatang-binatang ini,” ucapnya beringas.
“Kami punya makanan yang sangat lezat dan banyak untukmu. Akan kami berikan padamu, asalkan kau bersedia membantu kami,”
ujar Kepala Desa.
Mendengar ucapan itu, Kebo Iwa langsung bersemangat. “Apa yang bisa kubantu? Asal kalian memberiku makan, aku siap membantu kalian apa saja,” ucap Kebo Iwa.
“Sebelum itu, tak bisakah kau tak mengamuk dan merusak rumah warga? Kau juga memakan hewan tenak mereka, bukankah itu tindakan yang tak benar?” tanya Kepala Desa.
“Itu semua karena kalian tak beriku makanan! Jika kalian memberiku makanan yang banyak, aku tidak akan mengamuk,” ujar Kebo Iwa tak merasa bersalah.
“Bukannya kami tak ingin memberimu makan, Kebo Iwa! Hanya saja kondisi sekarang ini sedang paceklik. Desa mengalami kekeringan karena musim kemarau. Karena itu, tolong bantu kami membuat sumur yang sangat besar dan dalam agar air yang dihasilkan cukup banyak untuk sawah dan ladang kami,” jelas Kepala Desa.
“Baiklah, tapi aku meminta makan yang banyak sebelum dan sesudah membuat sumur. Aku sangat kelaparan,” ucap Kebo Iwa.
“Tentu saja kami akan memberimu makanan yang banyak, sesuai yang kamu butuhkan,” ucap Kepala Desa. Sebelum menggali tanah, Kebo Iwa makan dengan sangat lahap. Ia merasa gembira dengan janji yang diucapkan oleh Kepala Desa.
Kebo Iwa Menggali Sumur
Setelah melahap seluruh makanan, Kebo Iwa mulai bekerja. Ia merenovasi rumah-rumah yang dihancurkannya, seperti kehendak Kepala Desa. Lantas ia menggali tanah untuk membuat sumur di tempat yang telah Kepala Desa tentukan,
Tenaganya cukup besar sehingga menggali tanah yang dalam bukanlah pekerjaan yang berat. “Apakah kau bisa menggali sedalam mungkin agar air yang didapatkan bisa banyak?” ujar Kepala Desa.
“Tentu saja. Mudah bagiku menggali tanah ini,” jawab Kebo Iwa sambil menggali tanah.
Sementara ia menggali tanahmu beberapa warga desa mengumpulkan batu-batu kapur di sekeliling sumur yang dibuat oleh Kebo Iwa. Ia pun bertanya-tanya, “Untuk apa kalian mengumpulkan batu kapur sebanyak itu?”
“Em, jadi, setelah kamu berhasil membuat sumur besar, kami akan membuatkanmu rumah yang sangat besar dan indah. Tentu saja rumah yang besar membutuhkan batu kapur yang sangat banyak, kan?” jawab Kepala Desa.
Mendengar kabar itu, Kebo Iwa merasa bahagia. Ia semakin bersemangat menggali tanah. Tanpa kenal lelah, selama berhari-hari ia terus bekerja keras. Sesekali, ia beristirahat dan membayangkan hidup di rumah yang besar.
“Hmm, aku sudah tak sabar ingin menempati rumah besar dan makan enak sepanjang hari. Aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ini,” ucapnya dalam hati.
Semakin hari, lubung sumur yang dibuat Kebo Iwa semakin dalam dan besar. Air mulai memancar keluar hingga terciptalah sebuah kolam yang cukup besar. “Air ini cukup, kan?” tanya pria raksasa itu.
“Tentu saja belum cukup. Kau harus menggali lebih dalam lagi,” ujar Kepala Desa.
Kebo Iwa menuruti perintah Kepala Desa karena ia yakin akan mendapatkan rumah dan makanan lezat. Lubang tanah itu semakin membesar dan semakin dalam. Air yang memancar pun semakin banyak.
Mengubur Kebo Iwa
Karena berhari-hari bekerja keras, Kebo Iwa merasa kelaparan. “Aku lapar! Berikan aku makan atau aku tak sanggup melanjutkan menggali lubang ini,” ucapnya.
“Baiklah, kami akan segera menyiapkan makanan untukmu,” ucap Kepala Desa.
Warga desa berdatangan membawa makanan lezat. Pria raksasa itu pun merasa sangat bahagia mendapatkan makanan dalam jumlah banyak dan rasanya nikmat. Ia lantas makan dengan sangat lahap.
