Cerita Putri Tujuh Dumai adalah salah satu dongeng yang masuk dalam produk sastra Indonesia. Apakah kamu sudah tahu ceritanya seperti apa? Kalau belum, simak kisah lengkapnya dalam artikel ini, yuk!
Kota Dumai dikenal sebagai salah satu kota penghasil minyak di Indonesia. Namun, penamaan kota ini tidak bisa dilepaskan dari cerita Putri Tujuh Dumai yang populer di kalangan masyarakat setempat.
Nah, jika belum familier dengan dongeng dari Kepulauan Riau itu, kamu bisa menyimak informasi lengkapnya dalam artikel ini. Beragam info tambahan, seperti unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik pun ada.
Bagaimana? Tak sabar ingin membaca cerita rakyat Putri Tujuh Dumai? Daripada semakin penasaran, mendingan kamu langsung simak kisah lengkapnya dalam pembahasan berikut!
Cerita Rakyat Putri Tujuh Dumai
Pada zaman dahulu kala, berdirilah sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung di dekat perairan Selat Malaka. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu yang bijaksana bernama Cik Sima.
Cik Sima memiliki tujuh orang putri yang parasnya cantik jelita dan dikenal oleh penduduk setempat sebagai Putri Tujuh. Kecantikan Putri Tujuh sudah populer hingga ke pelosok negeri, terutama putri bungsu yang paling cantik bernama Mayang Sari.
Putri Mayang Sari mempunyai bentuk tubuh yang memesona, wajahnya cantik bersinar, dan kulitnya lembut seperti sutra. Selain itu, bibir wanita ini semerah delima dan memiliki rambut hitam panjang mengurai yang indah. Maka dari itu, bukan sebuah kebetulan jika ia memiliki julukan Mayang Mengurai.
Pada suatu hari, ketujuh putri itu memutuskan untuk mandi di lubuk Sarang Umai. Putri Tujuh menanggalkan pakaian mereka di pinggir pemandian dan bersama-sama membasuhkan diri dengan air pemandian.
Ketika Putri Tujuh tengah sibuk berendam sambil bersendau gurau, mereka tidak menyadari kalau ada beberapa pasang mata yang mengamati ketujuh putri itu. Orang-orang itu adalah Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yang kebetulan singgah di daerah tersebut.
Pangeran Empang Kuala terpesona dengan kecantikan salah satu putri dari Putri Tujuh itu, yang tak lain adalah Putri Mayang Sari. Ia tanpa sadar terus bergumam lirih, “Gadis cantik di lubuk Umai. Ya, ya… d’umai….d’umai” ucap sang pangeran.
Pangeran Empang Kuala Ingin Menikahi Putri Mayang Sari
Selanjutnya dalam cerita Putri Tujuh Dumai, diceritakan bahwa Pangeran Empang Kuala tidak bisa berhenti berpikir tentang Putri Mayang Sari. Ia telah jatuh cinta dengan putri bungsu dari Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka dari itu, laki-laki ini pun berniat untuk menikahi Putri Mayang Sari.
Sang pangeran kemudian mengirim utusan ke Kerajaan Seru Bunga Tanjung dengan tujuan untuk meminang Putri Mayang Sari. Utusan itu membawa tepak siri sebagai bentuk pinangan adat kebesaran raja kepada Ratu Cik Sima.
Pinangan dari Empang Kuala lalu disambut oleh Ratu Cik Sima dengan penuh hormat dan kemuliaan. Ratu Cik Sima membalas pinangan Pangeran Empang Kuala dengan mengisi pinang dan gambir pada combol paling besar di antara tujuh buah combol yang ada di tepak sirih itu.
Sementara itu, enam combol lain yang ada di tepak sirih sengaja tidak diisi sehingga tetap kosong. Tindakan itu menyimbolkan bahwa putri tertualah yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu.
Dengan begitu, niat awal Pangeran Empang Kuala untuk meminang Putri Mayang Sari berakhir dengan kekecewaan. Utusan dari Empang Kuala menyampaikan penolakan pinangan sang pangeran oleh Ratu Cik Sima dengan ketakutan.
“Ampun Baginda Raja! Hamba tidak bermaksud untuk mengecewakan Tuan. Ratu Cik Sima belum bersedia menerima pinangan baginda kepada untuk Putri Mayang Sari,” terang utusan tersebut.
Pangeran Empang Kuala yang mendengar penolakan itu seketika hatinya dipenuhi dengan kemarahan. Harga dirinya merasa direndahkan karena pinangannya telah ditolak oleh Kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Sang pangeran lantas menyuruh anak buahnya untuk mengumpulkan para prajurit kerajaan. Ia kemudian memerintahkan para panglima dan prajurit untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Baca juga: Kisah Angsa dan Telur Emas yang Penuh Pesan Moral Beserta Ulasan Menariknya
Usaha Ratu Cik Sima Menyelamatkan Putri Tujuh
Berita bahwa Empang Kuala akan menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung sampai ke telinga Ratu Cik Sima. Dikisahkan dalam cerita Putri Tujuh Dumai bahwa wanita ini kemudian segera menyembunyikan tujuh putrinya ke sebuah lubang yang beratapkan tanah dan ditutupi oleh pepohonan.
