Ada banyak cerita rakyat di Indonesia yang bisa kamu simak sembari menikmati angin sepoi-sepoi di sore hari. Jika ingin yang jarang terdengar, cobalah membaca cerita rakyat La Tongko-Tongko. Kisah lengkapnya telah kami paparkan di artikel ini.
Apakah kamu suka membaca cerita rakyat Nusantara? Jika iya, sudahkah kamu membaca atau mendengar cerita rakyat asal Sulawesi Selatan berjudul La Tongko-Tongko?
Kalau belum tahu, secara singkat, cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang pria bernama La Tongko-Tongko yang tinggal di sebuah desa bersama ibunya. Ia ingin sekali menikah. Sayangnya, ia belum mempunyai kekasih.
Polosnya, ia mencari pacar dengan cara yang super aneh. Bagaimana cara yang ia gunakan? Penasaran? Tak perlu berlama-lama lagi, langsung saja baca cerita rakyat La Tongko-Tongko berikut ini!
Cerita Rakyat La Tongko-Tongko
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang pria bernama La Tongko-Tongko bersama ibunya di sebuah desa yang kecil. Mereka hanya hidup berdua karena sang ayah telah lama meninggal. Ia adalah pria yang bodoh dan polos. Bahkan, ibunya sendiri kewalahan dengan kebodohan anaknya tersebut.
Pada suatu hari, usai menyaksikan pesta pernikahan di desanya, pria yang akrab disapa Tongko ini mengatakan pada ibunya kalau ia ingin menikah. “Ibu, rasanya aku ingin menikah. Bagaimana caranya agar aku bisa menikah?” ucapnya.
“Hmm, menikah bukanlah urusan mudah, Anakku. Kamu harus mencari gadis terlebih dahulu. Kemudian mintalah ia untuk menikah denganmu,” jawab sang ibu keheranan dengan permintaan anaknya.
Mendengar jawabannya ibunya, Tongko langsung pergi berjalan-jalan. Ia melihat sekeliling desa untuk mencari seorang perempuan. Ia lalu bertemu dengan seorang gadis yang membawa kentang.
“Hai, Gadis pembawa kentang. Aku ingin menikah. Apakah kau mau menjadi istriku?” ucapnya dengan yakin.
Tentu saja gadis itu marah besar. Ia pikir La Tongko-Tongko tengah mengejeknya. Gadis itu lalu melemparkan kentang tepat pada wajah Tongko. Sontak pria itu terkejut dan berlari pulang.
Ia lalu menemui ibunya dan menceritakan segala kejadian yang menimpanya. “Ibu, aku tadi meminta seorang gadis untuk menjadi istriku, tapi kenapa dia malah melempariku dengan kentang?” ucapnya bodoh.
“Kamu sangat bodoh anakku! Tentu saja kamu tak bisa meminta sembarang gadis untuk menikah denganmu. Kamu dan dia harus saling mencintai. Dengan begitu, barulah kamu bisa menikah,” jelas ibunya dengan sabar.
Mencari Gadis Lainnya
Setelah mendengar penjelasan ibunya, Tongko kembali berkeliling ke sekitar desa. Ia berjalan sembari merenungkan ucapan sang ibu. “Apa itu cinta? Kenapa aku harus mencintai seseorang agar bisa menikah?” tanyanya dalam hati.
Ia lalu melihat seorang gadis berparas cantik membawa beberapa kayu api. Ia mendekati gadis tersebut dan berkata, “Bolehkah aku membantumu membawa kayu itu?”.
“Tak perlu. Aku bisa membawanya sendiri,” ucap gadis itu.
“Kalau begitu, maukah kau mencintaiku? Karena aku mencintaimu,” ucap Tongko dengan bodohnya.
Gadis pembawa kayu bakar itu terkejut. Ia sampai tak bisa berkata apa-apa. Tak habis pikir dirinya mendengar ucapan dari seseorang yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.
“Kalau kau mencintaiku juga, menikahlah denganku,” ucap La Tongko-Tongko.
Mendengar perkataan tak masuk akal itu, sang gadis semakin terkejut. Ia lalu melempar beberapa kayu ke arah Tongko. “Dasar kau pria gila! Bisa-bisanya berkata hal yang tak masuk akal!” teriak wanita itu murka.
