Pernahkah kamu mendengar cerita rakyat Sawerigading yang berasal dari Sulawesi Selatan? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel berikut!
Sulawesi Selatan memiliki banyak cerita rakyat yang indah, salah satu contohnya adalah Sawerigading. Tak hanya indah, kisahnya juga penuh dengan pesan moral yang cocok diajarkan kepada buah hati dan keponakan tersayang.
Kisahnya tentang seorang putra mahkota yang memiliki seorang kembaran perempuan. Karena khawatir kalau kedua anak kembarnya akan jatuh cinta, sang raja memutuskan untuk memisahkan mereka.
Kira-kira seperti apakah kisahnya selanjutnya? Daripada penasaran, langsung saja simak ulasannya di bawah ini! Selain kisahnya, kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya, lho!
Cerita Rakyat Sawerigading dari Sulawesi Selatan
Alkisah pada zaman dahulu kala, di daerah Luwu, Sulawesi Selatan hiduplah seorang raja bernama La Togeq Langiq. Ia juga dikenal dengan panggilan Batara Lattu’. Raja tersebut memiliki dua istri. Salah satu istrinya merupakan manusia biasa bernama We Opu Sengngeng, sementara yang satunya berasal dari bangsa jin.
Dari pernikahannya bersama We Opu Sengngeng, Batara Lattu’ dianugerahi sepasang anak kembar emas, seorang anak laki-laki yang diberi nama Sawerigading dan anak perempuan bernama We Tenriabeng. Setelah kedua buah hati itu lahir, ayah dari Batara Lattu’ yang bernama Batara Guru meramalkan kalau Sawerigading dan We Tenriabeng kelak akan jatuh cinta dan menikah.
Padahal berdasarkan adat yang berlaku di Luwu, seseorang pantang menikahi saudara kandungnya sendiri. Oleh karena itu, agar tak melanggar adat tersebut, sang raja merawat dan mendidik kedua anaknya secara terpisah. We Tenriabeng disembunyikan dan dirawat di dalam loteng istana sejak masih bayi.
Anak Kembar yang Tumbuh Dewasa
Setelah beberapa tahun lamanya, kedua anak kembar tersebut tumbuh menjadi anak yang rupawan. Sawerigading menjadi pemuda yang gagah dan tampan, sementara We Tenriabeng tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Meskipun begitu, tetap saja kedua anak kembar itu tidak pernah bertemu atau saling mengenal sama sekali.
Pada suatu hari, Sawerigading berlayar ke Negeri Taranati (Ternate) bersama sejumlah pengawal istana. Kepergiannya merupakan tugas dari sang ayah untuk mewakili Kerajaan Luwu bertemu dengan beberapa pangeran.
Namun, di balik itu semua, sebenarnya Sawerigading dikirimkan pergi jauh dari Luwu karena saat itu We Tenriabeng akan dilantik menjadi seorang bissu (kaum pendeta yang tidak memiliki golongan gender dalam masyarakat Bugis) dalam sebuah upacara. Batara Lattu’ masih tak menginginkan kedua buah hatinya bertemu hingga akhirnya melanggar adat yang berlaku.
Siapa sangka ketika dalam perjalanan menuju ke Negeri Taranati, Sawerigading mendapatkan kabar dari salah satu pengawalnya kalau sebenarnya ia memiliki seorang saudara kembar yang cantik jelita. Betapa terkejutnya sang pangeran ketika mendapatkan kabar tersebut.
“Apa maksudmu aku memiliki seorang saudara kembar perempuan?” tanya Sawerigading terkejut.
“Benar, Pangeran!” jawab sang pengawal. “Anda memiliki seorang saudari bernama Tenriabeng. Selama ini ia disembunyikan dan dirawat di atas loteng istana oleh Raja dan Ratu.”
Setelah mendengar informasi tersebut, sang pangeran berencana untuk mencari saudari kembarnya setelah kembali dari Ternate. Dan benar saja, sesampainya di Kerajaan Luwu, tanpa menunggu lama ia mencari setiap sudut loteng untuk menemukan saudari kembarnya. Seperti yang ditakutkan oleh Batara Lattu’, Sariwegading langsung jatuh cinta pada We Tenriabeng dan memutuskan untuk menikahinya.
