Untuk menambah wawasan Nusantara, tak ada salahnya bila kamu membaca cerita-cerita rakyat. Dari Kepulauan Riau, ada cerita legenda berjudul Batu Rantai yang kisahnya cukup menarik. Kamu bisa membaca kisahnya di artikel ini.
Ada begitu banyak cerita rakyat Nusantara yang mengandung pesan moral dan memiliki kisah menarik. Sayangnya, tak sedikit pula yang kurang populer di kalangan masyarakat. Salah satunya adalah cerita legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau.
Kamu sudah pernah mendengar atau membaca kisah ini? Secara garis besar, cerita legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau ini mengisahkan tentang seorang raja yang bersifat buruk. Bukannya mensejahterakan rakyat, ia malah suka berbuat untuk keuntungannya sendiri.
Ia lalu mengalami peristiwa yang kan membuatnya celaka. Peristiwa apakah itu? Kalau penasaran, langsung saja simak cerita legenda Kepulauan Riau berjudul Batu Rantai ini. Informasi seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan.
Cerita Legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja bernama Seri Maharaja. Ia memimpin Kerajaan Tumasik, Kepulauan Riau.
Paduka Seri Maharaja bukanlah raja yang bijak dan baik. Warga mengenalnya sebagai raja yang kejam, tamak, dan suka bertindak semaunya sendiri. Tak jarang, ia melakukan hal yang sangat merugikan rakyatnya.
Pada suatu hari, negeri Tumasik tiba-tiba mendapatkan musibah. Ada ratusan ribu ikan todak yang datang menyerang para warga. Tak hanya warga sekitar pantai saja, mereka yang tinggal daerah pedalaman pun tak luput dari serangan ikan berparuh runcing dan panjang ini.
Tak sedikit warga mengalami luka-luka akibat keganasan ikan todak. Kemudian, Paduka Seri Maharja memerintahkan rakyat untuk membuat pagar betis sebagai penghalang serangan ikan todak.
Akan tetapi, usaha tersebut tak membuahkan hasil. Ribuan ikan todak terus mengamuk dan menyerang masyarakat. Semakin hari, semakin bertambah pula rakyat yang menjadi korban.
Seorang Anak Kecil
Pasukan kerajaan kelimpungan. Mereka bingung memikirkan solusi yang tepat untuk menghadang ikan todak. Dalam kondisi serba bingung, tiba-tiba ada seorang anak kecil datang menghadap paduka raja.
Ia dengan lantang berkata, “Ampun Baginda Raja, saya hendak menyampaikan sesuatu,” ucapnya.
“Siapa kau? Apa yang ingin kau ucapkan?” jawab raja.
“Saya Kabil, Raja. Saya ingin memberi tahu kalau pagas betir tak akan bisa menghentikan serangan ikan todak. Justru akan semakin banyak korban yang berjatuhan,” ucap anak itu.
Mendengar kritik dari Kabil, Paduka Raja malah murka. “Berani-beraninya kau memberi nasihat kepadaku. Emangnya kau siapa!” teriak sang raja.
“Saya berasal dari Bintan Penaungan, Tuan. Saya sangat mengenal perilaku ikan todak. Serangan mereka tak akan berhenti dengan pagar betis. Kalau boleh saya memberi saran, lebih baik siapkan batang-batang pisang saja. Ikan todak kalah dengan batang pisang,” ucap Kabil.
Meski sudah membentak Kabil, Baginda Raja Seri Maharaja menuruti saran anak itu. Sebab, ia tak memiliki pilihan lain.
“Baiklah, aku akan mencoba saran darimu. Bila gagal, kan kusuruh orang-orang untuk membunuhmu. Camkan itu!” ancam sang raja.
Ia lantas memerintahkan pengawal istana dan para warga untuk memagari daerah Tumasik dengan batang pisang. Mereka bahu membahu menebang pohon-pohon pisang dan menjadikannya sebagai pagar.
Para rakyat dan pengawal istana bekerja keras dan tak kenal waktu. Mereka berupaya agar pagar batang pisang segera menutupi negeri Tumasik. Sementara itu, sang raja malah asyik menikmati kudapannya di dalam istana.
Berhasil Selamat
Setelah lama bekerja keras, akhirnya Tumasik berubah menjadi negeri berpagar batang pisang. Benarlah saran Kabil, pagar batang pisang yang rapat mampu menanggulangi serangan ikan-ikan todak.
Mulut para ikan yang lancip itu menusuk batang-batang pohon pisang dan mereka pun tersangkut. Rakyat lantas memotong ikan-ikan todak. Ternyata, daging ikan todak terasa nikmat sehingga para rakyat pun bersuka cita.
