• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosKata

Inspirasi & Literasi Kata

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Home
  • Inspirasi
  • Ruang Pena
  • Histori
  • Arti Kata
  • Tap Stories
» Ruang Pena » Cerita Dongeng » Cerita Dongeng 1001 Malam

Kisah Abu Nawas tentang Pesan Bagi Para Hakim dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Selalu Profesional dalam Bekerja

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim - Ilustrasi
Sumber: Bangkit Media

Apakah kamu sedang mencari kisah yang tidak hanya seru untuk dibaca, tetapi juga memberikan teladan yang baik? Jika iya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk membaca hikayat Abu Nawas tentang Pesan untuk Hakim di bawah ini. Langsung saja disimak, ya!

Kamu mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar nama Abu Nawas, kan? Pria yang dikenal cerdik meskipun kadang nyeleneh ini memang memiliki banyak sekali cerita seru. Salah satunya adalah hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Para Hakim yang akan kamu baca berikut.

Cerita yang mengisahkan tentang pentingnya menjaga profesionalitas dalam bekerja ini bagus sekali untuk dibaca. Tentunya, akan lebih baik jika kamu pun menjalankannya pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Tak hanya ringkasan ceritanya, kamu juga bisa menyimak tentang unsur intrinsik serta fakta menarik dari Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim di bawah ini! Daripada semakin penasaran, langsung saja disimak, yuk!

Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim

Kelam

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama Abu Nawas. Ia tinggal di kota Baghdad bersama ayahnya.

Sang ayah merupakan seorang penghulu istana atau kadi bernama Maulana. Untuk yang belum tahu, pekerjaan seorang kadi adalah seperti hakim yang bertugas untuk menyelesaikan masalah.

Hingga kemudian, ayah dari Abu Nawas yang sudah tua tersebut menderita sakit yang cukup parah dan meninggal dunia. Sebagai anak yang berbakti, Abu kemudian mengurus ayahnya hingga ke pemakaman. Melihat kepiawaiannya dalam mengurus sang ayah, diam-diam Sultan Harun Al Rasyid ingin mengangkatnya menjadi kadi untuk menggantikan ayahnya.

Namun, setelah acara pemakaman ayahnya selesai, ia tiba-tiba berubah menjadi gila. Ia mengambil batang pelepah pisang lalu dijadikan sebagai kuda-kudaan.

Tingkah anehnya tidak berhenti sampai di situ saja. Keesokan harinya, ia mengajak anak-anak yang cukup banyak untuk memukul rebana dan menari-nari di atas makam ayahnya.

Kelakuan aneh Abu Nawas itu membuat banyak orang merasa keheranan. Ia dianggap menjadi gila karena ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya.

Dipanggil Menghadap Raja

Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali beberapa pengawal Sultan sudah tiba di rumah Abu Nawas. Mereka menjalankan perintah raja untuk menjemputnya ke istana. “Hai Abu Nawas, engkau diperintah oleh sultan untuk menghadap ke istana,” kata si ketua pengawal.

“Buat apa lagi sultan memanggilku? Aku, kan, tidak ada keperluan dengannya,” jawabnya enteng.

Kata-kata tersebut tentu saja membuat para pengawal yang mendengarnya kaget. Jawaban seperti itu dianggap tidak menghormati sang raja.

Setelah ditegur, bukannya menyadari perkataannya, Abu Nawas malah semakin bertingkah aneh. Ia menyuruh para pengawal untuk memandikan “kudanya” di sungai.

Para pengawal pun geleng-geleng melihat kelakuannya. Mengabaikan hal tersebut, mereka berusaha membujuk Abu Nawas untuk ke istana.

Lagi-lagi, laki-laki itu bersikeras untuk menolaknya. Ia kemudian mengatakan, “Katakan pada rajamu, aku sudah tahu dan aku tidak mau.” Benar-benar tak masuk akal.

Baca juga: Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri

Dipaksa untuk ke Istana

Istana

Para pengawal kemudian melapor kalau tidak bisa membawa Abu Nawas ke istana. Hal itu tentu saja membuat sultan sangat jengkel.

“Kalian semua memang bodoh. Membawa Abu Nawas ke sini saja tidak becus. Aku tidak mau tahu, bawa ia ke sini sekarang juga, entah itu dengan sukarela atau paksa,” putusnya.

Pengawal itu kemudian kembali lagi ke rumah Abu dan menyeretnya ke hadapan sultan. Di sini, lelaki itu masih saja bertingkah sangat aneh. Ia pun mendapat teguran dari sultan untuk menjaga sikapnya.