Baca juga: Kisah Asal Usul Kota Malang Beserta Ulasan Menariknya yang Wajib Kamu Tahu!
Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Ketika mendengar kalau rahasia keluarga istana terbongkar dan kedua anak kembarnya sudah bertemu, tanpa menunggu waktu lama Raja Luwu Batara Lattu’ memanggil putranya untuk menghadap. Sang putra pun tak gentar atau takut karena ia sendiri sebenarnya ingin menanyakan apa alasan sang ayah menyembunyikan saudari perempuannya.
“Wahai putraku!” ucap Raja Luwu Batara Lattu’, “ingin memiliki seorang pasangan hidup yang bisa menentramkan hatimu memang tak ada salahnya. Namun, berniat menikahi saudarimu sendiri adakah pantangan terbesar dalam adat istiadat kita. Kalau adat itu dilanggar, bencana akan mendatangi Luwu. Oleh karena itu, akan lebih baik kalau kamu mengurungkan niatmu!”
“Jadi itu alasan ayah selama ini menyembunyikannya dariku? Agar aku tidak jatuh cinta padanya dan berniat menikahinya?” tanya Sawerigading. “Benar. Agar negeri kita selalu aman dan tentram, putraku!” jawab sang ayah.
Namun, rupanya bujukan itu tidak mengubah pikiran sang pangeran. Ia tetap berniat menikahi adik kembarnya. Bahkan, ia langsung mengungkapkan niatnya itu pada We Tenriabeng.
Tawaran untuk Menikahi Saudari Sepupu
“Duhai, abangku. Bagaimana kalau kamu pergi ke Negeri Cina di Tanete, Bone? Setahuku kita memiliki seorang sepupu yang wajahnya mirip denganku, yakni We Cudai. Ayah pernah bercerita padaku kalau wajahku dan We Cudai bagaikan pinang dibelah dua,” ucap We Tenriabeng. Awalnya, sang pangeran tak mempercayai ucapan adik kembarnya.
“We Tenriabeng benar,” ucap Raja Luwu Batara Lattu’ berusaha meyakinkan putranya. “Wajah dan perawakan We Tenriabeng memang mirip dengan We Cudai.” Namun, tetap saja ucapan itu tak membuat sang pangeran bersemangat.
“Begini saja,” mendadak We Tenriabeng memberikan sehelai rambut, sebuah gelang, dan cincin kepada abangnya, “apabila rambut ini tidak sama panjangnya dengan miliki We Cudai, kemudian gelang dan cincin ini tidak cocok di pergelangan dan jarinya, maka aku akan bersedia menikahi abang.”
Karena tertarik dengan tawaran itu, Sawerigading pun bersedia berangkat ke Negeri Cina yang terletak di daerah Tanete, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, sebenarnya ia merasa kecewa kepada kedua orang tuanya karena tidak diizinkan menikah dengan adik kembarnya.
Persiapan untuk Menuju Negeri Cina
Untuk bisa berlayar ke Negeri Cina dengan selamat, Sawerigading harus menggunakan kapal besar yang terbuat dari kayu welerennge atau kayu belanda. Alasannya, kayu tersebut cukup kuat untuk menghadang hantaman badai dan ombak besar di tengah laut.
“Dari mana aku bisa mendapatkan kayu welerennge itu?” tanya Sawerigading penasaran. “Cobalah untuk pergi ke hulu Sungai Saqdan. Di sana ada pohon welerennge raksasa yang bisa kamu tebang untuk membuat kapal besar,” pesan Raja Luwu Batara Lattu’.
Keesokan harinya, sang pangeran menuju lokasi yang dimaksud oleh ayahnya. Tanpa menunggu waktu lama, setelah sampai di hulu Sungai Saqdan, ia langsung menghampiri pohon yang dituju dan menebangnya. Namun anehnya, meskipun batang dan pangkalnya telah terpisah, pohon raksasa itu tetap saja tak roboh.
