Danau Dendam Tak Sudah menjadi salah satu ikon wisata terkenal di Bengkulu. Namun, tahukah kamu bagaimana terbentuknya danau itu? Jika belum, simak ulasan cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu dalam artikel ini, yuk!
Cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu barangkali tidak sepopuler asal mula Danau Toba. Padahal, ceritanya sendiri berkaitan tentang hubungan cinta yang menyentuh hati.
Di sini, kamu akan mengetahui bagaimana danau yang terkenal dengan pesona alamnya itu terbentuk berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat. Selain itu, ada juga pembahasan unsur intrinsik dan fakta menarik yang mungkin belum kamu tahu.
Penasaran untuk mengetahui cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu? Kalau iya, mari simak dongengnya dalam penjelasan berikut! Semoga saja setelah membaca kisahnya ada pesan moral yang dapat kamu petik.
Cerita Rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang perempuan bernama Esi Marliani yang terkenal dengan kecantikan wajahnya. Perempuan ini selalu mencuri perhatian warga di desanya setiap kali dia keluar dari rumah.
Karena kecantikannya, Esi kemudian dijuluki sebagai bunga desa dan diperebutkan oleh para laki-laki yang ada di kampungnya. Namun, pupus sudah harapan para pemuda itu karena Esi jatuh cinta dengan Buyung.
Buyung adalah seorang perjaka tampan yang disegani karena keberaniannya. Laki-laki perkasa ini menaruh hati pada Esi yang menjadi rebutan oleh para pemuda di desanya. Beruntung, perempuan cantik itu menerima perasaan cintanya.
Esi dan Buyung sering kali menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan di hutan dekat desa. Dikisahkan dalam cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu bahwa mereka bernyanyi dan bercanda penuh tawa yang membuat siapa pun yang melihatnya akan menjadi iri.
Selain orang-orang, hubungan cinta Buyung dan Esi juga disaksikan oleh para hewan penghuni hutan. Dua sejoli itu sibuk berlarian sambil main kejar-kejaran mengitari pohon cempedak. Jika sudah lelah, mereka akan memainkan ayunan dengan memanfaatkan akar gantung dari pohon beringin yang tumbuh di hutan.
“Aku hari ini sangat bahagia karena bisa menghabiskan waktu denganmu, Buyung” ujar Esi ketika mereka tengah duduk berdekatan untuk beristirahat.
“Kebahagiaan yang sama juga aku rasakan. Aku berharap kita bisa bahagia terus selamanya bersama,” balas Buyung.
“Kalau begitu, apakah Buyung akan meminangku menjadi istri?” tanya wanita cantik itu dengan penuh harap.
“Baiklah. Aku akan menemui orangtuaku supaya mereka bisa merestui hubungan kita dan aku bisa menemui orangtuamu untuk melamarmu,” jawab Buyung.
Esi yang mendengar penuturan Buyung tentunya merasa bahagia. Perempuan ini bersyukur karena bisa mewujudkan impiannya untuk menikah dengan pria yang juga mencintainya.
Baca juga: Cerita Fabel tentang Serigala yang Pura-Pura Baik Hati & Ulasan Menariknya
Hubungan Cinta yang Terhalang Restu Orangtua
Keesokan harinya, Esi menunggu kedatangan Buyung di hutan tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama. Jantungnya ikut berdegup kencang karena ia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kekasihnya.
Tak lama kemudian, muncullah Buyung dari kejauhan. Laki-laki itu segera menghampiri kekasihnya. Namun, bukannya kabar membahagiakan yang diterima oleh Esi, perempuan ini justru seperti mengalami mimpi buruk.
“Esi, aku sudah menemui orangtuaku. Sayangnya, mereka tidak merestui hubungan kita. Orangtuaku memintaku untuk putus hubungan denganmu,” ujar Buyung.
“Putus? Kenapa? Apakah kamu tidak memperjuangkan cinta kita?” tanya Esi dengan nada tak percaya.
“Maaf Esi. Tapi orangtuaku ternyata sudah menjodohkanku dengan putri kepala suku dari kampung sebelah,” jelas laki-laki itu.
Betapa hancur hati Esi mendengar pengakuan dari Buyung. Perasaan kecewa dan tidak adil menyelimuti hatinya. Wanita ini pun pulang ke rumah dengan air mata berlinang di wajahnya. Buyung hanya membiarkan saja kepergian Esi dan kembali ke rumahnya.
Semenjak kejadian itu, dikisahkan dalam cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu kalau Esi terlihat murung dan suka melamun di rumahnya. Wajahnya yang biasanya murah senyum seolah-olah kehilangan cahaya hidup. Di satu sisi, keseharian Buyung justru berbeda dengan mantan kekasihnya itu.
Buyung berjumpa dengan Upik Leha yang merupakan calon istri pilihan orangtuanya. Wanita itu ternyata memiliki kecantikan yang tak kalah dengan Esi. Bahkan, bisa dibilang kecantikannya melebihi Esi dan menjadi buah bibir semua warga kampung.
