• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosKata

Inspirasi & Literasi Kata

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Home
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Ruang Pena
  • Histori
  • Arti Kata
» Ruang Pena » Cerita Rakyat » Cerita Rakyat Bengkulu

Legenda Putri Gading Cempaka dari Bengkulu, Pesan tentang Menuruti Nasihat Orang Tua

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka - Perangko
Sumber: Filatelis Indonesia

Provinsi Bengkulu memiliki legenda yang tidak kalah bagus dan menarik jika dibandingkan provinsi lain. Selain Putri Serindang Bulan, ada kisah Putri Gading Cempaka yang bisa kamu baca di bawah ini.

Siapa bilang kisah putri-putri kerajaan yang bagus hanya dari luar negeri saja? Di Indonesia, juga banyak kisah putri kerajaan yang menarik untuk dibaca, lho. Salah satunya adalah Putri Gading Cempaka yang merupakan cerita rakyat asal Bengkulu.

Kisah yang satu ini sarat dengan pesan moral. Untuk itu, bagus juga kalau mau kamu dongengkan untuk adik, keponakan, atau sepupu yang masih kecil. Kalau cuma ingin kamu baca untuk dijadikan hiburan juga boleh, kok.

Nggak hanya cerita lengkapnya, kamu juga akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik beserta fakta menariknya. Nah, kamu pastinya nggak sabar pengin segera menyimak kisah lengkap dari hikayat Putri Gading Cempaka ini, kan? Kalau gitu, mari simak selengkapnya berikut ini.

Cerita Putri Gading Cempaka Asal Bengkulu

Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka - Animasi Sumber: YouTube – TV Anak Indonesia

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Sungai Serut yang terletak di daerah Bengkulu. Kerajaan tersebut didirikan oleh keturunan Kerajaan Majapahit yang bernama Ratu Agung. Sang raja dipercaya sebagai titisan dewa pengatur kehidupan bumi yang bersemayam di Gunung Bungkuk.

Ratu Agung yang dikenal arif dan bijaksana ini memiliki enam orang anak laki-laki yang bernama Raden Cili, Manuk Mincur, Lemang Batu, Tajuk rompong, Rindang Papan, dan Anak Dalam. Ia juga memiliki seorang anak perempuan, si bungsu, yang bernama Putri Gading Cempaka.

Kerajaan Sungai Serut tersohor bukan hanya karena kemakmurannya. Namun, kecantikan Putri Gading Cempaka juga ikut andil.

Banyak sekali pangeran-pangeran dari kerajaan lain yang datang untuk meminangnya. Karena sang putri masih remaja, Ratu Agung tentu saja menolak semua lamaran itu.

Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat, sang raja pun semakin menua dan menderita sakit keras. Karena memiliki firasat kalau umurnya tidak akan lama lagi, ia kemudian memberikan wasiat kepada tujuh anaknya.

Wasiat tersebut tentu saja mengenai pewaris tahta kerajaan. Ia menunjuk Anak Dalam sebagai penggantinya.

Katanya, “Demi menjunjung keadilan, kedamaian, dan ketenteraman, Ayah akan menyerahkan tahta kerajaa pada putraku, anak Dalam. Ayah berharap, kalian akan selalu rukun.”

“Anak-anakku, jika suatu hari nanti Kerajaan Sungai Serut mengalami bencana, kalian menyingkirlah ke Gunung Bungkuk. Nanti akan datang seorang raja yang menjadi jodoh dari adik kalian, Putri Gading Cempaka,” lanjutnya.

Selang beberapa hari kemudian, Ratu Agung meninggal dunia. Setelah itu, Anak Dalam diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya.

Pinangan dari Kerajaan Aceh

Anak Dalam mampu memerintah kerajaan dengan baik dan bijaksana sama seperti ayahnya. Hubungan dengan saudara-saudaranya juga tetap baik. Tidak ada di antara mereka yang bertengkar memperebutkan kekuasaan.

Sementara itu, lamaran untuk Putri Gading Cempaka juga terus berdatangan. Hingga pada suatu hari, datanglah utusan dari Kerajaan Aceh hendak meminang sang putri untuk pangeran mereka.

Kata salah utusan itu, “Mohon beribu ampun, Baginda. Kami merupakan utusan dari Pangeran Raja Muda dari Kerajaan Aceh. Maksud kedatangan kami adalah untuk meminang Putri Gading Cempaka. Sang pangeran saat ini sedang menunggu di atas kapal di dermaga.”

