Ketika pergi ke Kota Cianjur, pernahkah kamu bertanya-tanya tentang cerita rakyat yang menyebutkan tentang asal mula namanya? Kalau pernah, langsung saja cek artikel ini untuk mendapatkan jawaban dan ulasan menarik tentangnya!
Kamu mungkin belum pernah mendengar cerita rakyat tentang asal mula penamaan Kota Cianjur yang terletak di Jawa Barat. Padahal, di dalam kisahnya terdapat pesan moral yang sangat baik jika diceritakan kepada keponakan atau buah hati tersayang.
Di artikel yang telah disiapkan di bawah ini, kamu nggak hanya mengetahui kisah dan pesan moralnya yang baik saja. Namun, kamu juga bisa mendapatkan informasi seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya.
Semakin penasaran ingin membaca cerita rakyat seputar asal mula Kota Cianjur? Jadi tunggu apa lagi? Selamat membaca!
Cerita Rakyat Asal Mula Kota Cianjur
Alkisah pada zaman dahulu, di sebuah daerah di Jawa Barat hiduplah seorang petani yang kaya raya. Konon, kekayaannya meliputi seluruh ladang dan sawah yang terdapat di desanya. Untuk mengurus seluruh ladang dan sawahnya, ia memperkerjakan para warga sekitar yang tinggal di desa tersebut sebagai buruh tani.
Dengan kekayaannya yang berlimpah, lelaki itu menjadi seseorang yang sangat sombong. Ia tak mau membantu orang yang kesusahan meskipun hanya sedikit. Bahkan, kabarnya ia juga tak mau membantu anak lelakinya sendiri. Karena sangat pelit dan perhitungan, orang-orang di desa memanggilnya Pak Kikir.
Di sisi lain, putra Pak Kikir yang bernama Tetep justru memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan ayahnya. Ia sering kali menolong orang yang membutuhkan bantuannya dengan penuh keikhlasan tanpa sepengetahuan sang ayah.
Pesta Ala Pak Kikir
Desa tersebut memiliki sebuah kepercayaan untuk mengadakan pesta syukuran setiap kali selesai panen. Harapannya adalah agar panen di musim berikutnya bisa lebih baik dari yang kemarin. Jika pesta tidak dilakukan, dikhawatirkan panen selanjutnya akan gagal. Karena takut gagal, Pak Kikir pun mengadakan pesta syukuran dan mengundang para warga desa.
Mendapatkan undangan dari Pak Kikir yang terkenal kaya raya, para warga desa merasa senang. Mereka langsung membayangkan berbagai macam jamuan makan dan minum yang istimewa juga lezat.
Namun, siapa sangka ketika mereka datang ke rumah Pak Kikir, jamuan makannya hanya ala kadarnya saja. Belum lagi, jumlah yang disediakan sangat sedikit sehingga banyak tamu undangan yang tidak mendapatkan bagian.
“Sungguh keterlaluan sekali Pak Kikir! Sudah berani mengundang tamu, tapi jamuannya tidak mencukupi!” salah satu tamunya mengeluh, “Benar-benar kikir orang itu!”
Para tamu undangan yang datang pun langsung gaduh mempergunjingkan kepelitan Pak Kikir. Bahkan, saking kesalnya, beberapa tamu sampai mendoakan agar Pak Kikir selalu ditimpa kesialan. “Biar saja! Hasil panennya yang selanjutnya pasti tak akan melimpah! Hartanya tak akan diberkahi oleh Tuhan!” sumpah salah seorang warga.
Baca juga: Kisah Cincin Nabi Sulaiman yang Ajaib dan Misterius, Kamu Wajib Tahu!
Kedatangan Nenek Renta
Di tengah berlangsungnya pesta, datanglah seorang nenek renta yang meminta sedekah kepada Pak Kikir. “Tuan, kasihanilah saya, Tuan! Berilah saya sedikit dari harta tuan yang berlimpah ini! Sudah dua hari saya belum makan, Tuan!” ucap sang nenek dengan terbata.