Meskipun begitu, sang pangeran tak mau menyerah dan putus asa begitu saja. Keesokan harinya, ia kembali ke hulu Sungai Saqdan dan kembali menebang pohon welerennge raksasa tersebut. Sekali lagi, pohon itu tetap saja tidak roboh.
Setelah mencoba selama tiga hari, sang pangeran mulai merasa putus asa. Ia pun kemudian berdiam diri di dalam kamarnya untuk memikirkan apa penyebab dari hal itu.
Mendengar kabar tentang kekhawatiran dan kegalauan abangnya, ketika malam hari tiba, We Tenriabeng diam-diam pergi ke hulu Sungai Saqdan. Ajaibnya, hanya dalam satu kali tebasan, pohon tersebut langsung roboh ke tanah. Bahkan, dengan ilmu yang ia miliki, We Tenriabeng mengubah pohon raksasa itu menjadi sebuah perahu layar yang siap berlayar mengarungi samudera.
Perjalanan Menuju Negeri Cina
Keesokan harinya, Sawerigading kembali ke hulu Sungai Saqdan untuk kembali menebang pohon welerennge. Namun, betapa terkejutnya ia ketika mendapati pohon yang tak kunjung bisa ia robohkan kini telah berubah menjadi perahu layar.
“Siapa yang telah melakukan ini?” gumam sang pangeran keheranan. “Sungguh tidak ada gunanya aku memikirkan siapa yang telah diam-diam membantuku membuat perahu layar ini. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah pulang dan menyiapkan perbekalan untuk menuju ke Negeri Cina!” Ia pun kemudian kembali ke Kerajaan Luwu.
Setelah menyiapkan segala perbekalan yang diperlukan dan memerintahkan beberapa pengawal untuk menemaninya, sang pangeran berangkat ke Negeri Cina menggunakan perahu layar. Dalam perjalanan, mereka harus berhadapan dengan berbagai macam rintangan, seperti hantaman badai, ombak, dan serangan perompak. Untungnya, dengan izin Yang Maha Kuasa, mereka berhasil melewati seluruh tantangan itu dan selamat sampai tujuan.
Setelah tiba di Negeri Cina, Sawerigading mendapatkan kabar kalau We Cudai, sepupu yang wajahnya mirip dengan We Tenriabeng, telah bertunangan dengan seorang pria bernama Settiyabonga. Meskipun begitu, Sawerigading tetap tidak patah semangat. Apalagi, ia telah melihat kecantikan We Cudai yang rupanya memang bagaikan pinang dibelah dua dengan We Tenriabeng.
Baca juga: Legenda Buaya Perompak dan Aminah yang Cerdik dari Lampung Beserta Ulasan Menariknya
Siasat Sawerigading untuk Mendapatkan We Cudai
Sang pangeran pun memutuskan untuk menyamar menjadi pedagang Oro yang berkulit hitam. Untuk bisa memenuhi penyamarannya, ia harus mengorbankan seorang pedagang Oro sebagai tumbal.
Ketika berhasil menemukan salah satu orang Oro untuk dijadikan korban, sang pangeran berniat untuk langsung menumbalkannya. Namun, orang itu mengiba meminta tolong.
“Ampuni saya, Tuan! Jika Tuan menggunakan kulit saya sebagai pembungkus tubuh, tentunya saya akan meninggal,” ucap si orang Oro mengiba.
Namun, ucapannya tidak menyurutkan niatan Sawerigading untuk menumbalkannya. Sang pangeran justru membujuknya dengan tutur kata halus. Pada akhirnya, orang oro itu pun menyerah dan bersedia memenuhi permintaan sang pangeran. Setelah sang pangeran melakukan ritual penumbalan, ia berhasil menyamar sebagai seorang pedagang oro.
Menjelang Hari Pernikahan We Cudai dengan Sawerigading
Setelah menyamar sebagai seorang pedagang oro, Sawerigading menuju ke Kerajaan Cina. Saat itu untuk pertama kalinya, ia melihat We Cudai lebih dekat dan semakin jatuh hati kepadanya.