Sekali lagi ia menemui ibunya dan menceritakan soal gadis yang ia temui. “Ibu! Cara yang ibu sampaikan salah lagi. Aku barusan bilang cinta kepada seseorang, tapi ia malah melempariku kayu bakar. Apa salahku?” ucap pria itu.
Sang ibu hanya bisa menggeleng-nggelengkan kepala melihat kelakuan anaknya yang sangat bodoh itu. “Anakku, kau pikir cinta bisa datang begitu saja? Kenapa kamu sangatlah bodoh. Cinta itu butuh waktu, Nak! Kamu juga tak boleh sembarangan mengatakannya pada wanita yang kau lihat. Kau harus benar-benar merasakan cinta itu. Lalu, nyatakan pada orang yang kau cinta dengan baik dan lembut,” ucap sang ibu yang sudah mulai tak sabar menghadapi anaknya.
Kembali Berulah
Lagi-lagi, La Tongko-Tongko langsung keluar rumah usai mendengar penjelasan ibunya. Sepanjang perjalanan mengitari desa, ia terus berpikir, “Kenapa cinta itu butuh waktu? Rumit sekali. Aku hanya ingin menikah.”
Dalam perjalanannya tanpa arah, banyak orang yang melihat ke arahnya. Ternyata, dua wanita yang sebelumnya ingin ia nikahi telah bercerita kepada para warga bahwa Tongko adalah pria aneh.
Tiba-tiba, La Tongko-Tongko telah masuk ke sebuah hutan. Saking sibuknya memikirkan tentang menikah, ia sampai tak sadar sudah berjalan di sebuah hutan. Ia lalu melihat seorang gadis terbaring di bawah pohon.
Gadis itu ternyata telah meninggal, tapi Tongko tak menyadarinya. Mendekatlah ia kepada gadis itu dan mengajaknya bicara, “Hai gadis cantik, aku sangat mencintaimu. Bagaimana denganmu? Apakah kau juga mencintaiku?”.
Tentu saja gadis itu tak memberi tanggapan. Ia sudah mati. Namun, Tongko malah berpikir kalau gadis itu butuh waktu untuk menjawab pertanyaannya. Ia menelan mentah-mentah perkataan dari sang ibu.
Tak berselang lama, Tongko mengulang pertanyaannya lagi, “Hai gadis cantik, apakah kau sudah menentukan jawabanmu? Jadi, kau cinta padaku tidak? Kalau cinta, ayo kita menikah saja,” ucapnya.
Gadis itu tentunya tak akan bisa menjawab pertanyaan dari Tongko. Lalu, pria itu pun berkata, “Apakah kamu mau menikah denganku? Kalau diam saja, itu berarti kamu mau menikah denganku,” tanyanya memaksa.
Karena gadis itu tak berkata apa-apa dan tak bergerak sama sekali, Tongko langsung menggendongnya dan membawanya pulang. Raut wajahnya tersirat rasa bahagia karena ia merasa telah menemukan gadis.
“Tak sabar aku ingin memperkenalkan gadis ini pada ibuku. Ia pasti bangga karena aku mendapatkan gadis yang teramat cantik,” ucapnya dalam hati.
Kebodohan La Tongko-Tongko
Sesampainya di rumah, ia langsung memasukkan gadis itu ke kamarnya. Ia lalu berteriak heboh, “Ibu! Ibu! Kemarilah! Aku telah menemukan seorang istri yang teramat cantik,” ucapnya.
Sang ibu yang penasaran, langsung masuk ke kamar anaknya. Ia lalu menjerit. “Tongko! Kenapa kau membawa mayat ke rumah kita! Keterlaluan sekali kau, Nak!” teriak sang ibu.
“Mayat? Bagaimana ibu tahu dia sudah mati? Bahkan ia tak menjawab saat aku beri pertanyaan. Dia ini pemalu, Bu!” ucap Tongko meyakinkan ibunya.
“Tak bisakah kau mencium bau busuk dari tubuhnya? Gadis ini telah mati! Cepat kau kuburkan ia sekarang!” bentak sang ibu.
Dengan berat hati, Tongko pergi ke belakang rumah untuk menggali tanah kubur gadis itu. Ia lalu merasa bahwa dirinya baru saja belajar sesuatu. Usai mengubur sang gadis, ia kembali ke rumah.