Namun, bukannya memberikan sedikit makanan atau bantuan, Pak Kikir justru menghardik nenek tersebut. “Dasar nenek tua! Kamu kira memperoleh sesuap nasi itu mudah?”
Para warga yang awalnya gaduh bergunjing langsung terdiam. Seluruh perhatian mereka tertuju pada si nenek tua dan Pak Kikir.
“Tapi bukankah tuan memiliki harta yang melimpah? Hamba hanya meminta sedikit nasi untuk bisa makan hari ini, Tuan!” pinta sang nenek mengiba. Malang bagi nenek itu, bukannya mendapatkan nasi yang diinginkan, ia justru semakin dibentak dan mendapatkan perlakuan kasar.
“Memang hartaku banyak! Namun, itu semua kudapatkan dari usahaku sendiri!” bentak Pak Kikir. “Cepat pergi dari sini! Atau akan kupanggilkan tukang pukul untuk mengusirmu!”
Kebaikan Hati Tetep
Dengan sakit hati, terpaksa nenek tua itu meninggalkan halaman rumah Pak Kikir. Ia berjalan sempoyongan hingga ke pinggir desa.
Putra Pak Kikir yang melihat kejadian itu pun langsung merasa kasihan dan tak tega. Secara diam-diam, ia mengambil jatah makan siangnya kemudian membungkusnya. Tanpa menunggu lama, ia mengejar nenek tersebut.
“Tunggu, Nek!” panggil Tetep. Nenek tua itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. “Ada apa, Nak?” tanyanya ketika Tetep sudah ada di dekatnya.
“Namaku Tetep, Nek! Aku ingin meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh ayahku tadi, dan ini aku bawakan sedikit makanan untukmu, Nek!” ucap Tetep sambil menyerahkan makanan yang ia bawa pada si nenek.
“Terima kasih, Nak! Kamu memang anak yang baik hati. Semoga saja Tuhan membalas kebaikan hatimu dengan kemuliaan!” ucap sang nenek gembira. “Sama-sama, Nek!” jawab Tetep kemudian pamit pulang ke rumahnya.
Setelah Tetep pulang, nenek renta itu segera menghabiskan makanannya. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya ke sebuah bukit di atas desa. Setibanya di sana, ia berhenti sebentar untuk beristirahat.
Saat itulah ia bisa melihat rumah Pak Kikir yang berdiri megah dikelilingi oleh rumah penduduk desa. Sang nenek renta merasa sedih melihat penderitaan penduduk desa atas keserakahan Pak Kikir.
“Tunggu saja pembalasan Tuhan, Pak Kikir! Tuhan akan menimpakan hukuman atas kesombongan, keserakahan, dan kekikiranmu!” ucap si nenek.
Baca juga: Kisah Hikayat Si Miskin dan Ulasan Lengkapnya yang Mengandung Nilai-Nilai Bijak Kehidupan
Banjir Bandang
Usai berdoa, nenek renta itu menancapkan tongkatnya ke tanah. Ketika tongkat tersebut dicabut, keluarlah air yang sangat deras dari lubang tancapan. Semakin lama, lubang tersebut menjadi semakin besar. Air pun mengalir sampai ke desa dan menimbulkan banjir besar.
Ketika banjir datang, warga desa yang tengah berkumpul di rumah Pak Kikir panik. Mereka berlarian berusaha mencari tempat perlindungan untuk menyelamatkan diri. Melihat warga yang panik, Tetep langsung mengusulkan agar warga berlari ke atas bukit.
“Tapi bagaimana nasib ladang dan ternak kita?” tanya seorang warga. “Jangan memikirkan harta kalian! Lebih baik selamatkan saja dulu nyawa kalian!” ucap Tetep bijaksana.
Para warga mengikuti saran Tetep dan langsung berlari menuju atas bukit. Sementara itu, Pak Kikir justru terlihat masuk ke dalam rumahnya berniat menyelamatkan harta bendanya.
“Ayah!” teriak Tetep memanggil. “Cepat keluar dari rumah! Banjirnya sudah semakin dekat! Kita harus segera berlari ke atas bukit untuk menyelamatkan diri!”
