Ada banyak cerita fabel yang indah dan mengandung pesan moral yang baik, salah satunya adalah tentang burung Tempua dan burung Puyuh yang bersahabat baik. Kalau penasaran dengan kisahnya, langsung saja cek ulasan berikut.
Ada banyak cara untuk mengajarkan tentang perbedaan kepada buah hati tersayang, salah satunya adalah melalui dongeng. Kalau kamu sedang mencari cerita dongeng yang bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga, coba cek fabel burung Tempua dan burung Puyuh di bawah ini.
Melalui ceritanya, kamu bisa mengajarkan pada si kecil bahwa perbedaan tak seharusnya memecah persahabatan. Sungguh pesan moral yang penting dan berkaitan dengan kehidupan sosialnya kelak.
Semakin penasaran seperti apa cerita tentang burung Puyuh dan burung Tempua? Tanpa menunggu lama lagi, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel ini!
Cerita Rakyat Burung Tempua dan Burung Puyuh
Alkisah pada zaman dahulu kala, di dataran Tanah Melayu hiduplah dua ekor burung yang sangat akrab dan bersahabat baik. Mereka adalah burung Tempua (Manyar) dan burung Puyuh.
Saking akrabnya, mereka sering kali hilir mudik mencari makan bersama-sama. Susah dan senang pun mereka jalani bersama. Ketika hujan turun dengan derasnya, mereka akan sama-sama berteduh. Begitu pula ketika matahari panas meranggas, mereka akan bernaung berdua.
Yang membedakan keduanya tersebut adalah, ketika malam hari tiba, mereka akan berpisah dan tidur di sarang masing-masing. Hal tersebut dilakukan karena rupanya keduanya tersebut memiliki selera yang berbeda dalam membuat sarang. Padahal, selain soal tempat tidur itu, mereka selalu seiya sekata.
Bagi Tempua, sarang yang baik adalah yang terbuat dari helaian alang-alang dan rumput kering yang dijalin rapi. Sehingga ia tak akan basah ketika hujan turun dan tak kepanasan ketika matahari terik. Ditambah lagi, sarang tersebut akan terlihat indah karena rapi. Namun sayangnya, ia harus menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk membuatnya.
Di sisi lain, Puyuh lebih menyukai sarang yang sederhana dan praktis. Ia tak membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memilih tempat tinggal. Yang perlu ia lakukan hanyalah memilih sebuah pohon yang telah tumbang, kemudian berlindung di bawahnya. Jika mau, sewaktu-waktu ia bisa pindah ke pohon lainnya. Hal itu sangat penting khususnya untuk menghindari musuh yang mengincarnya di malam hari.
Perselisihan Antara Dua Burung
Rupanya, perbedaan selera tempat tinggal itu menimbulkan perdebatan yang terus-menerus. Kapan saja dan di mana saja, mereka selalu saja mempermasalahkan tentang sarang mereka masing-masing. Ketika sedang makan atau tengah berteduh sekalipun, selalu saja yang dibahas adalah perihal perbedaan sarang.
“Tempat tinggal itu harus terlihat indah, Puyuh!” ucap Tempua suatu hari ketika mereka berdua tengah mencari makan.
“Untuk apa terlihat indah kalau tidak bisa menjamin keselamatanmu?” tanya Puyuh tak mau kalah. “Sudah repot-repot membuat sarang berminggu-minggu, tapi akhirnya hancur ketika diserang musuh!”
“Memangnya apa enaknya tinggal di bawah pohon tumbang?” tanya Tempua nyinyir. “Sudah lembab, tidak nyaman pula. Kalau hujan kau akan kedinginan, dan pohon tumbang tak akan melindungimu dari terik sinar matahari!”
Karena terus saja saling berdebat, akhirnya Tempua dan Puyuh memutuskan untuk saling mencoba sarang masing-masing. Tujuan awalnya adalah untuk membuktikan sarang siapakah yang terbaik. Tempua akan mencoba tinggal di bawah pohon yang tumbang layaknya Puyuh, dan sebaliknya Puyuh akan mencoba sarang Tempua yang terletak jauh di atas pohon.