Namun, Abu malah semakin berani dan berkata, “Baginda… terasi itu asalnya dari udang!” Baginda raja pun tersulut kemarahannya. Katanya, “Kamu memang kurang ajar sekali karena berani menghinaku.”

“Bukan begitu, Baginda! Kan memang benar, siapa bilang udang berasal dari terasi?” jawabnya dengan tanpa dosa.

Sultan Harun yang seudah terlampau jengkel dengan kelakuan Abu kemudian menjatuhkan hukuman untuknya. “Pengawal! Hajarlah Abu Nawas dan pukullah sebanyak dua puluh lima kali.”

Laki-laki yang kurus kering itu kemudian dipukul sebanyak dua puluh lima kali oleh pengawal-pengawal istana. Setelah itu, ia disuruh pergi.

Dipalak oleh Penjaga Pintu Gerbang Kota

Sesampainya di gerbang, seorang penjaga sudah mencegat Abu Nawas. Rupanya, ia ingin menagih janji.

Beberapa hari lalu, Abu dan penjaga tersebut mengadakan perjanjian. Sang penjaga tahu kalau lelaki itu sering dipanggil raja dan diberi hadiah. Maka dari itu, ia meminta separuhnya.

“Abu, kamu tentu tidak lupa dengan perjanjian kita, kan? Mana berikan bagianku sekarang!” katanya.

“Benarkah kamu menginginkan hadiah itu? Kalau iya, tak hanya aku berikan separuh. Seluruhnya pun akan kuberikan.”

“Ternyata kamu baik sekali, ya. Tapi memang seharusnya begitu, kamu kan sudah sering mendapatkan hadiah dari raja.”

Tanpa membuang-buang waktu lagi, penjaga tersebut dipukul dengan menggunakan kayu yang cukup besar. Ia tentu saja berteriak-teriak kesakitan dan benar-benar menganggap kalau Abu Nawas sudah gila.

Baca juga: Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya

Kembali Menghadap Raja

Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim - Uang Koin

Keesokan harinya, penjaga gerbang kota mengadukan perbuatan Abu Nawas ke raja. Seperti orang yang teraniaya, ia mengatakan pada Sultan Harun kalau ia dipukuli padahal tidak melakukan kesalahan.

Beberapa saat kemudian, pengawal membawa Abu ke hadapan sultan. “Benarkah engkau memukuli penjaga gerbang ini sebanyak dua puluh lima kali?” tanyanya.

“Benar, Baginda. Namun, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya ia menerima itu,” jawab Abu tenang.

Ia kemudian menceritakan pada sultan mengenai perjanjian yang disepakatinya dengan penjaga tersebut. Dirinya juga mengatakan kalau kali ini sedang berbaik hati sehingga memberikan semua hadiahnya.

“Benarkah apa yang dikatakan oleh Abu Nawas ini?” tanya sultan yang kemudian dibenarkan oleh si penjaga gerbang. Setelah itu, ia juga mengakui dirinya tak menyangka jika Abu Nawas ternyata mendapatkan hadiah pukulan.

“Kalau begitu, Abu Nawas tidak salah. Namun dengan kejadian ini, aku jadi tahu bagaimana sifatmu sebenarnya. Setelah ini, terimalah hukumanmu.”

Setelah penjaga itu pergi dibawa oleh pengawal, Abu Nawas kemudian berkata, “Baginda, hamba yang sudah lelah ini tiba-tiba tadi diseret kemari padahal tidak salah. Kalau begitu, hamba minta ganti rugi karena jatah istirahat hamba sudah hilang.”

Bukannya marah, Sultah Harun al Rasyid malah tergelak. “Ha…ha…ha… engkau tak perlu mencemaskan hal itu, Abu Nawas,” katanya sembari memberikan sekantong uang perak kepadanya.

Ia pun pulang dengan penuh sukacita. Meskipun begitu, ia tetap saja bertingkah konyol dan semakin aneh.

Mempertimbangkan Abu Nawas Menjadi Kadi

Beberapa waktu kemudian, Sultan Harun Al Rasyid mengadakan pertemuan dengan para menterinya. Ia meminta pendapat mereka semua untuk mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi, menggantikan ayahnya.

Hal itu tentu saja ditentang oleh para menterinya. Terlebih lagi, laki-laki tersebut memang tingkahnya seperti orang gila dan aneh.

Mereka pun menyarankan untuk memilih orang lain saja. Namun agaknya, sang sultan benar-benar menyukai Abu Nawas sehingga memberikan waktu hingga lelaki itu sembuh.

Setelah lewat dari waktu yang ditetapkan, Abu Nawas tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan sembuh. Maka dari itu, dengan terpaksa sultan pun mengangkat orang lain.