Ia menghabiskan seluruh makanan hingga merasa kekenyangan. “Bukankah seharusnya kau segera menyelesaikan sumur ini?” perintah Kepala Desa.
Tak lama kemudian, ia bergegas melanjutkan pekerjaannya. Karena kekenyangan, ia tak kuasa menahan rasa ngantuk. Tak lama kemudian, ia pun tertidur di dalam sumur itu.
Setelah mendapati Kebo Iwa tertidur pulas, Kepala Desa memerintahkan warga untuk melemparkan seluru batu kapur ke dalam lubang galian itu. Mereka beramai-ramai melemparkan batu itu,
Karena sangat terlelap dalam tidurnya, Kebo Iwa tak menyadari bila ada batu-batu kapur yang menjatuhinya. Air semakin banyak memancar dari dalam tanah. Batu kapur pun makin banyak yang dimasukkan warga ke dalam lubang galian.
Lalu, Kebo Iwa tersedak air dan terbangun. Ia terkejut mendapati air mengalir begitu deras dan batu kapur terus berjatuhan menimpa tubuhnya. “Apa yang kalian lakukan padaku?!” ujar Kebo Iwa.
Ia tak kuasa menahan batu-batu kapur yang menimpa tubuhnya. Berulang kali ia meminta tolong, tapi para warga seakan tutup telinga. “Tolong, tolong, tolong!” teriaknya keras.
Pada akhirnya, ia tak kuasa bertahan dan menghembuskan napas terakhirnya di dalam lubang galian besar yang ia buat sendiri. Namun, air juga tak kunjung berhenti. Air terus memancar hingga meluap dan membanjiri desa para warga.
Para warga pun tak berhasil menyelamatkan diri. Desa itu lalu berubah menjadi sebuah danau yang besar. Karena bermula dari batu kapur, danau itu pun dikenal dengan nama Danau Batur. Timbunan tanah yang di sekitarnya menjelma menjadi sebuah gunung yang bernama sama.
Unsur Intrinsik
Cerita asal usul Danau Batur cukup menarik, bukan? Nah, setelah membaca kisah serunya, kurang lengkap kalau kamu tak mengulik unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita asal usul Danau Batur adalah tentang kerakusan. Seorang raksasa bernama Kebo Iwa selalu mengamuk dan marah-marah ketika ia lapar.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh utama dalam cerita asal usul Danau Batur ini. Mereka adalah Kebo Iwa, kedua orang tuanya, dan Kepala Desa. Kebo Iwa memiliki dua karakter. Ia terkadang menjadi sosok raksasa yang suka menolong, tapi ia juga kerap menjadi pengamuk dan perusak ketika kelaparan.
Kedua orang tua Kebo Iwa adalah sosok yang gigih dalam berdoa dan berusaha. Mereka berusaha dengan keras untuk mencukupi kebutuhan sang anak yang teramat banyak.
Tokoh utama berikutnya adalah Kepala Desa. Ia adalah sosok yang bijak dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Perannya cukup penting dalam upaya menyelakai Kebo Iwa.
3. Latar
Cerita asal usul Danau Batur ini menggunakan beberapa latar tempat. Di antaranya adalah desa kecil di Bali, rumah Kebo Iwa, rumah Kepala Desa, dan tempat Kebo Iwa menggali sumur.
4. Alur Cerita Asal Usul Danau Batur
Alur cerita rakyat dari Bali ini adalah maju alias progresif. Cerita bermula dari kelahiran seorang anak laki-laki yang pertumbuhannya sangat cepat. Porsi makannya juga sangatlah banyak, setara dengan 10 porsi orang dewasa.
Semakin hari tubuhnya makin besar hingga ia pun tumbuh menjadi raksasa dan disebut Kebo Iwa. Porsi makannya pun semakin banyak sehingga membuat kedua orang tuanya kewalahan.
Kebo Iwa tumbuh menjadi raksasa yang kerap menolong tetangga-tetangganya. Ia membantu membuat sumur, mendirikan rumah, membuat perairan, dan tugas berat lainnya. Sebagai imbalan, ia mendapatkan makanan yang banyak.
Saat musim kemarau datang, para warga kesulitan mendapatkan air. Mereka pun gagal panen dan kesulitan mendapatkan bahan pangan. Kebo Iwa yang tak mau memahami kondisi pun marah-marah karena kelaparan.