Mencoba Keindahan Sarang Tempua di Atas Pohon
Pada malam pertama, burung Puyuh dengan kesusahan berusaha mencapai sarang Tempua. Karena ia tak bisa terbang tinggi, ia harus memanjat pohon tempat sarang itu digantung secara perlahan. Sesampainya di sarang tersebut, betapa terkagum-kagumnya Puyuh melihat keindahan sarang Tempua.
“Amboi! Rupanya nyaman sekali sarangmu ini, kawan. Kering, bersih, dan juga rapi!” ucap Puyuh kagum.
“Tentu saja!” ucap Tempua bangga. “Kamu pasti akan tidur dengan pulas di sini!”
Ketika matahari telah terbenam dan langit semakin gelap, Puyuh mendadak merasa haus. Ia pun langsung mengungkapkan rasa hausnya itu pada sahabatnya dan meminta minum.
“Kawan, aku kehausan, nih! Kamu nggak punya minum di sarangmu? Nggak mungkin aku turun dan mencari air sendirian dalam keadaan gelap gulita seperti ini, kan?” keluhnya. Namun, keluhan itu tak dihiraukan oleh Tempua sedikit pun.
Meskipun kesal karena permintaannya tak diindahkan, terpaksa Puyuh menahan rasa hausnya. Lama kelamaan ia pun tertidur juga. Namun, tidur lelap itu tidak berlangsung lama. Di tengah malam ketika dua burung itu tengah tertidur pulas, mendadak angin bertiup dengan sangat kencang. Hal tersebut membuat pohon tempat sarang Tempua bergoyang dengan hebat dan sarang yang ditempatinya terayun ke sana ke mari.
Burung Puyuh langsung terbangun dari tidurnya dan menangis ketakutan. Bahkan, ia sampai muntah karena terombang-ambing layaknya naik perahu yang dihempas ombak besar di tengah laut. “Tolong! Tolong aku, Kawan! Aku takut!” teriak Puyuh seraya menangis.
Melihat temannya yang ketakutan dan muntah-muntah, Tempua berusaha untuk menenangkan hati Puyuh. “Tidak perlu takut, Puyuh! Sarangku ini kuat, jadi kita nggak akan jatuh. Lagipula, sebentar lagi anginnya pasti akan berhenti.” Benar saja, seperti yang diucapkan Tempua tak lama kemudian anginnya berhenti dan kedua burung itu bisa kembali terlelap.
Baca juga: Fabel Harimau dan Kucing yang Penuh Nilai Kehidupan Beserta Ulasan Menariknya
Mencoba Sarang Burung Puyuh
Keesokan harinya, kedua burung itu bangun sejak pagi-pagi buta. Sebelum keluar dari sarang, Puyuh berkata kepada sahabatnya, “Kawan, aku tak akan mau lagi tidur di sini. Aku terlalu takut jatuh ketika angin berhembus kencang seperti semalam. Lagipula, aku tak bisa terlalu lama menahan haus! Sepertinya aku lebih cocok tinggal di dekat air yang mengalir.”
Tempua hanya bisa terdiam dan memaklumi alasan itu. Bagaimanapun juga, ia menyadari kalau Puyuh tak terbiasa tidur di tempat yang tinggi. Akhirnya, mereka pun menghabiskan waktu bersama-sama seperti biasa, mencari makan dan bermain berdua.
Ketika matahari terbenam, seperti perjanjian mereka sebelumnya, Puyuh mengajak Tempua mencari pohon yang tumbang untuk dijadikan tempat bermalam. Setelah mencari ke beberapa tempat, akhirnya Puyuh berhasil menemukan sebuah pohon yang menurutnya cocok sekali dijadikan tempat tinggal sementara. Apalagi, di dekat tempat itu ada parit yang dialiri air. Sehingga Puyuh merasa tenang jika mendadak merasa haus tengah malam.