Raja Anak Dalam tidak serta merta mengiyakan pinangan tersebut. Walau bagaimana pun, ia harus meminta pendapat saudara-saudaranya dan juga sang putri. Sayangnya sesuai keputusan bersama, pinangan tersebut ditolak.

“Sebelumnya, kami mohon maaf. Namun setelah menimbang berbagai hal, kami memutuskan untuk tidak menerima lamaran Pangeran Raja Muda,” ucap Raja Anak Dalam pada para utusan.

Hal tersebut tentu saja membuat utusan itu merasa terkejut. Mereka lalu berpamitan dan kembali ke dermaga dengan perasaan kecewa.

Baca juga: Kisah dari Nusa Tenggara Barat, Kembang Ander Nyawe Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Kamu Simak

Terjadi Peperangan

Perang

Setibanya di dermaga, para utusan kemudian menyampaikan perihal penolakan pinangan itu kepada sang pangeran. Seperti yang sudah diduga, Pangeran Raja Muda begitu murka dengan penolakan itu.

“Keterlaluan sekali! Berani-beraninya mereka menolak pinanganku!” serunya.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, laki-laki tersebut kemudian menantang Raja Anak dalam untuk berperang. Tanpa segan, Raja Anak Dalam menerima tantangan tersebut dan perang pun tidak dapat terhindarkan.

Perang antara Kerajaan Sungai Serut dan Kerajaan Aceh berlangsung hingga berhari-hari. Banyak sekali korban yang berjatuhan akibat peperangan tersebut. Para korban bergelimpangan begitu saja di jalan tidak ada yang mengurus.

Semakin hari, kedudukan Raja Anak dalam mulai terdesak. Pasukannya juga sudah mulai kewalahan karena banyak yang gugur.

Di saat seperti ini, ia kemudian teringat pada nasihat mendiang ayahandanya. Kemudian, ia berbicara pada saudara-saudaranya.

“Wahai saudara-saudaraku, apakah kalian masih ingat wasiat dari ayahanda? Jika Kerajaan Sungai Serut sudah tidak aman, kita diminta untuk menyingkir ke Gunung Bungkuk. Melihat kondisi sekarang, kita harus segera pergi,” katanya. Para saudara pun menyetujuinya dan mereka bergegas pergi ke Gunung Bungkuk.

Sementara itu, Pangeran Raja Muda Aceh juga menarik pasukannya dari peperangan. Mereka kembali ke tempat asal tanpa hasil dan kehilangan banyak sekali pasukan.

Carut Marut Kerajaan Sungai Serut

Kerajaan Sungai Serut menjadi kacau balau setelah ditinggalkan oleh sang raja. Para raja dari kerajaan lain pun memperebutkan kekosongan tahta itu. Akhirnya, empat bangsawan dari Kerajaan Lebong Balik Bukit yang berhasil mendudukinya.

Baru saja menguasai kerajaan sebentar, keempat orang itu malah bertengkar dan memperebutkan wilayah kekuasaan. Keadaan kerajaan tersebut semakin tidak aman dan rakyat sangatlah menderita.

Beruntungnya, pertengkaran para penguasa baru Kerajaan Sungai Serut tersebut dapat didamaikan oleh seorang pengelana. Namanya adalah Maharaja Sakti yang berasal dari Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau. Ia memang diutus oleh sang raja, yaitu Sri Maharaja Diraja, untuk menghentikan peperangan itu.

Empat bangsawan tersebut kemudian dibawa ke Kerajaan Pagaruyung dan menghadap sang raja. Mereka kemudian bermusyarah dan membicarakan semuanya dengan kepala dingin.

Menariknya, mereka malah mengusulkan mengangkat Maharaja Sakti untuk menjadi raja di Kerajaan Sungai Surut. Laki-laki itu bijaksana dan adil sehingga dianggap mampu menjadi pemimpin yang baik.

Permohonan itu dipertimbangkan dan akhirnya dikabulkan oleh Sri Maharaja Diraja. Maharaja Sakti kemudian diangkat menjadi Raja Sungai Serut.

Upacara penobatan pun dilakukan di Kerajaan Pagaruyung. Tak hanya penobatan raja baru, Kerajaan Sungai Serut pun kemudian diganti nama menjadi Kerajaan Bangkahulu.