“Rupanya benar. We Cudai benar-benar terlihat mirip dengan We Tenriabeng. Perawakan mereka sungguh terlihat serupa,” gumam sang pangeran yang tengah menyamar. Setelah yakin dengan kecantikan We Cudai, ia segera mengirim utusan untuk mengirimkan lamaran.
Awalnya, lamaran tersebut diterima oleh pihak Kerajaan Cina. Namun, satu hari sebelum pesta pernikahan berlangsung, We Cudai mengirimkan seorang pengawal istana untuk mengusut siapakah calon suaminya yang sebenarnya.
Sang utusan istana mendekati perahu layar milik Sawerigading yang tengah bersandar di pelabuhan. Kebetulan, saat itu seorang pengawal sang pangeran yang berbulu lebat tengah mandi. Sang utusan dari istana pun terkejut dan ketakutan. Bahkan, ia sampai mengira kalau orang-orang yang ada di perahu tersebut adalah orang-orang yang tidak tahu aturan dan mengira kalau Sawerigading memilkiki penampilan serupa.
Ketika kembali ke istana, sang utusan menyampaikan temuannya kepada We Cudai. Sang tuan putri pun terkejut dan berniat membatalkan pernikahannya. Bahkan, ia sampai mengumpulkan kembali semua mahar dari sang pangeran untuk mengembalikannya.
Baca juga: Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri
Kabar Buruk untuk Sang Pangeran
Sawerigading pada akhirnya mendengar kabar buruk tentang niatan sang putri untuk membatalkan pernikahan. Khawatir hal itu benar-benar terjadi, sang pangeran menghapus samarannya dan kembali mengenakan pakaian kebesarannya. Tanpa menunggu lama, ia datang ke Kerajaan Cina untuk menemui sang raja.
Setelah bertemu dengan sang raja, ia menceritakan asal-usulnya yang sesungguhnya dan maksud kedatangannya. “Mohon maaf, Baginda Raja! Perkenalkanlah Anada adalah Sawerigading putra dari Raja Luwu Batara Lattu’ di Sulawesi Selatan. Ananda datang menghadap untuk dengan amanat dari Ayahanda, harapannya Baginda sudi menerima Ananda sebagai menantu.”
“Janganlah kamu mengaku-ngaku, anak muda!” jawab sang raja. “Apa buktinya kalau kamu adalah putra dari saudaraku?”
Sang pangeran kemudian mengeluarkan sehelai rambut, gelang, dan cincin pemberian dari We Tenriabeng. Ketiga benda tersebut ia serahkan kepada sang raja seraya menceritakan segala kejadian yang ia alami hingga akhirnya sampai ke Negeri Cina.
Setelah mendengarkan cerita, harapan, dan permohonan dari keponakannya itu, Raja Cina terdiam sejenak. Tak lama ia pun kemudian berucap, “Baiklah, sekarang aku percaya kalau kamu adalah keponakanku. Saudaraku di Luwu itu memang memiliki sepasang anak kembar emas. Anaknya yang perempuan kabarnya memiliki wajah dan perawakan yang serupa dengan putriku.”
Pertemuan Langsung dengan We Cudai
Agar lebih yakin, sang raja segera meminta salah satu pengawalnya untuk memanggil We Cudai. Tak lama kemudian, sang putri pun datang dan duduk di samping sang ayahanda. Ketika pandangannya terarah ke pemuda tampan yang ada di hadapan sang ayah, We Cudai merasa gugup. Hatinya mendadak berdebar begitu kencang karena jatuh hati pada pemuda tersebut.
“Ada apa gerangan ayahanda memanggilku?” tanya We Cudai tertunduk malu-malu.
“Duhai putriku. Ketahuilah kalau sesungguhnya pemuda yang melamarmu beberapa hari yang lalu rupanya adalah sepupumu sendiri yang bernama Sawerigading. Ayahnya merupakan saudara ayahanda sendiri. Namun, untuk lebih memastikan kebenarannya, cobalah cocokkan panjang rambut ini dengan panjang rambutmu, kemudian kenakanlah gelang dan cincin ini,” perintah Raja Cina seraya menyerahkan sehelai rambut panjang, sebuah gelang, dan juga cincin kepada putrinya.