Di lain pihak, ketika hari semakin gelap, Tempua justru menjadi bingung. Sejak sampai di bawah pohon itu ia terus menerus memperhatikan suasana di sekitarnya dan mencari sarang temannya. Karena terus penasaran, ia pun akhirnya bertanya pada Puyuh. “Kawan, di manakah kita akan tidur malam ini?”
“Tentu saja di sini!” jawab Puyuh dengan percaya diri sambil menunjuk ke suatu sudut. “Kita akan berlindung di bawah pohon ini.”
Jawaban itu justru membuat Tempua menjadi semakin bingung. Karena ia tidak melihat tempat tidur yang nyaman di lokasi yang ditunjuk sahabatnya. “Di sini?” tanyanya sekali lagi memastikan dengan penuh kebingungan.
“Iya, di sini! Kita akan tidur di bawah pohon ini!” jawab sang sahabat menegaskan. Meskipun saat itu Tempua sebenarnya merasa tak nyaman, tapi mau tak mau ia harus mengikuti apa yang dilakukan oleh sahabatnya itu.
Keputusan Akhir Dua Sahabat
Tak lama kemudian, Puyuh langsung tertidur pulas. Namun, Tempua masih saja gelisah dan tak bisa tidur sedikitpun. Ia terus saja mondar-mandir di dekat sahabatnya itu. Namun, karena kelelahan setelah seharian mencari makan, pada akhirnya ia tertidur di samping sahabatnya.
Baru saja ia memejamkan mata, mendadak hujan turun dengan lebatnya disertai petir yang menyambar-nyambar. Hujan itu tentu saja langsung memasahi tanah tempat Tempua dan Puyuh terlelap dan membuat keduanya terbangun.
Tempua yang sayapnya mulai basah puyuh pun kedinginan dan mengeluh. “Kawan, aku kedingingan,” ucapnya sembari menggigil.
“Tak apa, kawan. Nanti kalau hujan sudah reda, kamu tak akan kedinginan lagi. Sekarang lebih baik kita tidur. Besok kita harus bangun pagi-pagi untuk mencari makan, kan?” hibur Puyuh. Tak lama kemudian, hujan pun reda dan akhirnya Tempua bisa kembali terlelap di samping Puyuh yang sudah tidur nyenyak.
Esok harinya, gantian Tempua yang mengeluh kalau ia tak akan bisa lagi tidur di sarang Puyuh. Karena bagaimanapun juga, ia tak bisa tidur di tempat yang lembap dan kotor. Sebaliknya, Puyuh pun merasa tak cocok dengan sarang tempat kawannya tinggal.
Pada akhirnya, mereka berdua pun menyadari kalau mereka memiliki kesukaan masing-masing. Meskipun begitu, tetap saja mereka bisa menghabiskan waktu dan mencari makan berdua. Perbedaan itu tak mengubah persahabatan yang terjalin di antara mereka berdua.
Baca juga: Cerita Rakyat dari Lampung, Kisah Legenda Batu Kepampang dan Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik Cerita Burung Tempua dan Burung Puyuh
Selain cerita cerita burung Tempua dan burung Puyuh, di sini kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur-unsur intrinsiknya. Berikut adalah penjelasannya:
1. Tema
Tema utama atau isi pokok dari cerita burung tempua dan burung puyuh ini adalah tentang perbedaan. Layaknya kedua tokoh utama yang memiliki perbedaan selera, tapi tetap saja bisa bersahabat baik.
2. Tokoh dan Perwatakan
Secara umum, hanya ada dua tokoh yang disebutkan di sepanjang cerita, yaitu burung Puyuh dan burung Tempua. Sifat keduanya kurang lebih sebenarnya sama, yakni saling bersahabat dan membantu satu sama lain.
Perbedaan yang terlihat dari mereka hanyalah perihal pemilihan tempat tinggal. Tempua lebih menyukai tempat tinggal yang bersih, kering, dan jauh di atas pohon. Sementara Puyuh lebih menyukai sarang di bawah pohon tumbang yang dekat dengan saluran air dan lembap.