Tak ayal, hati Buyung lama-lama goyah juga. Ia bersama orangtuanya pun melamar Upik Leha dan berencana segera melaksanakan pernikahan mereka. Kabar itupun dengan cepat menyebar ke seluruh kampung yang ada di wilayah tersebut.
Hari berlangsungnya pernikahan Buyung dan Upik Leha pun tiba. Pesta pasangan suami istri dilaksanakan dengan meriah dan penuh suka cita oleh orang-orang dari berbagai desa. Kedua mempelai bahkan sampai di arak keliling kampung dan menjadi tontonan warga.
Tangis Air Mata yang Menjadi Air Bah
Esi yang melihat mantan pacarnya tersenyum bahagia bersama istrinya merasa dikhianati dan tak bisa membendung kesedihan. Wanita itu pun menangis sejadi-jadinya dengan jeritan tangis yang membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasa iba.
Rasa sakit hati yang menyelimuti Esi berubah menjadi perasaan dendam yang membara untuk Buyung. Perempuan ini terus-terusan menangis hingga volume air yang keluar dari matanya semakin besar seperti air bah.
Air bah itu lalu menerjang seisi kampung. Tak satupun orang ataupun rumah yang selamat dari amukan air. Arak-arakan kedua mempelai yang masih berlangsung di jalanan kampung juga menjadi korban.
Kedatangan air bah yang secara tiba-tiba membuat para penduduk kampung berlarian untuk menyelamatkan diri. Sayangnya, volume air yang besar sudah menenggelamkan rumah-rumah di kampung itu dan tak satupun warga yang berhasil selamat.
Konon katanya, Buyung dan Upik Leha berubah menjadi sepasang ular tikar. Dikisahkan mereka terkadang menampakkan diri dari kejauhan. Esi sendiri sering digambarkan muncul dengan berdiri menginjak sepasang ular tikar tersebut.
Kaki kiri Esi menginjak ular betina, sedangkan kaki kanan menginjak ular jantan. Sementara itu, danau yang terbentuk dari tangisan air mata Esi itu kemudian dinamai sebagai Danau Dendam Tak Sudah. Begitulah cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah yang berasal dari Bengkulu.
Baca juga: Dongeng Anak-Anak, Kisah Bunga Mawar Merah yang Sombong Beserta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik Legenda Danau Dendam Tak Sudah
Kamu sudah mengetahui tentang kisah terbentuknya Danau Dendam Tak Sudah. Kali ini, saatnya kamu menyimak informasi mengenai unsur-unsur intrinsik dari legendanya melalui penjelasan berikut:
1. Tema
Tema atau inti cerita dari dongeng Dendam Tak Sudah adalah tentang pengkhianatan cinta. Esi yang berharap bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan sang pujaan hati ternyata harus menerima kenyataan kalau cintanya tak berakhir bahagia.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh-tokoh yang memiliki peran dalam legenda terbentuknya danau dari Bengkulu tersebut adalah Esi Marliani, Buyung, dan Upik Leha. Esi merupakan tokoh utama yang diceritakan memiliki wajah cantik jelita, ramah, setia, dan dipuja oleh para laki-laki di kampungnya.
Sementara itu, Buyung dijelaskan sebagai laki-laki yang tampan, perkasa, dan patuh pada orangtua. Sayangnya, ia bukanlah orang yang setia karena dengan mudahnya jatuh cinta kepada wanita lain.
Upik Leha sendiri dikisahkan memiliki kecantikan yang melebihi Esi. Wanita ini juga patuh kepada orangtuanya yang telah menjodohkannya dengan Buyung sebagai calon suaminya.
3. Latar
Latar atau tempat di mana cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu kebanyakan diambil di desa tempat tinggal Esi dan Buyung. Selain itu, ada juga hutan yang menjadi tempat Esi dan Buyung menghabiskan waktu bersama.
4. Alur
Jalan cerita atau alur dari legenda Danau Dendam Tak Sudah adalah maju atau progresif. Cerita di awali dengan pengenalan tokoh Esi yang menjadi bunga desa di mana ia tinggal. Meskipun banyak diperebutkan oleh para laki-laki, wanita itu memilih Buyung menjadi kekasihnya.
Hubungan cinta Esi dan Buyung berjalan mulus hingga akhirnya tersandung restu orangtua dari laki-laki itu. Tak disangka, Buyung ternyata juga telah dijodohkan dengan Upik Leha yang merupakan putri kepala suku dari kampung sebelah.
Konflik berlanjut dengan Esi yang kekecewaannya sudah mendalam telah berubah menjadi dendam. Wanita itu pun menangis sejadi-jadinya dan menimbulkan air bah yang akhirnya menenggelamkan seluruh rumah dan penduduk di kampungnya.