We Cudai menerimanya kemudian mengenakan gelang dan cincinnya. Ketika melihat kalau kedua benda tersebut pas sekali dikenakan oleh We Cudai, sang Raja Cina pun yakin kalau Sawerigading benar-benar keponakannya. Apalagi ketika helaian rambut milik We Tenriabeng rupanya panjangnya sama seperti panjang rambut We Cudai.
“Jadi bagaimana, putriku? Bersediakah kamu menerima lamaran Sawerigading untuk mempererat tali persaudaraan dengan saudara kita yang ada di Sulawesi Selatan?” tanya sang raja kepada putrinya.
“Ananda bersedia, Ayahanda!” jawab We Cudai masih malu-malu. “Apabila Ayahanda memang memberikan restu, Ananda bersedia menikah dengan Sawerigading. Namun, Ananda mau meminta maaf dahulu karena sebelumnya sempat mengira kalau Sawerigading bukan berasal dari keluarga baik-baik.”
Raja Cina merasa senang mendengar jawaban dari putrinya itu. Begitu juga sang pangeran karena lamarannya kini telah diterima. Tanpa menunggu lama, ia berpamitan kepada Raja Cina untuk menyiapkan pesta pernikahan yang meriah.
Dari istana, sang pangeran dari Kerajaan Luwu itu kembali ke kapalnya dan menyampaikan berita gembira kepada para pengawalnya. Ia kemudian memerintahkan para pengawal itu untuk mengangkat semua barang bawaan yang ada di perahu ke istana.
Tiga hari kemudian, pesta pernikahan yang meriah pun dilangsungkan. Seluruh rakyat Negeri Cina turut serta berbahagia menyaksikan pesta pernikahan tersebut.
Baca juga: Dongeng Lucu dan Menggelitik, Abu Nawas Menipu Gajah Beserta Ulasan Lengkapnya
Keinginan We Cudai Bertemu dengan Mertua
Satu tahun kemudian, sepasang pengantin itu dikarunai kebahagiaan baru berupa seorang anak laki-laki yang diberi nama La Galigo. Sayangnya, bagi sang putri, kebahagiaan itu masih belum lengkap jika ia tidak bertemu dengan mertuanya.
Oleh karena itu, pada suatu pagi ia mengajak suaminya untuk mengunjungi keluarga yang ada di Luwu, Sulawesi Selatan. Awalnya, Sawerigading menolak karena sudah berjanji tidak akan kembali ke kampung halamannya. Khususnya setelah merasa kecewa karena kedua orang tuanya menolak keinginannya untuk menikah dengan saudara kembarnya. Namun, karena desakan dari sang istri, mau tak mau ia setuju untuk pergi ke Luwu.
Setelah mempersiapkan segala keperluan dengan baik, sepasang suami istri itu berangkat bersama beberapa pengawal ke Negeri Luwu. Namun, mereka tidak membawa serta La Galigo karena buah hati mereka masih bayi. Di tengah perjalanan, mereka harus menemui berbagai macam rintangan. Bahkan, perahu yang mereka naiki itu hampir tenggelam di tengah laut karena dihantam gelombang besar dan badai.
Untungnya, berkat pertolongan dari Yang Maha Kuasa, mereka bisa selamat hingga di Negeri Luwu. Setelah bertemu dengan keluarga mertuanya, We Cudai bersama suaminya memutuskan untuk tinggal di Luwu selama beberapa tahun.
Akankah Sawerigading Kembali Lagi ke Negeri Cina?
Tak berapa lama kemudian, Sawerigading mendengar kabar kalau di Tanah Jawa tengah berkembang ajaran agama Islam. Ia pun langsung memerintahkan beberapa pasukan untuk memerangi ajaran itu.
