Cerita rakyat si Jangoi bisa menjadi salah satu dongeng dengan pesan bermakna yang patut disampaikan kepada anak-anak. Jika belum familier, kamu bisa simak cerita lengkapnya dalam artikel ini. Yuk, langsung cek aja!
Kepulauan Riau menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki beragam cerita rakyat. Salah satu kisah legendaris yang berasal dari kepulauan itu adalah cerita rakyat si Jangoi.
Di sini, kamu akan disajikan legenda dari Kepulauan Riau itu beserta dengan ulasan lengkapnya. Sebut saja unsur intrinsik, fakta menarik, dan pesan moral apa yang bisa kamu dapatkan dari kisah si Jangoi.
Bagaimana? Sudah tak sabar ingin mengetahui cerita rakyat si Jangoi? Tanpa menunggu lama, mendingan kamu langsung simak uraian lengkapnya dalam pembahasan berikut!
Cerita Rakyat Si Jangoi
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang panglima yang sakti mandraguna di Negeri Riau. Panglima ini dikenal sebagai Panglima Kawal. Rakyat di Negeri Riau sendiri menggambarkan laki-laki ini sebagai sosok yang cerdas dan pemberani.
Nama Panglima Kawal tak hanya masyhur di Negeri Riau, tapi juga wilayah-wilayah luar negeri tersebut. Maka dari itu, tak ada bajak laut atau perompak yang berani menyerang dan menguasai Negeri Riau karena mereka takut berhadapan sang panglima.
Namun, ternyata ketakutan itu tak dirasakan oleh si Jangoi. Pimpinan perampok ini bersama anak-anak buahnya beramai-ramai mendatangi Negeri Riau. Kapal-kapal rombongan perampok ini bersandar di pelabuhan negeri itu.
Reputasi si Jangoi sendiri tidak kalah populer dengan Panglima Kawal. Ia adalah sosok perampok yang ditakuti dan terkenal dengan kesaktiannya. Kedatangan rombongan perampok yang dipimpin si Jangoi disambut oleh beberapa hulubalang Negeri Riau.
“Mohon maaf, Tuan. Kalau boleh kami tahu, siapakah Tuan ini dan apa maksud kedatangan Tuan ke Negeri Riau?” tanya salah satu hulubalang. “Aku adalah Jangoi!” jawab si Jangoi dengan lantang di atas geladak kapalnya.
“Maksud kedatanganku ke sini adalah untuk menguasai Negeri Riau! Maka dari itu, hendaklah seluruh rakyat negeri ini segera menyatakan ketundukan mereka kepadaku. Niscaya mereka akan aku ampuni dan nyawa mereka akan selamat!” ujar si Jangoi.
“Namun, jika ada yang berani melawanku, aku dan segenap anak-anak buahku akan beramai-ramai membuat lubang kubur mereka sendiri di sini!” lanjut pemimpin perampok ini dengan sombong.
Para hulubalang yang menyaksikan keangkuhan si Jangoi sebenarnya sudah merasa muak. Akan tetapi, mereka berusaha bersabar dan mengontrol amarah karena tidak mau ada penyerangan tiba-tiba yang memakan nyawa rakyat sekitar pelabuhan.
Keangkuhan Si Jangoi dan Kebijaksanaan Panglima Kawal
Salah satu hulubalang kemudian meminta si Jangoi untuk menunggu di kapalnya. Sementara itu, para hulubalang akan mengutus seseorang untuk menyampaikan kedatangan si Jangoi kepada Panglima Kawal.
Mendengar penjelasan itu, si Jangoi hanya menjawab, “Aku tidak peduli kalian ingin melaporka kepada siapa! Entah kepada panglima atau raja sekalipun, si Jangoi yang kesaktiannya sudah masyhur hingga ke Kamboja, Brunei, Serawak, dan Sumatera, tengah menunggu di sini. Aku tidak sudi untuk menghadap panglima atau rajamu. Mereka yang harus menghadapku!”