Mereka menganggap semua ini adalah berkah dari musibah yang baru saja terjadi. Para rakyat bersyukur karena mereka juga tak perlu bersusah payah mencari lauk untuk makan. Jika lapar, mereka hanya tinggal mengambil ikan todak yang tersangkut bantang pohon pisang dan memasaknya
Saking bahagianya, mereka pun membuat pantun ikan todak yang berbunyi, “Tumasik dilanggar todak. Todak melanggar batang pisang. Orang tua berperangai budak. Seperti aur ditarik sungsang.”
Mengetahui bahwa Kabil adalah seorang anak yang menyerankan batang pisang sebagai pagar, para warga pun sangat memujanya. Mereka beranggapan Kabil adalah sang penolong.
Mengetahui hal tersebut, Paduka Raja dan pejabat-pejabat lainnya merasa gusar. Mereka khawatir bila rakyat lebih memilih Kabil yang memimpin istana. Bila benar terjadi, maka Paduka Raja Seri Maharaja dan pejabat-pejabatnya harus lengser.
Karena itu, Paduka Raja memikirkan sebuah rencana. “Para pejabatku, kita harus segera menyingkirkan Kabil. Bila tidak, bisa saja posisi kita di istana ini terancam. Kabil itu anak cerdas. Kita tak bisa mengusirnya begitu saja. Ia pasti punya cara untuk selalu kembali ke negeri ini,” ucap sang raja.
“Ampun Baginda Raja, lantas apa yang sebaiknya kita lakukan?” tanya salah satu pejabat istana.
Setelah merenung sejenak, Baginda Raja angkat bicara. “Kita harus menangkap Kabil. Lalu, lilitkan rantai besi pada seluruh tubuhnya. Masukkan ia ke dalam kurungan raja dan tenggelamkan dalam laut. Dengan begitu, Kabil akan mati tenggelam,” ucap sang raja.
Membuang Kabil ke Lautan
Dengan terpaksa, para pengawal kerajaan menuruti perintah Paduka Raja Seri Maharaja. Mereka lalu menangkap Kabil dan mengikatnya dengan rantai besi. Kemudia, mereka memasukkannya ke dalam kurungan besi. Lantas, mereka membawanya menuju perairan Pulau Segantang Lada.
Baginda Raja turut serta dengan kapal itu untuk menyaksikan Kabil tenggelam. Sebelum ditenggelamkan, Kabil sempat bertanya kepada sang raja. “Beginikah caramu membalas saran dan kebaikan yang telah kuberikan? Bukankah kau hanya akan membunuhku bila saranku gagal? Bukankah rakyatmu berhasil lolos dari serangan ikan tadok karena saran dariku?” ungkap Kabil geram.
“Hahaha, kau hanyalah anak kecil yang bodoh,”ungkap sang raja. Tak ada kalimat lain yang ia ucapkan. Bahkan ucapan terima kasih pun tidak.
Setibanya di tengah laut, para pengawal raja melemparkan Kabil ke dalam laut. Karena terjerat rantai besi dan kurungan baja, Kabil tak dapat menyelamatkan diri.
Tak lama setelah masuk ke dalam laut, tiba-tiba saja air sekitar tempat itu berpusar-pusar dengan keras seperti sedang meronta-ronta. Lalu, kapal yang membawa raja dan para pejabat serta beberapa pengawal istana pun terseret pusaran air. Para warga lalu menamai tempat Kabil tenggelam dengan sebutan Batu Rantai.
Unsur Intrinsik
Cerita legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau ini seru banget, bukan? Usai membaca kisahnya, kini saatnya kamu mengulik tentang unsur intrinsiknya. Berikut ulasan singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita legenda dari Kepulauan Riau ini adalah tentang peristiwa terbentuknya Batu Rantai. Semua itu berawal dari kekejaman dan keserakahan dari seorang raja.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dari cerita legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau ini. Mereka adalah Kabil dan Paduka Seri Maharaja.
Kabil merupakan tokoh protagonis dalam legenda ini. Ia memiliki sifat yang pemberani, solutif, dan cerdas. Berkat kecerdasannya, ia berhasil menyelamatkan para warga di negeri Tumasik.
Berbeda dengannya, Paduka Seri Maharaja malah memiliki sifat yang tamak. Ia kerap berbuat semaunya sendiri. Bahkan, demi mempertahankan kekuasaan, ia rela melakukan tindakan pembunuhan.
3. Latar
Cerita ini menggunakan beberapa latar tempat di negeri Tumasik. Sebut saja di istana kerajaan, kampung, dan Pulau Segantang Lada.
4. Alur
Alur cerita legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau ini adalah maju. Cerita bermula dari ikan todak yang menyerang negeri Tumasik. Mereka awalnya menghadang ikan-ikan itu dengan pagar betis, tapi tak berhasil.
