Tak berbeda dari daerah-daerah lainnya, Provinsi Bengkulu juga memiliki banyak sekali cerita menarik yang sayang kalau dilewatkan. Salah satunya adalah cerita Putri Serindang Bulan berikut ini. Kalau ingin tahu kisah lengkapnya, mending langsung dicek saja, yuk!
Cerita Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini merupakan salah satu legenda yang wajib untuk kamu baca. Tak hanya seru, kisah ini juga memiliki pesan moral yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, cocok apabila kamu dongengkan ulang untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Selain ringkasan cerita dan pesan moral, di sini nanti kamu pun bisa membaca ulasan unsur intrinsik dan fakta menariknya, lho.
Gimana? Apakah kamu semakin tertarik untuk membaca cerita rakyat Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini? Kalau iya, nggak usah kebanyakan basa-basi lagi. Cek saja selengkapnya di bawah ini, ya! Selamat membaca!
Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Asal Bengkulu
Pada zaman dahulu kala, di daerah Bengkulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Mawang. Kerajaan tersebut berpusat di kota Lebong.
Raja memiliki tujuh orang anak yang terdiri dari enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra tersebut bernama Ki Gete, Ki Ain, Ki Tago, Ki Geeting, Ki Jenain, dan Ki Karang Nio. Sementara itu, putri satu-satunya diberi nama Serindang Bulan.
Ketika tiba saatnya pergantian tahta, Raja Mawang menunjuk Ki Karang Nio untuk menggantikannya. Ia diberi julukan Sultan Abdullah. Tak lama setelah itu, raja pun meninggal dunia.
Sepeninggal sang raja, pada awalnya kerajaan masih aman, sentosa, dan terkendali di bawah pimpinan Ki Karang Nio. Hanya saja kemudian, terjadi konflik internal dengan saudara-saudaranya.
Hal ini dikarenakan mereka merasa malu dengan keadaan adik bungsunya, Serindang Bulan. Bagaimana tidak? Setiap kali ada laki-laki yang melamarnya, tubuh wanita itu tiba-tiba terkena kusta. Penyakit itu akan hilang jika pertunangan batal.
Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang kali. Tentu saja, itu merupakan aib yang harus segera dihentikan.
Para Saudara Laki-Laki Merundingkan Nasib Si Bungsu
Pada suatu hari, keenam kakak Serindang Bulan memutuskan untuk mengadakan pertemuan rahasia. Mereka berunding untuk mencari cara menghilangkan aib tersebut.
“Kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi. Nama kerajaan kita pasti akan menjadi semakin jelek di mata kerajaan lain. Kita harus melakukan sesuatu,” kata Ki Gete.
Saudara-saudara yang lainnya pun menyetujui apa yang diucapakan oleh Ki Gete tersebut. Kemudian, Ki Geeting mengusulkan untuk mengasingkan si bungsu ke tempat yang sangat jauh.
Akan tetapi, hal tersebut tidak disetujui oleh Ki Tago. Laki-laki itu kemudian berkata, “Kalau menurutku, sebaiknya kita bunuh saja Putri Serindang Bulan.”
Tak mau ambil pusing, saudara-saudara yang lain langsung mengiyakan, kecuali Ki Karang Nio. Ia sebenarnya ingin protes, tetapi suaranya tentu akan kalah dengan suaranya kakak-kakaknya yang lain.
Tak berhenti di situ saja, seolah ingin cuci tangan, kakak-kakak yang lain menunjuk Ki Karang Nio untuk membunuh Serindang Bulan. Sebagai bukti kalau telah melaksanakan tugas, laki-laki itu harus membawa pulang darah si bungsu di dalam sebuah tabung.
Ia tentu saja sangat sedih. Mana mungkin dirinya tega membunuh saudara kandungnya sendiri. Terlebih lagi, keduanya memang lebih dekat jika dibandingkan dengan yang lain. Namun untuk saat ini, ia tidak bisa melakukan apa pun selain menyetujuinya.
Berpamitan
Setelah pertemuan tersebut, Ki Karang Nio pergi untuk menemui adik bungsunya dan menceritakan semuanya. Wanita muda itu tentu saja merasa sedih. Namun, ia hanya bisa pasrah menerima semuanya. Ia hanya berharap kalau apa pun yang terjadi nantinya, Tuhan akan selalu melindunginya.
Lelaki itu pun hanya bisa meminta maaf pada adiknya itu. Karena hingga saat ini, ia masih belum bisa menemukan cara bagaimana untuk menyelamatkannya.
Keesokan harinya, Ki Karang Nio membawa Serindang Bulan ke hutan untuk melakukan tugasnya. Namun sebelum berangkat, si bungsu memiliki sebuah permohonan. “Kak, bolehkah aku membawa bakoa (tempat menaruh sirih) dan ayam hirik milikku?” mohonnya.