Namun, setelah pasukannya sampai di Tanah Jawa, bukannya memerangi, mereka justru memutuskan untuk menetap. Beberapa di antaranya bahkan berbalik memeluk agama Islam. Sisa dari pasukan kemudian kembali ke Negeri Luwu untuk melaporkan kabar itu. Beberapa dari mereka juga mengajak sang pangeran beserta keluarganya untuk memeluk agama Islam.
Hal itu dianggap sang pangeran sebagai pengkhianatan. Karena kesal, ia pun mengajak istrinya untuk kembali ke Negeri Cina. Ia pun kembali berjanji tak akan menginjakkan kaki ke Negeri Luwu sama sekali.
Sayangnya, dalam perjalanan pulang ke Negeri Cina, kapal yang mereka naiki itu karam dihantam badai. Konon, sepasang suami istri tersebut kemudian menjadi penguasa buriq liu atau peretiwi (dunia di bawah laut).
Baca juga: Gajah yang Baik Hati, Cerita Penuh Pesan Moral untuk Anak-Anak Beserta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Sawerigading dari Sulawesi Selatan
Setelah membaca cerita rakyat Sawerigading yang berasal dari Sulawesi Selatan di atas, jangan lupa dapatkan juga ulasan seputar unsur intrinsiknya. Berikut adalah penjelasannya:
1. Tema
Gugusan utama atau kesimpulan yang bisa didapatkan dari cerita Sawerigading yang berasal dari Sulawesi Selatan ini adalah keteguhan hati. Seperti halnya yang digambarkan oleh sang tokoh utama yang pantang menyerah berusaha menikahi wanita pujaannya yang wajahnya menyerupai saudari kembarnya.
2. Tokoh dan Perwatakan
Secara umum, tokoh utama dalam cerita rakyat yang berasal dari Sulawesi Selatan ini adalah Sawerigading. Kira-kira siapakah Sawerigading itu sebenarnya? Ia merupakan putra mahkota Kerajaan Luwu yang berada di Sulawesi Selatan, Indonesia.
Ia digambarkan memiliki sifat yang pantang menyerah dalam mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, seperti menikah dengan wanita pujaannya. Selain itu, ia juga memiliki keberanian yang membuatnya tak ragu ketika mengarungi lautan yang penuh badai dan ombak besar.
Selain sang putra mahkota, ada juga beberapa tokoh yang turut serta mewarnai kisahnya. Di antaranya Raja Luwu Batara Lattu’ yang memiliki sifat bijaksana dan disegani, We Tenriabeng sang saudari kembar perempuan yang juga bersifat bijaksana meskipun sejak kecil disembunyikan di dalam loteng istana.
Kemudian ada juga We Cudai, sepupu sang pangeran istana yang memiliki wajah dan pernampilan seperti We Tenriabeng dan Raja Cina yang tak kalah bijaksananya.
3. Latar
Latar lokasi yang digunakan di dalam kisah Sawerigading yang berasal dari Sulawesi Selatan ini ada bermacam-macam. Mulai dari Kerajaan Luwu yang terletak di Sulawesi Selatan, Kerajaan Cina di Tanete, dan hulu Sungai Saqdan tempat pohon welerennge raksasa berada.
4. Alur
Dari ringkasan cerita Sawerigading di atas, dapat diketahui kalau alur yang digunakan dalam ceritanya adalah alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari kelahiran saudara kembar Sawerigading dan We Tenriabeng. Namun, karena khawatir mereka akan saling jatuh cinta, sang raja memutuskan untuk menyembunyikan We Tenriabeng di loteng istana.
Konflik mulai terjadi ketika mereka tumbuh dewasa dan Sawerigading mendapati kalau selama ini sang ayah menyembunyikan saudari kembarnya. Dan benar saja, sang pangeran langsung jatuh cinta pada We Tenriabeng. Untuk mengatasinya, sang putri dan ayahnya mengusulkan pada sang pangeran untuk berlayar ke Negeri Cina. Kabarnya, di sana ada seorang putri sepupu mereka yang wajahnya mirip dengan We Tenriabeng, yakni We Cudai.