Baca juga: Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri

Penundaan Penobatan

Setelah upacara selesai, Raja Paguruyung meminta Maharaja Sakti serta keempat bangsawan untuk kembali ke Kerajaan Bengkahulu. Di sana, sudah disiapkan upacara penobatan lagi sekaligus pengumuman resmi mengenai pergantian nama kerajaan.

Iring-iringan pengawal raja sudah tiba di Kerajaan Bengkahulu. Upacara penobatan pun akan segera dimulai.

Sayangnya tidak lama kemudian, langit tiba-tiba menjadi gelap dan hujan turun dengan begitu deras. Petir pun menyambar-nyambar dan disertai oleh angin yang kencang. Upacara pun harus dihentikan dan menunggu cuaca membaik.

Hingga malam tiba, hujan tidak kunjung reda. Mau tidak mau, upacara ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.

Di malam itu juga, Maharaja sakti bermimpi bertemu dengan seorang bidadari canti sewaktu tertidur. Di dalam mimpinya itu, sang bidadari sedang menari di tengah badai dengan keadaan yang tidak basah sedikitpun. Setelah itu, wanita itu pergi ke Gunung Bungkuk.

Tafsir Mimpi Sang Raja

Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka - buku Cerita Sumber: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional – Saksono Prijanto

Keesokan harinya, Raja Maharaja Sakti memanggil keempat para bangsawan. Ia pun menceritakan tentang mimpi yang dialaminya semalam.

Keempat orang itu kemudian berinisiatif untuk memanggil seorang tafsir mimpi. Dan ternyata, itu adalah sebuah pertanda baik.

“Ampun, Baginda. Bidadari yang Baginda lihat dalam mimpi tersebut adalah Putri Gading Cempaka. Sang Putri adalah anak Ratu Agung dan merupakan adik dari Anak Dalam, penguasa sebelumnya dari kerajaan ini,” ucap sang peramal.

Lanjutnya, “Apabila Baginda bisa membawa Putri Gading Cempaka kembali ke mari, kerajaan ini di masa depan akan menjadi semakin kuat. Menurut penglihatan hamba, sang putrilah yang nantinya akan melahirkan raja-raja kuat di negeri ini.”

Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh peramal tersebut, Maharaja Sakti kemudian berniat untuk meminang sang putri. Keinginan itu pun disetujui oleh empat bangsawan dan petinggi kerajaan yang lain. Pada hari itu juga, berangkatlah beberapa utusan ke Gunung Bungkuk untuk meminang putri cantik itu.

Baca juga: Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya

Sebuah akhir yang Bahagia

Para utusan itu akhirnya sampai juga di Gunung Bungkuk. Salah satu dari mereka kemudian menyampaikan maksud kedatangannya.

“Ampun beribu ampun, Baginda. Kami adalah utusan dari Tuanku Baginda Maharaja Sakti dari Kerajaan Bangkahulu. Atas titah beliau, hamba diminta untuk meminang Putri Gading Cempaka untuk dijadikan permaisuri.”

Sesuai dengan wasiat sang ayah, Raja Anak Dalam bersama dengan saudara-saudara yang lain pun menerima pinangan tersebut. Setelah itu, mereka semua diboyong ke istana Bangkahulu.

Beberapa waktu kemudian, pesta pernikahan yang begitu meriah antara Maharaja Sakti dan Putri Gading Cempaka dilaksanakan. Tak hanya menikah, acara tersebut juga sekaligus digunakan untuk penobatan sang raja.

Setelah pernikahan tersebut, Maharaja Sakti kemudian membangun sebuah istana baru untuk dijadikan pusat pemerintahan. Istana tersebut terletak di kuala Sungai Lemau.

Pembangunan selesai dan pusat pemerintahan dipindahkan. Kerajaan kemudian berganti nama lagi menjadi Kerajaan Sungai Lemau.

Kondisi kerajaan semakin makmur karena Maharaja Sakti bisa mengayomi rakyatnya. Pernikahan sang raja dengan permaisuri berjalan dengan baik. Keduanya hidup bahagia bersama dengan anak-anak mereka.

Baca juga: Kisah Abu Nawas tentang Pesan Bagi Para Hakim dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Selalu Profesional dalam Bekerja

Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka

Cover Buku Cerita Sumber: Agus Setiyanto

Setelah menyimak hikayat lengkap dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka, selanjutnya kamu akan menemukan penjelasan mengenai unsur intrinsiknya. Nah, ulasan singkatnya bisa kamu simak berikut ini:

1. Tema

Inti atau tema cerita rakyat Putri Gading Cempaka ini adalah tentang mematuhi nasihat orang tua. Kalau kisah cerita di atas, sesama saudara harus selalu menjaga kerukunan.