Pimpinan dari rombongan hulubalang itu lalu pergi ke istana. Ia menghadap ke Panglima Kawal dan menjelaskan kedatangan si Jangoi. “Kedatangan Tuan ditunggu oleh pemimpin perampok di kapalnya yang bersandar di dermaga” lapor pemimpin hulubalang itu.
Panglima Kawal yang menerima laporan itu kemudian mengadakan perundingan bersama orang-orang kepercayaannya. Meskipun ia memiliki kesaktian dan tidak takut akan tantangan si Jangoi, panglima ini menginginkan jalan perdamaian daripada pertempuran.
Jika si Jangoi bersama kawanan anak buahnya memutuskan untuk menyerang, maka akan ada korban jiwa. Menurut sang panglima, perang menjadi jalan terakhir bila perundingan telah gagal dan tidak ada solusi lain.
Pertemuan antara Si Jangoi dan Panglima Kawal
Keesokan harinya, Panglima Kawal menemui si Jangoi seorang diri tanpa diiringi pengawal ataupun membawa senjata. Ia datang ke kapal tempat di mana si Jangoi berada. Kedatangan sang panglima ternyata membuat pimpinan perampok ini terkejut.
Dalam cerita rakyat si Jangoi, ia kagum dengan keberanian Panglima Kawal karena ia berani menemui pimpinan perompak dengan percaya diri. Ia menduga bahwa sang panglima pastilah memiliki kesaktian yang tidak main-main.
Untuk menghormati kedatangan Panglima Kawal, si Jangoi mempersilahkan duduk laki-laki tersebut di kapalnya. Ia lalu menyuguhkan sirih lengkap beserta kapur dan juga pinang untuk panglime Negeri Riau itu. Tanpa sepengetahuan sang panglima, ternyata si Jangoi telah melangsungkan rencana jahatnya.
Panglima Kawal mengamati hidangan sirih yang disuguhkan oleh si Jangoi. Ternyata, daun sirih yang dihidangkan untuknya telah diganti menjadi daun jelatang. Meskipun wujudnya mirip, daun jelatang adalah daun yang beracun.
Sadar akan rencana jahat yang dimiliki oleh si Jangoi, Panglima Kawal hanya tersenyum dan menolak hidangan sirih itu. Penolakan sang panglima tidak membuat si Jangoi merasa tersinggung ataupun sakit hati.
Sang pemimpin perompak kemudian menyuguhkan bakik. Ia percaya bahwa seseorang yang tidak memakan sirih, tentu akan memakan bakik. Laki-laki ini menyuguhkan bakik dalam tapak sirih.
Si Jangoi telah menempatkan paku-paku beracun ke dalam bakik yang ia sajikan. Laki-laki ini mengajak sang panglima untuk menikmati bakik itu. Panglima Kawal hanya tersenyum dan mengambil bakik suguhan si Jangoi.
Baca juga: Dongeng Mentiko Betuah dari Aceh, Mustika Berharga Berkat Kebaikan Hati beserta Ulasan Menariknya
Rencana Jahat yang Gagal
Sang panglima memakan bakik yang di dalamnya terdapat paku-paku beracun dengan nikmat. Sembari mengunyah, dijelaskan dalam cerita rakyat si Jangoi kalau ia berucap, “Tuan Jangoi, mari makan bakik ini bersama-sama”.
Mendengar ajakan sang panglima, si Jangoi merasa kikuk dan bingung. Hati pemimpin perompak ini tiba-tiba menjadi gentar. Ia tidak menyangka bahwa Panglima Kawal akan menyantap bakik dengan tenang.
Si Jangoi merasa yakin bahwa racun yang ia lumurkan pada paku-paku dalam bakik adalah racun yang sangat mematikan. Orang-orang normal akan menemui kematiannya setelah beberapa saat mengonsumsi racun itu.