Orang tersebut bernama Polan. Ia memang sudah dikenal berambisi menjadi seorang kadi sejak dulu.

Sementara itu di tempat lain, Abu Nawas  yang mendengar kabar tersebut merasa bersyukur sekaligus menyayangkan. Bukan berarti ia menyesal telah menolak, hanya saja orang tersebut dikenal memiliki perangai yang kurang baik.

Akan tetapi, itu lebih baik daripada ia yang harus memangku jabatan tersebut. Karena selama ini, ia memang berpura-pura gila supaya tidak ditunjuk.

Baca juga: Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna

Alasan Abu Nawas Pura-Pura Gila

Sebelum meninggal dunia, sang ayah menyuruh Abu Nawas untuk mencium telinga kanan dan kirinya. Saat melakukan hal tersebut, ia sungguh terkejut sekali.

Katanya, “Ayah, ini sungguh mengherankan. Telinga Ayah yang sebelah kanan berbau harum. Namun, yang sebelah kiri sungguh busuk bukan main.”

Mendengar jawaban tersebut, sang ayah kemudian menceritakan penyebabnya. Dulu sewaktu masih menjadi kadi, ia didatangi oleh dua orang yang sedang menghadapi masalah.

Ada satu orang yang ia dengarkan dengan seksama. Sementara itu, yang satunya tidak digubrisnya karena ia tidak menyukai orang tersebut. Padahal sebagai seorang kadi, ia seharusnya memperlakukan kedua orang tersebut dengan sama.

Sang ayah kemudian berkata kalau Abu Nawas menyukai dan nantinya mau menjadi kadi, ia bisa saja memiliki nasib yang sama. Namun kalau tidak suka, sebisa mungkin ia memberikan alasan yang tidak masuk akal supaya tidak terpilih.

Maka dari itu, ia memilih berpura-pura menjadi gila supaya tidak ditunjuk menjadi kadi. Meskipun begitu, ia tetap sering dipanggil ke istana untuk dimintai pendapat oleh sang sultan.

Baca juga: Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya

Unsur-Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim

Abu Nawas sumber: Wikimedia Commons

Cerita di atas memang cukup panjang. Meskipun begitu, tetap seru dan menarik untuk dibaca, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menyimak penjelasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dari hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim ini.

1. Tema

Inti cerita atau tema dari hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim tersebut adalah tentang menjalankan pekerjaan dengan bertanggung jawab. Karena kalau tidak, nanti bisa jadi memiliki nasib seperti ayah Abu yang mendapatkan azab dari Tuhan.

2. Tokoh dan Perwatakan

Ada beberapa tokoh dari Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim yang akan dianalisis. Yang pertama tentu saja adalah Abu Nawas.

Ia sebenarnya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan cerdik. Saking cerdiknya, ia menggunakan keahliannya itu untuk menghindari diberi tanggung jawab sebagai kadi. Hal itu dikarenakan ia tidak mau berakhir seperti ayahnya.

Selanjutnya, ada Sultan Harun Al Rasyid. Ia sebenarnya raja yang baik dan bertanggung jawab. Hanya saja mudah marah, apalagi jika ada orang yang tidak sopan di hadapannya.

Tokoh yang ketiga, yakni penjaga pintu gerbang. Lelaki tersebut tamak, iri, dan ingin merebut rezeki orang lain.

Yang terakhir ada Ayah Abu Nawas. Ia kurang bisa profesional dalam bekerja. Hanya karena memiliki masalah pribadi, ia tidak mau mendengarkan masalah kliennya.

3. Latar Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim

Seperti yang tertulis di awal cerita, secara umum kisah tersebut memiliki latar tempat di Baghdad. Untuk lebih spesifiknya juga sudah dituliskan, kok. Beberapa di antaranya adalah istana, rumah Abu, dan tempat pemakaman ayah Abu .

4. Alur

Untuk alur hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim ini menggunakan alur campuran. Kisahnya dimulai dari ayah Abu yang meninggal dunia. Setelah itu, ia kemudian bertindak aneh. Orang-orang pun menyangka dirinya gila karena kepergian ayahnya.

Kelakuan aneh Abu semakin lama semakin meresahkan. Terlebih lagi, ia berlaku tidak sopan kepada raja sehingga dihukum dengan dua puluh lima pukulan. Ajaibnya, ia menjadi sembuh setelah ada orang lain yang ditunjuk untuk menjadi kadi atau hakim menggantikan sang ayah.

Ternyata selama ini, ia hanya berpura-pura gila karena tidak mau menjalani pekerjaan tersebut. Di akhir hidupnya, ia tidak ingin mendapatkan azab seperti apa yang terjadi pada ayahnya.