2. Tokoh dan Perwatakan

Berikutnya, akan ada beberapa tokoh yang dibahas lebih dalam karena memiliki peran penting dalam cerita rakyat Putri Gading Cempaka. Beberapa tokoh tersebut adalah Ratu Agung, Anak Dalam, Putri Gading Cempaka, Pangeran Aceh, dan Maharaja Sakti.

Tokoh pertama yang akan diulik adalah Ratu Agung. Ia merupakan seorang raja yang baik hati dan bijaksana. Selain itu, dirinya juga adalah seorang ayah yang begitu mencintai anak-anaknya. Bahkan sebelum pergi pun, ia menitipkan pesan supaya anak-anak tetap hidup rukun.

Kemudian ada Anak Dalam. Sesuai dengan amanat ayahnya, laki-laki tersebut begitu menyayangi saudara yang lain dan tidak memaksakan kehendak. Ia juga rupanya seorang raja yang adil dan bijaksana.

Selanjutnya ada Putri Cempaka Gading. Wanita ini adalah seorang yang begitu cantik jelita. Tak hanya memiliki paras cantik, kepribadiannya pun baik.

Tokoh keempat adalah Pangeran Raja Muda Aceh. Ia adalah seorang yang angkuh dan tidak menerima penolakan. Akibat keegoisannya, ia mengacaukan Kerajaan Sungai Serut dan membuat pasukannya sendiri menderita.

Lalu yang terakhir ada Maharaja Sakti. Ia adalah seorang yang bijak dan tidak gegabah. Dirinya juga bisa menjadi seorang raja yang mengayomi rakyat dan seorang suami yang menyayangi istrinya.

3. Latar dari Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka

Untuk latar utama legenda Putri Gading Cempaka ini sudah jelas, bukan? Karena asalnya dari Bengkulu, maka secara umum latar tempatnya berada di kota tersebut.

Namun, untuk latar yang lebih spesifik juga disebutkan, kok. Beberapa di antaranya ada Kerajaan Sungai Serut, dermaga laut, Gunung Bungkuk, dan Kerajaan Pagaruyung.

Nah, untuk yang mencari latar suasana dari cerita rakyat Putri Cempaka Gading, kamu juga bisa menemukan beberapa. Contohnya adalah sedih, kecewa, amarah, kebimbangan, dan kebahagiaan.

4. Alur

Untuk alurnya sendiri, cerita rakyat Putri Gading Cempaka menggunakan alur progresif atau maju. Sang putri merupakan sosok yang begitu cantik, maka dari itu tidak heran jika banyak pangeran yang menginginkannya untuk menjadi permaisuri.

Suatu hari datanglah Pangeran Muda Aceh yang hendak melamar. Namun lamaran tersebut ditolak dan sang pangeran marah. Kemarahannya menyulut peperangan.

Karena perang tak kunjung berhenti, Putri Gading Cempaka bersama saudara yang lain kemudian mengungsi ke Gunung Bungkuk sesuai wasiat ayahnya. Keadaan kerajaan Sungai Serut tentu saja menjadi kacau karena tahta yang kosong menjadi rebutan.

Singkat cerita, kekecauan tersebut dapat dihentikan oleh Maharaja Sakti. Dirinya yang kemudian diangkat menjadi raja di Kerajaan Sungai Serut yang kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Bangkahulu. Tak hanya itu saja, ia jugalah yang berhasil meminang Putri Gading Cempaka untuk menjadi istrinya.

5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka

Dari cerita rakyat Bengkulu berjudul Putri Gading Cempaka ini, kamu bisa mengambil banyak sekali pelajaran hidup. Salah satunya adalah patuhi nasihat orang tuamu. Orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Selanjutnya, kamu harus hidup rukun dengan saudara-saudaramu. Karena ketika susah, merekalah yang akan siap sedia membantumu. Bukankah jika rukun dengan saudara juga akan membuat orang tua senang?

Amanat ketiga dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka yang bisa kamu ambil adalah jangan egois dan meluapkan kemarahan sesukamu. Nantinya tidak hanya kamu saja yang menderita, tetapi orang lain juga. Ingatlah, di dunia ini, kamu tidak akan selalu mendapatkan yang kamu mau.