Sebelum tidur, ia buang angin dan baunya sangatlah busuk. Lalu, ia teringat perkataan ibunya bahwa orang meninggal menimbulkan bau busuk. Ia kemudian beranggapan bahwa dirinya telah meninggal.
Mengubur Dirinya Sendiri
Di sebelah makam gadis tadi, Tongko menggali tanah lagi. Dirinya lalu mengubur dirinya sendiri dan membiarkan kepalanya nampak di permukaan tanah. Melihat kelakuan anaknya, sang ibu benar-benar marah.
“Kenapa kau mengubur tubuhmu sendiri? Hal gila apa yang sedang kau lakukan?” tanya sang ibu.
“Aku sudah meninggal, Bu,” ucap Tongko.
“Mana mungkin kau meninggal! Kau masih bisa bicara!” ucap sang ibu murka.
“Tadi aku buang angin, lalu baunya busuk banget. Ibu bilang tadi gadis yang aku bawa sudah meninggal karena bau busuk,” ucap pria bodoh itu.
Ibunya menganga mendengar ucapan sang anak. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi. “Terserah kau mau berbuat apa!” ucap sang ibu seraya meninggalkan anaknya yang masih terkubur. Ia tak habis pikir dengan kebodohan anaknya.
Setelah beberapa jam menguburkan badannya, La Tongko-Tongko tak tahan lagi. “Ternyata menjadi orang mati bukanlah hal mudah. Aku merasa bosan,” ucapnya. Ia lalu membebaskan dirinya dari tanah-tanah itu dan kembali ke rumah.
Sang ibu pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat anaknya yang sudah kotor karena tanah. “Kenapa pulang? Bukankah kau sudah mati?” tanya sang ibu kesal.
“Aku bosan mati, Bu. Lagi pula, tubuhku sudah tak bau lagi. Itu tandanya, aku sudah tak lagi menjadi orang mati,” ucap La Tongko-Tongko.
Baca juga: Kisah Sawerigading dari Sulawesi Selatan & Ulasan Menariknya, Penyemangat Agar Pantang Menyerah
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita rakyat lucu La Tongko-Tongko ini, apakah membuatmu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Jika iya, langsung saja simak ulasan berikut;
1. Tema
Tema atau inti cerita rakyat ini adalah tentang kebodohan seorang pria bernama La Tongko-Tongko. Dalam upaya mencari wanita yang bisa ia nikahi, ia melakukan hal-hal yang tak nalar.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada dua tokoh utama dalam cerita rakyat ini, yaitu La Tongko-Tongko dan ibunya. Tongko adalah pria yang bodoh dan polos. Ia menelan mentah-mentah perkataan ibunya tanpa mencernanya terlebih dahulu. Alhasil, ia mendapatkan pukulan dari para wanita.
Beruntung ia memiliki ibu yang sangat sabar dan baik hati. Ia dengan perlahan memberi penjalasan pada anaknya. Meski begitu, sang anak tetap tak mengerti perkataan ibunya.
Selain kedua tokoh utama tersebut, ada 2 tokoh pendukung yang turut mewarnai legenda La Tongko-Tongko. Mereka adalah gadis pembawa kentang dan gadis pembawa kayu bakar.
3. Latar
Cerita rakyat La Tongko-Tongko menggunakan beberapa latar tempat. Sebut saja di rumah, belakang rumah, pedesaan, dan hutan. Untuk latar waktunya adalah pagi, siang, dan malam.
4. Alur Cerita Rakyat La Tongko-Tongko
Alur cerita ini adalah maju. Kisah bermula dari seorang pria bodoh bernama La Tongko-Tongko yang ingin menikah. Ia lalu mengatakan keinginannya itu pada sang ibu. Dengan perlahan, ibunya menjelaskan bahwa sebelum menikah, Tongko harus menemukan pasangannya.
Ia tak begitu memahami perkataan sang ibu. Meski begitu, ia nekat berkeliling ke desa untuk mencari wanita. Dengan percaya diri, ia meminta wanita yang ditemuinya untuk menikah. Sontak, wanita tersebut melemparinya kentang.
Setelah itu, ia kembali meminta seorang wanita untuk mencintainya. Namun, ia justru mendapatkan lemparan kayu bakar. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan mayat perempuan yang tergeletak di bawah pohon.