Ia lantas memakan hewan ternak para warga. Karena semakin resah, para warga berdiskusi untuk menyingkirkan Kebo Iwa. Lalu mereka pun memutuskan untuk meminta pria raksasa itu menggali sumur yang dalam dan memendamnya dengan batu kapur.
Mereka berhasil membunuh Kebo Iwa, tapi air tak kunjung berhenti. Pada akhirnya, air itu menenggelamkan desa dan terbentuklah sebuah danau besar.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik dari cerita asal usul Danau Batur ini, salah satunya adalah jangan jadi orang rakus. Jangan seperti Kebo Iwa yang bahkan porsi makanannya 100 kali lipat dari porsi orang dewasa normal. Tentu saja hal itu akan merepotkan orang-orang di sekitarnya, terutama kedua orang tua.
Amanat berikutnya adalah jangan jadi pemarah. Kontrol emosimu dan jagalah sikapmu ketika marah. Jangan sampai perlakuanmu itu merugikan pihak lain.
Terakhir, janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan lain. Para warga yang memutuskan untuk menyingkirkan Kebo Iwa pada akhirnya tenggelam.
Selain unsur intrinsik, cerita asal usul Danau Batur ini juga ada unsur ekstrinsiknya. Di antaranya adalah nilai-nilai dari luar kisahnya yang mempengaruhi berlangsungnya jalannya cerita. Seperti, nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Sebelum mengakhiri artikel tentang asal usul Danau Batur, simak dulu beberapa fakta menariknya. Apa sajakah itu? Yuk, simak langsung ulasannya!
1. Menjadi Tempat Wisata
Bali mempunyai beragam danau yang indah dan cocok menjadi tempat wisata. Danau Batur adalah salah satunya. Berada di Kecamatan Kintamani, Danau Batur dikelilingi oleh perbukitan dan pepohonan yang rindang. Sehingga udaranya pun terasa sejuk dan menangkan.
Selain menawarkan pemandangan yang indah, di sini juga terdapat beberapa tempat kuliner yang lezat. Di tepi danau, ada sebuah restoran apung di tepi danau yang ditetapkan sebagai Global Geopark oleh Unesco.
2. Ada Versi Lain
Pada umumnya, cerita rakyat memang tak hanya memiliki satu versi saja. Begitu pula dengan cerita asal usul Danau Batur ini. Yang menajdi tokoh utama tetap sama, yakni Kebo Iwa.
Versi lain mengisahkan bahwa Kebo Iwa adalah sosok yang mandiri dan tak pemarah. Ia justru tak merepotkan para warga dengan meminta-minta makanan. Karena tubuhnya yang besar dan kuat, ia kerap membantu para warga.
Pada suatu hari, pasukan Majapahit hendak menyerang Bali. Namun, mereka mengurunkan niatnya karena tahu Bali memiliki sosok yang teramat kuat, Kebo Iwa.
Lalu, mereka pun merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Kebo Iwa. Mereka berpura-pura mengundang Kebo Iwa untuk meminta bantuan. Pria raksasa yang baik hati itu pun menuruti perintah Raja Majapahit, tanpa mengetahui maksud buruknya.
Saat Kebo Iwa berhasil menggali lubang yang sangat dalam, Raja Majapahit meminta pasukan untuk menguburnya hidup-hidup. Meski pada akhirnya Kebo Iwa mati, Kerajaan Majapahit turut tenggelam karena air dari sumur itu terus bermunculan.
Bagikan Cerita Asal Usul Danau Batur ke Teman-Temanmu
Demikianlah cerita asal usul Danau Batur dari Bali. Kamu suka nggak, nih, sama kisahnya? Kalau kamu suka, jangan ragu untuk membagikannya kepada teman-temanmu, ya. Supaya mereka juga bertambah wawasannya.
Nah, buat kamu yang masih ingin membaca cerita rakyat lainnya, langsung saja kepoin Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada banyak, lho, cerita yang bisa kamu baca, seperti asal usul Danau Toba, legenda Banyuwangi, dan asal mula terbentuknya Surabaya.
Nggak cuma cerita rakyat aja, nih. Di kanal ini juga ada banyak dongeng yang bisa kamu simak. Misalnya saja dongeng Beauty and the Beast, kisah Pohon Apel yang Baik Hati, dan cerita Iblis dengan Tiga Rambut Emas. Selamat membaca!