Namun, Pak Kikir tidak menghiraukan teriakan anaknya. Ia justru masuk ke ruang bawah tanah rumahnya dan mengumpulkan seluruh harta yang ia simpan di sana. Satu per satu ia membawa peti hartanya ke lantai dua rumahnya.
Sementara itu, Tetep yang terus berteriak memanggil ayahnya mulai merasa lelah. Apalagi beberapa rumah warga sudah mulai terendam banjir. Akhirnya ia pun berlari menuju bukit untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Sambil berlari, ia berdoa semoga saja ayahnya tetap selamat.
Membangun Ulang Desa
Sayangnya, doa Tetep tak bisa terkabul. Pak Kikir yang terlalu sibuk mengumpulkan harta tak bisa menyelamatkan dirinya. Ketika ia masih berada di ruang bawah tanah dan mengambil salah satu peti harta, banjir besar menenggelamkannya.
Tetep yang tengah berlari bersama warga desa bahagia karena akhirnya selamat. Namun, tetap ada kesedihan yang terasa karena seluruh desa mereka kini terendam banjir. Mereka tak lagi memiliki rumah, ternak, atau harta benda apa pun.
Untuk mengatasinya, Tetep menganjurkan pada seluruh warga untuk mencari daerah lain yang lebih aman dari banjir. Setelah menemukan tempat yang tepat, mereka pun mulai membangun pemukiman baru.
Tak hanya itu, berdasarkan anjuran Tetep, tanah di tempat baru tersebut dibagi secara merata kepada warga. Sehingga mereka kini memiliki ladang dan sawah masing-masing. Dengan keadilan dan sifat bijaksananya, Tetep diangkat sebagai kepala desa. Di bawah kepemimpinannya, kehidupan penduduk desa menjadi lebih aman dan sejahtera.
Pada akhirnya, desa tersebut diberi nama Desa Anjuran karena selalu mengikuti anjuran dari Tetep sang Kepala Desa. Lama kelamaan, desa tersebut semakin tumbuh berkembang menjadi sebuah kota yang kini dikenal dengan nama Cianjur.
Baca juga: Legenda Roro Mendut dan Ulasannya, Kisah Seorang Wanita Cantik Bernasib Tragis
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Asal Mula Kota Cianjur
Setelah mengetahui cerita rakyat tentang asal mula Kota Cianjur, kini kamu bisa mengetahui unsur intrinsiknya. Berikut ini kami siapkan informasinya.
1. Tema
Tema atau inti dari cerita rakyat asal mula Kota Cianjur ini adalah tentang kesombongan dan keserakahan yang membawa petaka. Hal tersebut ditunjukkan melalui sikap Pak Kikir yang terlalu angkuh dan lebih memilih untuk menyelamatkan peti harta daripada dirinya sendiri.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh utama dalam cerita rakyat berjudul asal mula nama Kota Cianjur ini adalah Pak Kikir dan Tetep, putranya. Seperti namanya, Pak Kikir memiliki sifat pelit, sombong, dan serakah. Penggambarannya terlihat dari caranya memberikan sajian pesta untuk warganya. Belum lagi, ketika banjir bandang datang, bukannya menyelamatkan diri, ia justru mengumpulkan harta bendanya.
Di sisi lain, Tetep memiliki sifat yang sebaliknya, yaitu baik hati, suka berbagi, tulus, dan bijaksana. Sifat tersebut ditunjukkan dari usahanya untuk menolong sang nenek renta dan seluruh warga desa ketika banjir bandang menerpa. Tak hanya itu, ia juga memiliki sifat bijaksana karena berusaha mencari solusi terbaik untuk semua orang, bukan dirinya sendiri.
Selain kedua tokoh utama itu, ada beberapa tokoh tambahan yang mendukung ceritanya. Di antaranya adalah nenek renta dan warga desa yang selama ini hidupnya tertindas oleh Pak Kikir.