3. Latar
Latar lokasi yang disebutkan di cerita burung Puyuh dan burung Tempua ini berpusat di sebuah hutan tempat kedua tokohnya mencari makan dan menghabiskan waktu berdua. Selain itu disebutkan juga lokasi sarang kedua tokoh, yakni di atas pohon yang mudah diterpa angin dan di bawah pohon tumbang yang lembap.
4. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita burung Tempua dan burung Puyuh ini termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari cerita persahabatan kedua hewan unggas yang sering melakukan banyak hal bersama-sama di hutan.
Konflik mulai terjadi ketika burung Tempua dan burung Puyuh berselisih pendapat tentang tempat tinggal alias sarang terbaik. Perselisihan itu berakhir setelah burung Tempua dan burung Puyuh sepakat untuk saling mencoba sarang masing-masing.
Siapa sangka setelah mencobanya, mereka sama-sama tak bisa saling menikmati sarang tersebut. Pada akhirnya, mereka pun menyadari perbedaan itu dan menghargainya. Perbedaan itu pun tak akan mengubah persahabatan yang terjalin di antara mereka.
5. Pesan Moral
Ada sebuah pesan moral penting yang bisa didapatkan dari cerita dongeng burung Tempua dan burung Puyuh. Salah satunya adalah tentang setiap orang memiliki kebiasaan dan kesukaan masing-masing. Apa yang kita sukai belum tentu orang lain menyukainya, demikian pula sebaliknya. Jika tidak menyadari hal tersebut, nantinya bisa memicu terjadinya perselisihan antara seseorang dengan orang lain.
Selain unsur intrinsiknya, dalam cerita burung Tempua dan burung Puyuh ini kamu juga bisa mendapatkan sedikit unsur ekstrinsiknya. Yakni hal-hal di luar kisah yang bisa melengkapi ceritanya, seperti nilai moral, sosial, dan juga budaya.
Fakta Menarik tentang Cerita Burung Tempua dan Burung Puyuh
Sudah puas membaca cerita burung Tempua dan burung Puyuh sekaligus ulasan seputar unsur intrinsiknya? Jangan lupa baca juga sedikit ulasan seputar fakta menariknya, ya!
1. Banyak Diangkat menjadi Animasi Pendek
Cerita dongeng burung Tempua dan burung Puyuh ini cukup sederhana dan dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak animator yang menjadikannya video animasi pendek. Kalau penasaran ingin menontonnya, kamu bisa menemukannya dengan mudah di YouTube.
Video animasi tersebut bisa memudahkanmu jika ingin membacakan cerita dongeng burung Tempua dan burung Puyuh kepada buah hati atau si kecil. Karena video tersebut akan menampilkan gambar yang menarik. Tayangkan saja videonya melalui ponsel atau televisi, dan jangan lupa ajarkan juga pesan moral yang bisa didapatkan dari kisahnya.
Baca juga: Dongeng Kucing dan Tikus Beserta Ulasannya, Kisah Persahabatan yang Berakhir Tragis!
Cerita Burung Tempua dan Burung Puyuh Sebagai Dongeng Sebelum Tidur
Demikianlah cerita pendek tentang burung tempua dan burung puyuh yang bisa kamu bacakan sebagai dongeng sebelum tidur untuk buah hati tersayang. Setelah membacakan kisahnya, jangan lupa ajarkan juga pesan moral yang kamu dapatkan dari dongengnya agar buah hati bisa tumbuh menjadi orang yang menerima perbedaan dengan orang lain.
Masih ingin mencari kisah-kisah fabel yang tak kalah bagus dan mengandung pesan moral yang baik? Langsung saja cek artikel-artikel lain di kanal Ruang Pena di PosKata. Di sini kamu bisa menemukan dongeng burung Jalak dan Kerbau, Serigala yang baik hati, juga persahabatan burung Gagak dan Merak.