5. Pesan Moral

Dari hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim ini, kamu bisa mengambil beberapa pelajaran. Salah satunya adalah untuk bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan.

Jika memiliki masalah pribadi, jangan campur adukkan hal tersebut dengan pekerjaanmu. Hal itu hanya akan membuatmu menjadi tidak profesional dalam bekerja.

Selanjutnya, jangan pernah iri dengan keberuntungan orang lain seperti penjaga gerbang. Kamu hanya melihat dari luarnya saja, belum tentu sebenarnya ia juga seberuntung itu.

Dan yang terakhir, hormatilah dan rawat orang tuamu sebagaimana kamu dirawat sewaktu kecil. Merawat orang tua juga akan menjadi ladang pahala untukmu.

Selain unsur-unsur intrinsik tersebut, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim ini. Unsur ekstrinsik tersebut meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah dijalankan.

Baca juga: Cerita Rakyat Putri Siluman dari Lampung dan Ulasannya, Pelajaran tentang Kesetiaan dan Kesabaran

Fakta Menarik tentang Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim

Hikayat Abu Nawas Pesan untuk Hakim - Naik Kuda

Setelah menyimak penjelasan unsur-unsur intrinsiknya, berikut ini masih ada fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang untuk dilewatkan.

1. Mengenai Kadi

Kadi atau bisa juga disebut hakim merupakan sebutan untuk pelaksana hukum Allah SWT. Sebutan tersebut biasanya digunakan di wilayah-wilayah yang menggunakan hukum Islam.

Jabatan ini termasuk sangat bergengsi. Kedudukannya tak kalah penting dari khalifah dan wazir istana.

Keputusan kadi dalam menjalankan tugasnya bersumber pada Alquran dan Hadist. Selain itu, seorang kadi haruslah mengedepankan kebenaran ketika bekerja, tidak seperti ayah Abu Nawas.

Baca juga: Kisah Dongeng Anak Gembala dan Serigala Beserta Ulasan Menariknya, Pelajaran Agar Tak Sering Berbohong

Sudah Puas Menyimak Hikayat Abu Nawas: Pesan untuk Hakim di Atas?

Itulah tadi ringkasan cerita Abu Nawas beserta ulasannya yang bisa kamu simak di PosKata. Semoga saja, kamu tidak hanya merasa terhibur tetapi dapat memetik pelajaran dari kisah tersebut.

Kalau misalnya masih ingin menyimak Dongeng 1001 malam lainnya, langsung saja cek artikel-artikel berikut. Beberapa di antaranya adalah Abu Nawas menipu gajah, Abu mencari cincin, dan Ali Baba.

Di sini, tentunya juga ada berbagai legenda nusantara, dongeng Barat, dan kisah para nabi, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Baca terus artikel-artikel PosKata yang lainnya, ya!

← Dongeng Pendek Kerbau dan Kambing Beserta Ulasannya, Fabel yang Sarat Pelajaran Hidup
Kisah Sawerigading dari Sulawesi Selatan & Ulasan Menariknya, Penyemangat Agar Pantang Menyerah →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Errisha Resty

Errisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah.  Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Cerita Dongeng 1001 Malam

  • Dongeng Abu Nawas Mencari Tuhan dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Seorang Pria yang Penasaran dengan Keberadaan Tuhan
  • Dongeng 1001 Malam, Kisah Abu Nawas Mengguncang Dunia Beserta Ulasan Lengkapnya
  • Kisah Abu Nawas Ingin Terbang Sehingga Bikin Geger Warga Beserta Ulasan Lengkapnya
  • Kisah 1001 Malam dan Ulasan Lengkapnya, Cerita Abu Nawas Akan Disembelih dan Dijadikan Bubur Oleh Rakyat Badui
  • Kisah Lucu dan Menggelitik Abu Nawas dan Telur Unta untuk Mengobati Raja Beserta Ulasan Lengkapnya
  • Cerita Dongeng Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan dan Ulasan Lengkapnya, Kisah yang Penuh Pesan Moral
  • Cerita Batu dan Pohon Ara Beserta Ulasan Lengkapnya, Dongeng 1001 Malam yang Sarat Pesan Moral
  • Dongeng Lucu dan Menggelitik, Abu Nawas Menipu Gajah Beserta Ulasan Lengkapnya
  • Dongeng 1001 Malam, Abu Nawas dan Lelaki Kikir Beserta Ulasan Lengkapnya
  • Dongeng 1001 Malam, Kisah Abu Nawas dan Keledai Beserta Ulasan Lengkapnya
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2021 PosKata.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.