Kemudian, datanglah seorang anak dari Bintan Penaungan. Ia menyarankan raja memerintahkan rakyat dan pengawal untuk membuat pagar dari batang pisang.
Setelah berhasil mengitari negeri Tumasik dengan pagar batang pisang, ikan-ikan todak pun tak bisa menyerang lagi. Malahan, warga bisa menangkap ikan todak dengan mudah.
Meski saran dari Kabil membuahkan hasil yang positif, Baginda Raja tetap tak senang. Ia khawatir posisinya sebagai raja direnggut oleh Kabil. Singkat cerita, Baginda Raja memerintahkan pengawal kerajaan untuk membuang Kabil ke dalam lautan.
Tak hanya dibuang, para pengawal sebelumnya telah mengikat Kabil dengan rantai besi dan mengurungnya ke kurungan baja. Karenanya, Kabil tenggelam tak berdaya.
Hebatnya, setelah Kabil terjatuh, muncullah pusaran air yang teramat besar. Pusaran itu menenggelamkan perahu yang raja dan para pejabat istana. Sejak saat itu, warga menyebut lokasi tenggelamnya kabil dengan nama Batu Rantai.
5. Pesan Moral
Kira-kira, pesan moral apakah yang terkandung dalam cerita ini? Tentunya ada beberapa amanat, salah satunya adalah janganlah menjadi pemimpin yang kejam dan tamak. Sebagai pemimpin, harusnya bisa mengayomi rakyatnya.
Selain itu, pesan moral yang bisa kamu petik adalah jadilah orang cerdas dan pemberani seperti Kabil. Meski masih muda, ia memberanikan diri untuk menemui raja dan menyampaikan sarannya mengenai bencana yang melanda negeri Tumasik.
Pesan moral terakhir, janganlah kamu membalas kebaikan seseorang dengan keburukan. Kabil telah menolong negeri Tumasik dari serangan ikan todak, tapi raja malah membunuhnya.
Sang raja khawatir bila Kabil merenggut posisinya sebagai raja. Akibatnya, raja pun turut tenggelam setelah menenggelamkan Kabil ke dalam lautan.
Selain unsur intrinsik, ada pula unsur ekstrinsik cerita yang tak kalah penting buat kamu ketahui. Unsur ekstrinsik dari cerita legenda Kepulauan Riau berjudul Batu Rantai yang meliputi faktor geografis dan sosial budaya dari masyarakat sekitar. Faktor lain yang mungkin memengaruhi ialah kepercayaan masyarakat tentang leluhur mereka.
Fakta Menarik
Meski memilik kisah menarik dan sarat pesan moral, cerita legenda Kepulauan Riau berjudul Batu Rantai ini tak memiliki banyak fakta menarik. Berikut ulasannya;
1. Kisah Misteri Batu Rantai
Kebanyakan warga sekitar Pulau Belakang Padang, percaya dengan cerita legenda Batu Rantai. Karenanya, mereka menjaga kekeramatan Batu Rantai.
Kabarnya, bagi siapa pun melewati Batu Rantai, mereka harus menjaga kesopanannya. Mereka juga tak boleh berkata kasar. Jika ada yang melanggar, maka mereka akan celaka.
Tak hanya itu, para pelau juga kerap melihat penampakan anak kecil tanpa pakaian yang sedang mendayung sampan. Para warga percaya bahwa anak kecil itu jelmaan dari Kabil.
2. Memiliki Versi Cerita Lainnya
Kebanyakan cerita rakyat memang memiliki beragam versi cerita. Begitu pula dengan cerita legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau ini.
Dalam kisah lainnya, raja tak tenggelam ke dalam pusaran air. Ia berhasil selamat dari pusaran itu. Hanya saja, setelah itu, negeri Tumasik kerap mengalami bencana banjir.
Para warga meyakini bila bencana itu terjadi karena raja membunuh Kabil. Karena itu, setahun sekali, raja memerintahkan rakyat untuk berdoa dan melakukan penghormatan di tempat tenggelamnya Kabil. Mereka lalu menyebut tempat itu dengan nama Batu Rantai.
Suka dengan Cerita Legenda Batu Rantai dari Kepulauan Riau Ini?
Inilah akhir dari artikel yang mengulik tentang cerita legenda Kepulauan Riau berjudul Batu Rantai ini. Kamu suka dengan ceritanya, kan? Kalau iya, bagikan kisahnya yang sarat pesan moral ini kepada anak-anak, yuk!
Kalau kamu masih butuh kisah lainnya, kepoin terus situs Poskata.com kanal Ruang Pena. Ada cerita rakyat Raja Ampat, dongeng Kelinci dan Kura-Kura, legenda Batu Menangis, dan masih banyak lagi.