Lalu yang terakhir yaitu jodoh pasti akan datang di waktu yang tepat. Tidak usah terburu-buru menerima pinangan hanya karena sudah cukup umur atau banyak yang melamar. Lebih baik siapkan diri terlebih dahulu, kamu nanti pasti akan mendapatkan jodoh yang pantas untukmu

Selain unsur intrinsik, pada legenda Putri Gading Cempaka ini juga dapat ditemukan beberapa unsur ekstrinsiknya. Unsur tersebut  merupakan hal-hal di luar cerita seperti nilai budaya, moral, dan sosial yang membuat kisahnya semakin lengkap.

Baca juga: Dongeng Burung Tempua dan Burung Puyuh Beserta Ulasannya, Pengingat Bahwa Tiap Orang Punya Selera Berbeda

Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Asal Bengkulu

Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka - Poster Film Sumber: Kabar Rafflesia

Tadi pastinya kamu sudah menyimak legenda lengkap beserta unsur-unsur intrinsik dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka, dong? Nah, jangan ke mana-mana dulu karena berikut ini ada fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang kalau dilewatkan.

1. Dijadikan Film

Pada tahun 2018 lalu, cerita rakyat Putri Gading Cempaka diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Film tersebut merupakan garapan asli anak Bengkulu, lho.

Film Putri Gading Cempaka tayang perdana di salah satu bioskop ternama pada tanggal 8 Maret 2018 lalu. Filmnya dibintangi oleh Shella Dwi yang merupakan Putri Pariwisata Bengkulu 2016.

Sang produser film mengatakan kalau karya tersebut dipersembahkan untuk semua rakyat Bengkulu. Penanyangan karya lokal di bioskop ternama ini juga merupakan pembuktian bahwa anak Bengkulu juga bisa memiliki karya yang keren seperti yang lainnya.

2. Dijadikan Obyek Ziarah

Kisah yang kamu baca di atas bukanlah fiksi semata. Karena ada bukti nyatanya, yaitu ditemukannya makam Putri Gading Cempaka yang hingga sampai sekarang banyak dikunjungi untuk ziarah.

Peziarah yang datang pun tidak hanya dari daerah tersebut, melainkan juga luar pulau. Bukan sebuah hal yang mengherankan karena cerita tentang sang putri memang begitu tersohor sehingga membuat orang-orang penasaran. Jika mungkin suatu saat kamu ingin berkunjung, letak obyek ziarah ini berada di desa Pondok Kelapa, Kabupaten Benteng, Bengkulu.

Baca juga:  Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh & Ulasan Menariknya, Bukti Kerendahan Hati dan Keberanian Bisa Mengalahkan Kekejian

Sudah  Puas Membaca Cerita Rakyat Putri Gading Cempaka Ini?

Itulah tadi kisah lengkap, ulasan unsur intrinsik, beserta fakta menarik dari cerita rakyat Putri Gading Cempaka. Gimana? Semoga saja bisa menghibur dan kamu bisa memetik pelajaran darinya.

Jika kamu masih penasaran dengan legenda dari daerah lain, mending langsung saja artikel yang lainnya. Beberapa contohnya ada cerita rakyat Putri Serindang Bulan, asal-usul Kota Palembang, legenda Naga Erau, dan lain-lain

Bukan hanya cerita rakyat, di sini pun kamu bisa menemukan berbagai dongeng dari luar negeri, kisah para nabi, dan fabel, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Jangan sampai kamu menyesal karena telah melewatkannya, ya!

← Kisah tentang Si Kelingking Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Pelajaran untuk Tidak Meremehkan Penampilan Fisik Seseorang
Legenda Tanjung Menangis Asal Sumbawa dan Ulasannya, Kisah Cinta Tak Sampai yang Begitu Pedih →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Errisha Resty

Errisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah.  Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Cerita Rakyat Bengkulu

  • Legenda 7 Manusia Harimau dari Bengkulu dan Ulasan Menariknya, Kisah Kerendahan Hati Seseorang yang Berilmu Tinggi
  • Legenda Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu dan Ulasannya yang Menuai Tangis
  • Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu & Ulasan Menariknya, Bukti Kerendahan Hati dan Keberanian Bisa Mengalahkan Kekejian
  • Kisah Ular Ndaung Si Penjaga Bara Gaib dari Bengkulu
  • Cerita Putri Serindang Bulan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran tentang Menjaga Persaudaraan
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosKata.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.