3. Latar
Ada beberapa latar tempat yang disebutkan dalam kisah di atas, di antaranya adalah rumah Pak Kikir tempat diadakannya pesta syukuran, pinggir desa tempat Tetep memberikan makanan untuk sang nenek renta, dan bukit di atas desa tempat sang nenek mengeluarkan air dari dalam tanah.
4. Alur
Struktur cerita atau alur dari asal usul Kota Cianjur ini termasuk dalam jenis alur progresif atau maju. Kisahnya dimulai dari Pak Kikir yang mengadakan pesta syukuran atas hasil panennya. Karena terlalu pelit, banyak warga yang merasa kecewa akan pesta tersebut.
Konflik mulai terjadi ketika ada seorang nenek renta yang meminta makanan pada Pak Kikir tapi justru diusir. Nenek tersebut kemudian berdoa kepada Tuhan YME dan memunculkan banjir besar dari atas bukit. Pada akhirnya, Pak Kikir pun tenggelam dalam banjir bersama harta bendanya, sementara Tetep dan warga desa lain bisa selamat hingga ke atas bukit.
5. Pesan Moral
Pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita asal mula nama Kota Cianjur ini adalah jangan terlalu kikir dan serakah. Karena pada akhirnya hal tersebut hanya akan membawa keburukan dalam hidupmu. Kemudian, tak lupa lakukanlah segala sesuatu dengan keikhlasan dan ketulusan seperti halnya Tetep.
Tak hanya unsur intrinsik, terdapat juga unsur ekstrinsik dari cerita rakyat asal mula Kota Cianjur ini. Di antaranya adalah nilai moral, sosial, dan budaya yang berhubungan dengan latar belakang masyarakat sekitar.
Baca juga: Cerita Rakyat Asal-Usul Gunung Semeru Beserta Ulasan Menariknya
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Asal Mula Kota Cianjur
Setelah menyimak cerita rakyat tentang asal mula Kota Cianjur dan ulasan seputar unsur intrinsiknya, kini kamu bisa mengetahui beberapa fakta menariknya. Berikut ini ulasannya:
1. Ada Sejarah Lainnya
Selain cerita rakyat di atas yang memiliki pesan moral yang baik, rupanya ada sejarah lain di balik asal usul Kota Cianjur. Kisahnya berhubungan dengan Raden Djajasasana, putra dari Aria Wangsa Goparana yang akan membuka wilayah baru bernama Cikundul. Setelah beberapa tahun, daerah tersebut pun dikenal dengan nama Tsitsanjoer atau Tjiandjoer. Dan lama kelamaan, namanya disebut sebagai Cianjur.
2. Sinkronisasi Cerita dan Faktanya
Faktanya, secara topografi, sebagian besar wilayah Cianjur merupakan pegunungan, kecuali di bagian pantai selatan yang berupa dataran rendah sempit. Hal tersebut seolah membenarkan kisahnya ketika Tetep mengajak warga desa untuk mencari tempat yang aman dari banjir, yaitu di atas bukit atau area pegunungan.
Sumber kehidupan masyarakat Cianjur berasal dari lahan pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Alasannya karena daerah tersebut dilewati Sungai Cibuni yang bermuara di Samudra Hindia dan bisa mengairi seluruh lahan tersebut. Sama seperti dalam cerita di mana warganya mayoritas menjadi petani dan peternak.
Baca juga: Dongeng tentang Kancil, Rusa, dan Harimau yang Seru Beserta Ulasannya
Cerita Rakyat Asal Mula Kota Cianjur sebagai Dongeng Sebelum Tidur
Itulah tadi cerita rakyat tentang asal mula Kota Cianjur. Semoga saja informasi yang kamu dapatkan bisa menambah wawasanmu tentang kota yang terletak di Jawa Barat ini.
Kalau masih ingin mencari asal usul beberapa kota lain di Indonesia, coba cek artikel-artikel di PosKata. Selain Cianjur, di sini kamu juga bisa mendapatkan cerita rakyat tentang asal mula Kota Semarang, Surabaya, atau Banyuwangi. Selamat membaca!