“Untuk apa kamu ingin membawanya?” tanya lelaki itu. “Nanti kalau aku sudah mati, tolong kuburkan aku bersama bakoa dan ayam hirik itu. Hanya itulah yang aku miliki, selain Kakak,” ucapnya lirih.
Setelah permintaan disetujui oleh kakaknya, si bungsu itu pun pergi berpamitan dengan kakak-kakaknya yang lain. Tak lama kemudian, Ki Karang Nio dan Serindang Bulan pergi ke hutan.
Sebuah Rencana yang Telah Disusun Rapi
Dalam perjalanan menuju hutan, kakak beradik tersebut hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Si bungsu tentu saja meratapi nasib malangnya. Sementara itu, sang kakak sedang berpikir keras bagaimana caranya untuk menyelamatkan adik kesayangannya.
Hingga tak terasa tibalah mereka tengah hutan, tepatnya di tepi sungai Air Ketahun. “Sepertinya kita sudah berjalan cukup jauh. Lebih baik, kita berhenti di sini saja, Dik,” kata Ki Karang Nio.
“Baiklah, Kak… Sekarang, Kakak bisa melakukan tugasmu. Aku siap,” kata Putri Serindang Bulan.
“Kamu tak perlu bersedih lagi. Aku tidak akan pernah membunuhmu. Kakak macam apa yang tega mencelakai adiknya sendiri,” kata sang kakak.
“Jangan seperti itu, Kak. Kalau tidak membunuhku, nyawa Kakak yang akan terancam. Tidak apa-apa, lakukan saja tugasmu,” desak si bungsu.
“Dengarkan dulu, aku tidak akan membunuhmu. Aku akan membuatkanmu sebuah rakit dan susurilah sungai ini. Semoga saja ada orang baik yang mau menolongmu,” jelas Ki Karang Nio.
“Sementara itu untuk bukti darah yang harus kubawa pulang, bolehkah aku menyayat tanganmu? Nanti, darahmu akan kucampur dengan darah binatang,” lanjutnya.
Putri Serindang Bulan tentu saja menyetujui rencana kakaknya itu. Ia juga merelakan ayam hirik kesayangannya untuk diambil darahnya.
Setelah semuanya selesai, Ki Karang Nio menyuruh adik perempuannya itu untuk naik ke rakit dan mengantar kepergiannya. “Hati-hati, Adikku. Semoga kamu selalu dilindungi oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Suatu hari nanti, aku harap bisa bertemu lagi denganmu,” katanya sembari meneteskan air mata.
Ketika Putri Serindang Bulan sudah hilang dari pandangannya, ia lalu bergegas pulang dan melapor kepada kakak-kakaknya kalau dirinya telah menyelesaikan tugas. Saudara-saudaranya percaya dan merasa puas setelah melihat bukti tabung yang dibawa olehnya.
Nasib Putri Serindang Bulan
Setelah berhari-hari berada di atas rakit dan mengikuti arus air sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya tiba di Pulau Pagai yang merupakan muara dari sungai Air Ketahun. Di sana, ia bertemu dengan Raja Indrapura yang kebetulan sedang berburu.
Raja yang dikenal ramah tersebut kemudian bertanya mengapa ia bisa sampai di wilayahnya. “Putri Cantik, sedang apa kamu di tempat ini sendirian?” tanyanya. Mau tak mau, wanita itu pun menceritakan semuanya.
Setelah mendengar penuturan Serindang Bulan, Raja Indrapura yang merasa iba kemudian membawanya pulang ke istananya di Negeri Setio Barat. Karena sering bertemu dan terbiasa, keduanya pun jatuh cinta.
Beberapa bulan kemudian, Putri Serindang Bulan kemudian dilamar. Ajaibnya, kali ini penyakit kulitnya tidak kambuh. Pasangan yang berbahagia itu kemudian akan segera melangsungkan pernikahan.
Akan tetapi, pernikahan tersebut tidak akan bisa terwujud tanpa adanya wali dari mempelai perempuan. Maka dari itu, sang raja kemudian mengirimkan utusan untuk memberi tahu kakak-kakak Serindang Bulan.
Pernikahan Putri Serindang Bulan
Selang beberapa hari kemudian, utusan Raja Indrapura datang ke Lebong dan memberitahukan kabar pernikahan tersebut. Kakak-kakak Serindang Bulan yang lain tentu saja merasa terkejut dan marah mengetahui fakta kalau adik bungsunya masih hidup.
Tak lama setelah utusan pergi, mereka mengadakan rapat kembali. “Aku tidak menyangka kamu bisa melakukan hal seperti ini. Bisa-bisanya kamu mengelabuhi dan mengkhianati kepercayaan kami,” kata Ki Gete kepada Ki Karang Nio.