Panglima Kawal sendiri terlihat baik-baik saja setelah menyantap bakik suguhan si Jangoi. Ia tetap segar bugar dan terus mengunyah tanpa henti. Ia bahkan kembali membujuk si Jangoi untuk makan bersamanya.
“Ayolah, Tuan Jangoi. Rasa bakik ini sangat enak dan sayang untuk tidak dicicipi. Jika tidak memakan sirih, bagi orang Riau wajib untuk memakan bakik,” ujar sang panglima. Si Jangoi pun hanya diam dan tersenyum kecil.
Kegentaran hati si Jangoi semakin menjadi-jadi ketika melihat Panglima Kawal mematahkan bakik dengan jari-jari tangannya. Orang biasa tentu tidak bisa mematahkan paku-paku dalam bakik itu.
Si Jangoi Membatalkan Niat untuk Menguasai Negeri Riau
Si Jangoi merasa tidak berdaya setelah melihat kesaktian yang ditampilkan Panglima Kawal di hadapannya. Ia sudah membayangkan bagaimana jari-jari tangan sang palima dengan mudahnya mematahkan tulang-tulang tubuhnya.
“Ampuni kamu, Tuan. Maafkan atas kelancangan kami,” ucap si Jangoi sembari menghaturkan sembahnya pada sang panglima. “Kami menyerah kalah,” lanjut pimpinan perompak itu dalam cerita rakyat si Jangoi.
Si Jangoi akhirnya memutuskan membatalkan niatnya untuk menyerang dan menguasai Negeri Riau. Ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri kesaktian Panglima Kawal. Laki-laki ini sudah memperkirakan kalau ia akan kalah jika bertarung dengan sang panglima.
Setelah pertemuannya dengan Panglima Kawal, si Jangoi lalu menyuruh anak-anak buahnya untuk segera mempersiapkan kepergian mereka meninggalkan dermaga Negeri Riau. Ia menyatakan bahwa mereka akan kembali berlayar ke lautan lepas.
Sebelum rombongan kapalnya benar-benar meninggalkan Negeri Riau, si Jangoi mengambil bakik yang berisi paku-paku beracun. Ia kemudian melemparkan bakik itu ke laut sambil bersumpah, “Kalau bakik ini tidak timbul, aku tak akan datang lagi ke tempat ini!”
Tak lama kemudian, bakik yang dilemparkan si Jangoi ternyata tidak muncul ke permukaan air laut. Dengan begitu, si Jangoi lalu memimpin segenap anak buahnya berlayar meninggalkan Negeri Riau.
Niat untuk Menguasai Negeri Riau Kembali Muncul
Setelah kepergian si Jangoi dan anak-anak buahnya, Negeri Riau kembali dalam keadaan aman, tenteram, dan damai seperti semula. Dikisahkan dalam cerita rakyat si Jangoi kalau tak ada perompak yang berani menginjakkan kaki ke negeri itu seperginya sang pemimpin perompak.
Kabar tentang si Jangoi yang tidak berani melawan Pangeran Kawal tersebar hingga kemana-mana. Jika si Jangoi yang merupakan perompak terkenal akan kekuatannya saja menyerah, maka sudah pasti kesaktian Panglima Kawal tidak ada banding.
Hari demi hari berlalu. Kehidupan rakyat di Negeri Riau berlangsung dengan damai sampai akhirnya tersiar kabar bahwa Panglima Kawal telah mangkat. Kesedihan pun menyelimuti semua orang yang tinggal di Negeri Riau.
Kepergian Panglima Kawal yang merupakan panglima terbaik yang pernah dimiliki Negeri Riau meninggalkan rasa duka yang mendalam. Banyak orang yang menangis mengingat jasa sang panglima yang walaupun memiliki kesaktian selalu mengutamakan jalur perdamaian.
Kabar kematian Panglima Kawal sampai ke telinga si Jangoi. Keinginannya untuk menyerang dan menguasai Negeri Riau kembali muncul. Tanpa menghabiskan banyak waktu, ia pun memerintahkan anak-anak buahnya untuk mempersiapkan pelayaran ke Negeri Riau.