Bodohnya, ia tak sadar bila perempuan itu telah meninggal. Singkat cerita, ia malah membawa wanita itu ke rumahnya. Sang ibu yang terkejut langsung meminta Tongko mengubur wanita itu.
5. Pesan Moral
Apa sajakah pesan moral yang bisa kamu petik dari cerita rakyat La Tongko-Tongko? Tak banyak amanat dari kisah ini, yakni berpikirlah sebelum bertindak. Jangan seperti La Tongko-Tongko yang menelan mentah-mentah dari perkataan ibunya.
Alhasil, ia pun mendapatkan dua kali lemparan benda. Ia juga membawa pulang mayat seorang wanita. Semua itu terjadi karena kebodohan La Tongko-Tongko yang tak memikirkan dulu tindakannya.
Selain itu, pesan moral yang dapat kamu petik dari kisah ini adalah pernikahan bukanlah perkara sederhana. Kamu juga tak bisa sembarangan meminta seseorang untuk menikahimu.
Selain unsur intrinsik, ada pula unsur ekstrinsik cerita yang tak kalah penting buat kamu ketahui. Unsur ekstrinsik dari cerita rakyat La Tongko-Tongko meliputi faktor geografis dan sosial budaya dari masyarakat sekitar. Faktor lain yang mungkin memengaruhi ialah kepercayaan masyarakat tentang leluhur mereka.
Fakta Menarik
Usai membaca kisah dan unsur intrinsik cerita rakyat La Tongko-Tongko, kini saatnya kamu mengulik fakta menariknya. Ada satu fakta yang wajib kamu simak. Berikut ulasannya;
1. Memiliki Versi Cerita Lainnya
Cerita rakyat La Tongko-Tongko ternyata tak hanya tersedia dalam satu versi saja. Dalam versi lainnya, awal mula kisah masih sama, yakni La Tongko-Tongko melakukan berbagai kebodohan demi mendapatkan seorang istri.
Ia juga membawa pulang mayat seorang wanita yang dianggapnya belum mati. Sang ibu juga mengatakan bahwa wanita itu telah meninggal karena menimbulkan bau busuk.
Cerita yang membedakan adalah setelah mengubur sang wanita, Tongko juga hendak mengubur ibunya sendiri. Alasanya karena sang ibu buang angin dan menimbulkan bau yang cukup menyengat saat mereka sedang makan malam bersama.
Beruntung, sang ibu berhasil melarikan diri ke hutan saat anaknya hendak mengubur tubuhnya. Tongko tak mengejar ibunya yang ia anggap telah mati. Alasannya pun menggelikan, yakni karena ia teringat makan malamnya belum habis.
Ia lalu kembali ke meja dan menyantap makanannya. Setelah itu, tiba-tiba ia buang angin dan menimbulkan bau busuk. Ia lalu berpikir kalau dirinya telah meninggal. Setelah itu, barulah ia mengubur tubuhnya dalam tanah.
Tak berselang lama, datanglah pencuri ke rumah Tongko. Ia hendak mencuri sekarung buah mangga. Setelah karungnya terisi penuh, mangga itu malah jatuh tepat di kepala Tongko. Mengetahui kebodohan La Tongko-Tongko, pencuri itu malah mengajaknya untuk menjadi pencuri.
Tanpa pikir panjang, Tongko mau menjadi seorang pencuri. Mereka lalu mengambil salah satu kerbau milik warga. Berkat kebodohannya, Tongko tanpa sadar menggagalkan aksi pencurian mereka. Singkatnya, sang pencuri tak mau lagi melakukan aksinya dengan La Tongko-Tongko.
Sudah Puas dengan Cerita Rakyat La Tongko-Tongko?
Demikian tadi cerita rakyat La Tongko-Tongko beserta ulasan lengkap seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Apakah kamu sudah cukup puas dengan cerita yang kami sampaikan? Semoga, cerita lucu ini tak hanya menambah wawasanmu tapi juga menghiburmu.
Buat yang ingin tahu informasi menarik seputar daerah-daerah lain di Indoesia, jangan lewatkan artikel-artikel dari Poskata.com. Kami telah menyediakan beragam cerita rakyat Nusantara, seperti legenda Danau Toba, cerita Batu Menangis, atau kisah asal mula Danau Sentani. Selamat membaca!