5. Pesan Moral
Amanat atau pesan moral yang dapat kamu ambil dari cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu adalah untuk tidak mengkhianati seseorang yang telah menerima pernyataan cintamu. Namun, jika sekiranya memang tidak bisa dipaksakan untuk bersama, janganlah kamu terus larut dalam kesedihan.
Terkadang, kamu perlu menerima kenyataan bahwa dua orang yang saling jatuh cinta bisa saja tidak dapat bersama karena terhalang restu orangtua. Jika sudah begitu, yang bisa kamu lakukan adalah meluapkan rasa sedihmu dan kemudian bangkit kembali.
Bukan hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ektrinsik yang bisa kamu ambil dari legenda di atas. Sebut saja adanya nilai-nilai yang diterapkan di masyarakat setempat, seperti nilai sosial, budaya, dan moral.
Baca juga: Fabel Burung Hantu Tua dan Belalang Beserta Pesan Moral dan Ulasan Menariknya!
Fakta Menarik
Sebelumnya, kamu sudah menyimak ulasan tentang unsur-unsur intrinsiknya, kan? Nah, berikut ini ada fakta menarik dari cerita rakyat Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu yang tidak boleh kamu lewatkan:
1. Legenda-legenda Lain tentang Asal Mula Danau
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, terdapat beberapa legenda yang berhubungan dengan Danau Dendam Tak Sudah. Beberapa di antaranya adalah buaya buntung, lintah raksasa, keramat pintu air, keramat danau, dan dam tak sudah.
Buaya buntung sendiri menceritakan tentang buaya yang hidup di danau yang bertarung melawan buaya asal Lampung di Sungai Musi. Pertarungan itu menyebabkan ekor buaya asal danau dari Bengkulu tersebut putus. Sementara itu, lintah raksasa berkisah tentang dua sejoli yang bunuh diri karena cinta mereka terhalang restu orangtua.
Keramat Pintu Air merupakan sebutan untuk kuburan keramat yang terletak di kawasan Danau Dendam Tak Sudah. Konon, kuburan itu merupakan makam untuk orang sakti yang dinamai Keramat Pitu Ayo oleh warga suku Lembak. Suku Lembak adalah suku yang tinggal di Bengkulu.
Untuk Keramat Danau, masyarakat setempat percaya dengan kemunculan Harimau Hitam dan Rusa Kelabu yang menjadi penunggu kawasan tersebut. Setiap ada proyek pekerjaan yang dilakukan di area itu, kebanyakan alat berat tidak bisa berfungsi sehingga dipindahkan ke tempat lain.
Terakhir, ada juga yang berpendapat nama Dendam Tak Sudah berasal dari pembangunan dam yang belum selesai di bawah kuasa pemerintah kolonial Belanda. Dam itu ditujukan untuk bisa menjadi bendungan dan penampung air. Sayangnya, proyek dam itu tak selesai sampai dan akhirnya ramai dikenal sebagai Dam Tak Sudah.
2. Habitat Asli Ratu Anggrek
Danau Dendam Tak Sudah menjadi tempat tumbuhnya anggrek pensil (Papilionanthe hookerina) yang juga mendapat julukan sebagai Ratu Anggrek. Bunga ini dikenal dengan warnanya yang cantik dan mudah ditemukan di sekitaran tumbuhan bakung yang ada di danau tersebut.
Sayangnya, eksistensi bunga anggrek pensil terancam punah karena sering dicuri untuk dijadikan sebagai koleksi dan hiasan di taman rumah. Maka dari itu, keberadaan bunga anggrek pensil sangat dijaga di Danau Dendam Tak Sudah.
3. Panorama Alam yang Asri
Danau Dendam Tak Sudah atau DDTS merupakan bagian dari kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB). Oleh sebab itu, bukan sebuah kebetulan jika pemandangan yang tersaji di sekitar danau masih terjaga.
Kawasan DDTS diperkirakan memiliki luas sebesar 577 hektare. Seringkali, para penduduk setempat menjadikannya sebagai tempat wisata Danau Dendam Tak Sudah untuk menikmati sunrise (matahari pagi). Selain itu, setiap Minggu pagi, ada komunitas dari para pemuda adat Lembak yang suka membagikan kopi atau teh gratis.
Baca juga: Cerita Rakyat dari Lampung, Kisah Legenda Batu Kepampang dan Ulasan Lengkapnya
Cerita Rakyat Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu yang Menyentuh Hati
Begitulah ulasan lengkap tentang cerita rakyat terbentuknya Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu. Dari kisah di atas, apakah ada pesan bijak yang dapat kamu petik? Kalau ada, semoga saja kamu bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika tertarik dengan artikel lainnya, masih banyak artikel yang berisi cerita keren dari Nusantara dan luar negeri yang bisa kamu jumpai di PosKata. Beberapa di antaranya adalah dongeng Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, legenda Sungai Kawat Emas, dan cerita rakyat Sangkuriang. Selamat membaca!