Beberapa hari kemudian, kapal yang dinaiksi si Jangoi sampai ke perairan di mana ia dulu pernah bersumpah tak akan menginjakkan kaki ke Negeri Riau lagi. Wilayah perairan itu terletak di antara Teluk Keriting dan Pulau Penyengat.
Akibat Melanggar Sumpah Sendiri
Saat si Jangoi berada di anjungan kapal, ia kemudian tiba-tiba jatuh dan merasa kesakitan. Melihat pemimpin mereka dalam keadaan sakit, anak-anak buah si Jangoi mendatangkan tabib agar bisa mengobati penyakitnya.
Namun, tabib yang ahli sekalipun ternyata tidak bisa menyembuhkan penyakit yang diderita si Jangoi. Tubuh laki-laki itu semakin hari semakin lemah. Si Jangoi lalu mulai berpikir apakah sakitnya berhubungan dengan sumpah yang telah ia langgar.
Si Jangoi menyesal karena telah melanggar sumpahnya sendiri yang berakibat pada sakit yang ia derita. Namun, penyesalan itu sudah terlambat karena tak waktunya mendekati ajal semakin dekat.
Si Jangoi kemudian berpesan kepada segenap anak buahnya untuk melemparkan jenazahnya ke wilayah perairan itu. Setelah mengucapkan pesan itu, si Jangoi menghembuskan napas terakhirnya.
Sesuai dengan pesan terakhirnya, segenap anak buah Si Jangoi menceburkan jenazah pimpinan mereka ke laut tempat ia dulu bersumpah. Tak disangka, sebuah keajaiban terjadi setelah mayat si Jangoi tenggelam ke laut.
Secara ajaib, muncul sebuah pulau di daerah laut itu. Para anak buah kapal yang menyaksikan keajaiban itu kemudian menamakan pulau tersebut sebagai Pulau Si Jangoi. Begitulah cerita rakyat tentang perompak kejam si Jangoi.
Baca juga: Cerita Rakyat Tao Silosung dan Tao Sepinggan dari Tapanuli Utara serta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik Dongeng Si Jangoi
Sebelumnya, kamu telah mengetahui bagaimana kisah si Jangoi dalam informasi di atas. Nah, berikutnya kamu akan disajikan ulasan tentang unsur-unsur intrinsik dari legenda asal Kepulauan Riau ini. Yuk, simak!
1. Tema
Tema dari cerita rakyat si Jangoi adalah tentang adu kekuatan antara dua orang sakti. Meskipun tak terjadi pertarungan, tapi cara Panglima Kawal menampilkan kesaktiannya di hadapan si Jangoi menjadikan pemimpin perompak ini mengurungkan niat untuk menguasai Negeri Riau.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam kisah dari Kepulauan Riau di atas, setidaknya ada dua tokoh yang memiliki peran paling penting dalam perkembangan cerita. Yang pertama tentulah si Jangoi yang dijelaskan sebagai seorang pemimpin perompak.
Si Jangoi digambarkan memiliki kesaktian dan ditakuti oleh para perompak lain. Ia mempunyai watak sombong, licik, dan kuat. Sayangnya, ia haus akan kekuasaan sampai-sampai melanggar sumpahnya sendiri.
Sementara itu, Panglima Kawal diungkapkan sebagai sosok laki-laki sakti mandraguna, suka perdamaian, dan peduli dengan rakyat Negeri Riau. Tokoh-tokoh lainnya adalah para hulubalang dan anak-anak buah si Jangoi.
Para hulubalang dijelaskan sebagai kumpulan orang-orang kepercayaan istana dan patuh terhadap perintah Panglima Kawal. Anak-anak buah si Jangoi merupakan segerombolan karakter yang memiliki watak patuh, pemberani, dan menjalankan perintah pimpinan mereka.