Dalam persembunyian itu, Ratu Cik Sima telah menyediakan bahan makanan yang cukup dimakan untuk 3 bulan. Setelah berhasil mengungsikan tujuh putrinya, sang ratu kembali ke kerajaan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pasukan Pangeran Empang Kuala.
Peperangan antara Pangeran Empang Kuala dan Ratu Cik Sima pun tidak bisa dihindari. Negeri Seri Bunga Tanjung mengalami kerugian yang tak terkira. Perumahan para penduduk hancur dan banyak nyawa yang berjatuhan.
Pasukan Kerajaan Seri Bunga Tanjung semakin lama semakin merasa terdesak. Ratu Cik Sima lantas mengambil inisiatif untuk meminta bantuan jin yang menghuni di bukit Hulu Sungai Umai.
Pada saat senja, Pangeran Empang Kuala beserta para prajuritnya tengah beristirahat di balik pohon-pohon bakau. Saat malam datang, tiba-tiba saja mereka ditimpa dengan beribu-ribu buah bakau yang menusuk ke badan para prajurit dan Pangeran Empang Kuala.
Tidak sampai separuh malam, pasukan Pangeran Empang Kuala sudah berhasil dilumpuhkan. Sang pangeran dan para prajuritnya yang selamat dari serangan buah bakau dalam kondisi terluka-luka dan tidak berdaya.
Akhir dari Cerita Putri Tujuh Dumai
Pada keesokan harinya, datanglah utusan dari Ratu Cik Sima. Utusan itu membawakan pesan kepada Pangeran Empang Kuala untuk menghentikan peperangan. Alasannya, telah banyak korban jiwa dan kerugian material yang sama-sama merugikan masing-masing pihak.
Pangeran Empang Kuala yang tengah menahan sakit itu pada akhirnya menyetujui pesan dari Ratu Cik Sima. Ia sadar karena keegoisannya, rakyat dari dua negeri yang harus menanggung akibatnya. Sang pangeran lalu menyuruh pasukannya untuk kembali ke Negeri Empang Kuala.
Setelah peperangan usai, Ratu Cik Sima segera menjemput ketujuh putrinya di tempat persembunyian. Namun, wanita ini dihadapkan pada kenyataan pahit karena seluruh putrinya ditemukan sudah tidak bernyawa.
Ternyata, peperangan antara Kerajaan Seri Bunga Tanjung dan Empang Kuala memakan waktu selama 4 bulan. Sementara itu, persediaan makanan yang diberikan oleh Ratu Cik Sima kepada putri-putrinya hanya bisa bertahan 3 bulan.
Ratu Cik Sima kembali ke istana kerajaan dengan hati yang pilu. Ia terus-terus mengeluarkan air mata karena menanggung kesedihan atas kematian tujuh putrinya. Sang ratu jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Sejak saat itu, daerah di mana Kerajaan Seri Bunga Tanjung berdiri dinamakan dengan Dumai. Nama itu diambil dari perkataan Pangeran Empang Kuala ketika memandang Putri Mayang Sari. Begitulah akhir dari cerita rakyat Putri Tujuh Dumai.
Baca juga: Dongeng Kebo Iwa dan Ulasan Lengkapnya yang Merupakan Asal-Usul Danau Batur di Bali
Unsur Intrinsik Kisah Putri Tujuh Dumai
Setelah mengetahui kisahnya, kamu juga perlu tahu informasi seputar unsur intrinsik dongeng Putri Tujuh Dumai. Berikut ini dipaparkan penjelasan tentang tema, penokohan, latar, alur, serta pesan moral yang bisa dipetik dari kisah tersebut.
1. Tema
Tema dari cerita rakyat asal Riau ini adalah tentang penolakan cinta. Keinginan Pangeran Empang Kuala untuk mempersunting Putri Mayang Sari terhalang oleh adat yang berlaku di Negeri Seri Bunga Tanjung.
2. Tokoh dan Perwatakan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan ada beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam cerita Putri Tujuh Dumai. Pertama adalah Pangeran Empang Kuala yang dijelaskan sebagai laki-laki egois dan memiliki harga diri yang tinggi.
Sementara itu, Ratu Cik Sima digambarkan sebagai ibu yang sayang kepada ketujuh putri dan rakyatnya. Ia merupakan seorang pemimpin kerajaan yang bijaksana dan masih memegang teguh adat budaya negerinya.
Selanjutnya, utusan dari Negeri Empang Kuala diutarakan sebagai karakter yang patuh, bertanggung jawab, dan tidak ingin mengecewakan sang baginda raja. Sikap yang sama juga ditampilkan oleh utusan dari Negeri Seri Bunga Tanjung ketika menyampaikan pesan perdamaian kepada Pangeran Empang Kuala.