Sebenarnya, kelima anak Raja Mawang yang lain merasa sangat marah dan hendak membunuh Ki Karang Nio. Namun, mereka mengurungkan niat karena harus menghadiri pernikahan Serindang Bulan di Negeri Setio Barat. Mereka tidak mau masalah menjadi semakin runyam.
Pada tanggal yang telah ditentukan, rombongan Kerajaan Lebong tiba di Negeri Setio Barat untuk menghadiri pernikahan Putri Serindang Bulan. Mereka diterima dengan begitu baik di sana.
Ki Karang Nio yang melihat Serindang Bulan untuk pertama kali setelah kejadian itu merasa lega dan bahagia sekali karena adiknya baik-baik saja. Si bungsu pun merasakan hal yang sama. Keduanya kemudian saling melepas rindu.
Pernikahan Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura berjalan dengan lancar dan baik. Setelah itu, mereka mengadakan pesta yang cukup meriah untuk merayakannya. Semua orang pun bergembira.
Sebuah Akhir
Setelah acara pernikahan selesai, kakak-kakak Serindang Bulan pulang kembali ke Lebong. Sebelum pergi, masing-masing dari mereka diberi hadiah berupa sekantong emas oleh Raja Indrapura.
Dalam perjalanan pulang, naasnya kapal yang ditumpangi rombongan Kerajaan Lebong diterjang ombak besar dan karam. Mereka kemudian terdampar di Pulau Ipuh. Tidak ada barang yang tersisa, kecuali perhiasan milik Ki Karang Nio.
Ternyata, kejadian tersebut merupakan sebuah teguran dari Yang Maha Kuasa. Kelima saudara yang lain rupanya memiliki niat jahat untuk menyingkirkan Ki Karang Nio. Mereka iri karena perhiasan yang diberikan kepadanya berjumlah lebih banyak.
Mengetahui fakta yang terjadi, lelaki itu sama sekali tidak marah. Ia justru berkata, “Harta kalian adalah hartaku, hartaku adalah milik kalian. Apabila barang kalian hilang, maka aku akan memberikannya.”
Kata-kata Ki Karang Nio tersebut tentu saja membuat saudara-saudara yang lain menjadi malu. Terlebih lagi, lelaki itu membagi perhiasannya kepada mereka sama rata.
Dengan perasaan campur aduk, Ki Gete berkata, “Adikku, kamu memang begitu bijaksana. Pantaslah ayah memilihmu untuk menggantikannya menduduki tahta.”
“Itu memang benar. Kami juga minta maaf karena telah berusaha mencelakaimu. Sekarang, kembalilah ke Lebong. Kita harus berpisah di sini karena kami berlima tak akan kembali.”
Ki Karang Nio menghormati keputusan kakak-kakaknya. Ia kemudian pulang sendirian ke Lebong.
Beberapa bulan setelah kembali, laki-laki tersebut kemudian memutuskan untuk menikahi seorang putri raja. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki yang diberi nama Ki Pati dan Ki Pandan.
Baca juga: Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna
Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan
Tadi, kamu sudah menyimak ringkasan cerita Putri Serindang Bulan, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari legenda Putri Serindang Bulan ini adalah tentang persaudaraan. Bukannya saling membantu saat sedang kesusahan, kakak-kakak sang putri, kecuali Ki Karang Nio, malah ingin menyingkirkan adik bungsunya karena dianggap aib keluarga.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh cerita rakyat Putri Serindang Bulan yang akan dibahas lebih detail. Yang pertama adalah Ki Karang Nio. Ia adalah seorang raja yang baik dan bijaksana. Selain itu, ia juga merupakan seorang kakak yang baik dan begitu menyayangi adiknya.
Tokoh selanjutnya, tentu saja adalah Serindang Bulan. Ia merupakan seorang putri yang memiliki kepribadian yang baik. Ia patuh, tidak suka menyusahkan orang lain, dan tidak pendendam.
Sementara itu, kelima kakak Ki Karang Nio adalah orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka juga suka iri dengan kepunyaan orang lain dan serakah.
Dan, yang terakhir adalah Raja Indrapura. Laki-laki ini sangat baik dan bijaksana. Ia bahkan mau menolong Serindang Bulan yang dibuang oleh kakak-kakaknya yang jahat.
3. Latar dari Cerita Putri Serindang Bulan
Seperti yang sudah kamu ketahui, legenda ini berasal dari daerah Bengkulu. Maka dari itu, secara umum latar tempat terjadinya berada di provinsi tersebut. Sementara itu, latar spesifiknya juga sudah disebutkan di dalam cerita, contohnya adalah istana, hutan, Sungai Air Ketahun, Pulau Pagai, dan Pulau Ipuh.
Beberapa latar waktunya pun telah disebutkan, yaitu keesokan harinya, beberapa bulan kemudian, pada tanggal yang telah ditetapkan, dan lain-lain. Nah, untuk latar suasananya sendiri, kisah tersebut didominasi rasa sedih, kecewa, marah, dan bahagia.