3. Latar
Latar terjadinya cerita rakyat melayu si Jangoi mengambil tempat di Negeri Riau, kapal si Jangoi, serta perairan laut antara Pulau Penyengat dan Teluk Keriting. Sementara itu, di akhir cerita dikisahkan bahwa konon muncul pulau di mana jenazah si Jangoi ditenggelamkan yang kemudian dinamakan sesuai dengan nama pimpinan perompak itu.
4. Alur
Alur cerita rakyat dari Kepulauan Riau termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Dongeng diawali dengan perkenalan karakter Panglima Kawal dan si Jangoi yang merupakan sama-sama manusia sakti.
Cerita berkembang di mana si Jangoi berniat untuk menguasai Negeri Riau tempat Panglima Kawal tinggal. Puncak konflik terjadi ketika sang panglima memakan bakik yang diisi paku beracun oleh si Jangoi.
Harapan si Jangoi untuk bisa meracuni Panglima Kawal berujung sia-sia karena kesaktian sang panglima ternyata melebihi kemampuan pemimpin perompak ini. Pada akhirnya, si Jangoi mati karena melanggar sumpahnya sendiri.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral yang dapat kamu ambil dari kisah si Jangoi. Pertama, hindari kekerasan bila kamu bisa menyelesaikan masalah dengan cara damai seperti yang dilakukan oleh Panglima Kawal.
Kedua, jangan bersikap sombong seperti si Jangoi karena setiap individu memiliki kelemahan. Selanjutnya, jangan pernah melanggar apa yang telah kamu janjikan kepada orang lain. Jika kamu membuat orang lain kecewa, mereka tidak akan memercayaimu lagi.
Selain unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan dari cerita rakyat si Jangoi. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, seperti nilai moral, budaya, dan sosial.
Baca juga: Cerita Fabel Ulat yang Sombong dan Ulasan Menariknya, Bukti Keangkuhan Tak Ada Gunanya
Fakta Menarik
Jika sebelumnya kamu telah menyimak tentang legenda si Jangoi dan unsur intrinsiknya, rasa kurang lengkap kalau tidak sekalian membahas fakta-fakta menariknya. Yuk, simak ulasannya di bawah ini!
1. Sering Dijadikan sebagai Bahan Lomba
Kisah tentang asal usul penamaan Pulau Si Jangoi sering diikutkan dalam lomba cerita rakyat nusantara yang diadakan di Kepulauan Riau. Biasanya, para peserta lomba adalah anak-anak sekolah dari jenjang SD sampai SMA.
Lomba bisa dilalukan melalui media tulisan ataupun verbal. Umumnya, penggunaan tata bahasanya diserahkan kepada para peserta selama masih mengikuti aturan KBBI dan EYD.
2. Inspirasi Nama Kapal
Kepulauan Riau yang dikelilingi oleh lautan membuat banyak penduduk kepulauan ini yang berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, wilayahnya yang dekat dengan Selat Malaka membuat kapal menjadi salah satu mode transportasi untuk bepergian ke luar negeri.
Si Jangoi sendiri menjadi inspirasi salah kapal-kapal yang beroperasi di perairan Kepulauan Riau. Biasanya, orang-orang lebih suka memakai kata jangoi.
Baca juga: Legenda Putri Pukes dan Ulasan Menariknya, Kisah Pengantin yang Berubah Jadi Batu
Kisah Si Jangoi sebagai Dongeng Pengantar Tidur
Demikian ringkasan cerita rakyat si Jangoi dari Kepulauan Riau yang bisa kami rangkum. Dari ulasan di atas, semoga pesan moral yang terkandung dalam ceritanya bisa memberikan inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Selain artikel ini, masih banyak kisah-kisah keren lainnya yang bisa kamu jumpai di PosKata. Beberapa di antaranya adalah cerita rakyat Murtado Si Macan Kemayoran, dongeng Mentiko Betuah, dan legenda Nyi Roro Kidul. Selamat membaca!