3. Latar
Latar atau tempat kejadian di mana kisah di atas terjadi diambil di istana Kerajaan Seri Bunga Tanjung, lubuk Sarang Umai, istana Kerajaan Empang Kuala, serta lubang persembunyian Putri Tujuh. Sementara itu, latar hutan bakau menjadi tempat di mana Pangeran Empang Kuala dan para prajuritnya diserang oleh jin suruhan Ratu Cik Sima.
4. Alur
Jalan cerita atau alur dari legenda Putri Tujuh Dumai termasuk dalam alur maju atau progresif. Kisah diawali dengan perkenalan tujuh putri Ratu Cik Sima, terutama Putri Mayang Sari yang memiliki paras yang elok.
Selanjutnya, cerita berkembang ketika Pangeran Empang Kuala jatuh cinta dengan Putri Mayang Sari dan ingin meminangnya sebagai istri. Konflik terjadi ketika sang pangeran menyerang Negeri Seri Bunga Tanjung karena Ratu Cik Sima menolak pinangannya untuk Putri Mayang Sari.
Akhir cerita ditandai dengan kematian ketujuh putri Ratu Cik Sima karena kehabisan makanan akibat perang yang berlangsung selama 4 bulan. Kisah penamaan Kota Dumai ditutup dengan meninggalnya Ratu Cik Sima yang jatuh sakit akibat menanggung kesedihan atas kematian putri-putrinya.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral dari cerita Putri Tujuh Dumai yang barangkali bisa kamu ambil. Pertama, jangan cepat mengambil keputusan di saat hati sedang dipenuhi amarah. Keputusan yang didasari atas nafsu kemarahan jiwa nantinya hanya akan membawa penyesalan.
Kedua, jadilah pribadi yang mandiri dan kuat supaya kamu bisa menghadapi apa pun masalah tanpa mengandalkan pertolongan dari orang lain. Jika saja ketujuh putri Ratu Cik Sima diberi keahlian untuk bisa melindungi diri ataupun mencari makan, barangkali nyawa mereka masih bisa selamat.
Terakhir, kamu perlu menerima kenyataan bahwa tak ada yang tahu berapa umur seseorang di dunia. Maka dari itu, kamu perlu merelakan kepergian orang-orang itu jika waktu mereka di dunia telah habis.
Tak hanya intrinsik, cerita rakyat ini juga mengandung unsur ekstrinsik. Yaitu unsur yang berkaitan dengan latar belakang sosial dan budaya suatu wilayah tertentu agar bisa digunakan sebagai pembelajaran dan nasihat untuk anak-anak.
Baca juga: Kisah Asli Pangeran Kodok dan Putri Versi Grimm Brothers Beserta Ulasan Menariknya
Fakta Intrinsik
Masih belum puas membaca kisah penamaan Kota Dumai? Jangan lupa ketahui juga fakta menarik seputar ceritanya yang telah kami siapkan berikut. Langsung simak saja uraiannya di bawah ini, ya!
1. Dikenang dalam Bentuk Lirik
Jasa Putri Tujuh Dumai diabadikan dalam bentuk syair pendek yang diberi judul Tujuh Putri. Petikan-petikan lirik itu menjelaskan tentang nasib ketujuh putri Ratu Cik Sima yang meninggal dunia akibat dari lamanya peperangan antara Negeri Seri Bunga Tanjung dan Negeri Empang Kuala.
Lirik Tujuh Putri biasanya dijadikan sebagai nyanyian pengiring untuk Tari Pulai. Selain itu, lirik itu juga menjadi musik pengiring tarian Asyik Mayang saat para tabib mengobati orang sakit.
2. Dijadikan sebagai Nama Tempat
Dongeng Putri Tujuh Dumai yang melegenda menjadi inspirasi untuk penamaan daerah-daerah yang dulunya dipercaya sebagai wilayah kekuasaan Kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Sebut saja bukit hulu Sungai Umai tempat tinggalnya jin sebagai Bukit Jin dan kilang minyak milik Pertamina Dumai yang dinamakan Putri Tujuh. Selain itu, di dalam komplek kilang minyak PT. Pertamina Dumai juga terdapat pesanggerahan Putri Tujuh.
Baca juga: Cerita Sang Kancil dan Cicak Badung yang Suka Mencuri Beserta Ulasan Lengkapnya
Cerita Rakyat Putri Tujuh Dumai yang Sarat akan Pesan Bermakna
Begitulah kira-kira ringkasan cerita Putri Tujuh Dumai yang dapat kami rangkum. Kamu bisa membagikan kisah di atas kepada si kecil atau para keponakan yang suka mendengarkan dongeng-dongeng yang menghibur.
Jika tertarik dengan cerita-cerita lainnya, maka sering-seringlah kamu mengunjungi situs PosKata. Beberapa kisah menarik yang bisa kamu simak adalah asal usul Kota Semarang, legenda Joko Kendil, dan kisah Ande-Ande Lumut. Selamat membaca!