Setelah bertemu dengan We Cudai, sang pangeran benar-benar jatuh cinta dengan sang putri dari Negeri Cina. Mereka pun pada akhirnya menikah dan memiliki seorang putra bernama La Galigo.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral atau amanat yang bisa didapatkan dari cerita rakyat Sawerigading yang berasal dari Sulawesi Selatan ini. Yang pertama adalah untuk menjaga silaturahmi dengan saudara sendiri agar terhindar dari salah paham. Jangan sampai seperti Sawerigading dan We Tenriabeng yang tak pernah bertemu sama sekali dan akhirnya sungguhan jatuh cinta.
Pesan kedua yang bisa didapatkan adalah jangan pernah menyerah atau putus asa. Yakinlah seperti Sawerigading yang selalu tabah dalam menghadapi rintangan dan cobaan demi mencapai keinginannya, yakni menikah dengan gadis pujaannya, We Cudai.
Selain unsur intrinsiknya, kamu juga bisa mendapatkan unsur ekstrinsik dari cerita rakyat Sawerigading yang berasal dari Sulawesi Selatan ini. Di antaranya adalah nilai sejarah, budaya, mitos, sosial, dan agama.
Baca juga: Kisah Dongeng Gajah dan Semut & Ulasannya, Bukti Kesombongan Tak Ada Gunanya
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Sawerigading dari Sulawesi Selatan
Setelah mengetahui cerita rakyat Sawerigading dari Sulawesi Selatan dan sedikit ulasan tentang unsur intrinsiknya, ketahui juga beberapa fakta menarik seputar kisahnya. Di antaranya adalah:
1. Ada Versi Lain
Selain cerita rakyat Sawerigading dari Sulawesi Selatan di atas, rupanya ada beberapa versi lain. Perbedaan kisah dengan versi lainnya bisa dibilang cukup jauh. Bahkan, salah satu kisahnya dikaitkan dengan asal usul munculnya Lembah Palu.
Dalam kisah tersebut, disebutkan bahwa Sawerigading jatuh cinta pada Ratu Ngilinayo dari Istana Sigi yang berparas rupawan. Saat itu, Ratu Ngilinayo menantang sang pangeran untuk beradu ayam. Namun, belum sempat adu ayamnya dimulai, bangunan istana berguncang dan runtuh. Pada akhirnya mereka tidak jadi menikah.
Gempa bumi tersebut membuat kapal milik Sawerigading hancur dan menimbulkan tanah longsor yang menimbun teluk. Lama kelamaan teluk tersebut berubah menjadi daratan yang dihuni manusia dan disebut sebagai daerah Lembah Palu.
2. Arti Nama Sawerigading
Kabarnya, nama Sawerigading merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa daerah Bugis. Yakni kata “sawe” yang bermakna menetas atau lahir, dan “ri gading” yang berarti di atas bambu betung. Beberapa orang meyakini kalau nama tersebut memiliki makna keturunan orang yang lahir di atas bambu betung.
Bambu betung sendiri merupakan pohon bambu yang merumpun dan rebungnya berwarna hitam keunguan. Bambu yang berukuran besar tersebut kuat dan sering digunakan sebagai bahan bangunan seperti rumah, andang-andang perahu, bahkan jembatan. Oleh karena itu, banyak orang yang meyakini kalau Sawerigading merupakan seseorang yang diharapkan sangat bermanfaat bagi banyak orang.
Baca juga: Kisah Tiga Ekor Anak Babi dan Serigala Beserta Ulasan Menariknya, Arti Sebuah Kebersamaan
Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Sawerigading dari Sulawesi Selatan?
Jadi bagaimana? Sudah puas membaca sinopsis cerita sejarah Sawerigading yang berasal dari Luwu, Sulawesi Selatan? Tidakkah menurutmu kisahnya menarik dan mengandung kisah moral yang baik?
Kalau masih mencari kisah dongeng lain yang berasal dari Sulawesi Selatan dan tak kalah menariknya, cek saja artikel-artikel di kanal Ruang Pena di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan dongeng Putri cantik jelita bernama Tandampalik, legenda Sang Penakluk Rajawali, dan kisah wanita tua pemakan manusia bernama Nenek Pakande.