4. Alur
Cerita rakyat Putri Serindang Bulan ini menggunakan alur maju atau progresif. Kisahnya bermula dari sang putri yang tiba-tiba menderita penyakit kulit ketika bertunangan dengan seorang pria. Penyakit tersebut akan sembuh jika pertunangan itu batal. Nah, hal tersebut terjadi berulang kali sehingga membuat kakak-kakaknya, kecuali Ki Karang Nio, menjadi malu.
Mereka kemudian menyuruh Karang Nio untuk membunuh si bungsu. Pada kenyataannya, lelaki itu tidak membunuhnya dan malah menyuruhnya kabur. Hingga kemudian, sang putri bertemu dengan seorang raja yang baik hati dan membuat penyakitnya sembuh. Di akhir cerita, kelima kakak dari Karang Nio dan Serindang Bulan mendapatkan pelajaran hidup yang begitu berharga.
5. Pesan Moral
Kamu dapat mengambil beberapa amanat atau pesan moral dari cerita Putri Serindang Bulan ini untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang pertama adalah sesama saudara harus saling mendukung dan membantu. Jangan seperti kelima kakak Serindang Bulan yang malah berniat membunuh adik bungsunya hanya karena dianggap membawa aib keluarga.
Selain itu, belajarlah untuk memaafkan dan tidak menaruh dendam pada orang yang telah berbuat jahat pada kita. Mungkin, hal tersebut kedengarannya begitu sulit. Hanya saja, kamu pasti bisa kalau mencobanya. Ketika bisa memaafkan, hidupmu pasti akan jauh lebih tenang.
Tak hanya unsur-unsur intrinsik dari legenda asal Bengkulu ini saja yang patut kamu ketahui, tetapi unsur ekstrinsiknya juga. Unsur-unsur ekstrinsik tersebut biasanya meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah lama dipegang teguh.
Fakta Menarik dari Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Asal Bengkulu
Setelah menyimak penjelasan unsur intrinsiknya, berikut ini ada fakta menarik tentang legenda di atas yang sayang sekali kalau dilewatkan.
1. Memiliki Versi Lain
Kalau dalam versi lain, semua saudara Serindang Bulan adalah perempuan. Saudara-saudaranya mau menikah kalau si bungsu menikah duluan. Nah, setiap kali akan menikah, Serindang Bulan akan mengalami penyakit kulit yang akan sembuh ketika pernikahan batal. Hal tersebut terjadi berulang-ulang hingga membuat saudara-saudaranya yang lain malu.
Kemudian mereka menyuruh anak keenam, yaitu Karang Nio untuk membunuh si bungsu. Namun, wanita tersebut mengelabui kakak-kakaknya yang lain dengan memberikan bukti darah dalam botol yang sebenarnya merupakan darah anjing hutan. Ia juga menyuruh adiknya untuk kabur.
Singkat cerita, Serindang Bulan bertemu dengan Raja Alam yang kemudian mempersuntingnya. Namun pernikahan tersebut bisa terlaksana jika ada walinya. Kemudian raja, mengirim utusan untuk mengundang semua kakaknya.
Meski terkejut dan marah, kelima kakak Serindang Bulan datang ke pernikahan si bungsu. Hanya saja, mereka mengajukan mahar pada raja sebagai syarat menikahi adiknya.
Raja setuju asalkan mereka bisa mengenali adiknya sendiri, jika tidak mereka akan dihukum. Sebelumnya, sang raja telah menyiapkan beberapa gadis yang didandani mirip dengan Serindang Bulan.
Pada awalnya, kelima kakak tertua tidak dapat mengenali dengan benar. Beruntungnya, Karang Nio bisa mengenali si bungsu sehingga mereka semua tidak dijatuhi hukuman.
Mereka kemudian mendapatkan mahar yang dimau. Dan yang terpenting, Serindang Bulan juga mau memaafkan mereka semua.
Baca juga: Dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri Beserta Ulasan Lengkapnya, Pelajaran tentang Ketamakan
Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Ini?
Demikianlah kisah Serindang Bulan asal daerah Bengkulu yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana? Seru banget, kan? Nggak cuma menghibur, tetapi juga sarat dengan nilai hidup.
Selanjutnya, kalau kamu masih ingin membaca legenda nusantara yang lain, mending langsung cek saja artikel-artikel di sini yang tentunya nggak kalah seru. Contohnya adalah I Laurang asal Sulawesi Selatan, Buaya Perompak dari Lampung, asal-usul Cendrawasih dari Papua, dan masih banyak lagi.
Kalau mencari cerita hewan, kisah para nabi, dan dongeng Barat juga ada, lho. Pokoknya lengkap banget, deh!