Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan bercorak Islam yang besar di Pulau Jawa. Lantas, kira-kira apakah faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam ini? Jawabannya dapat kamu temukan di sini.
Kerajaan Mataram Islam semakin berkembang dan mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma sekitar tahun 1620-an. Namun sayang sekali, tidak ada penerusnya yang dapat mempertahankan kejayaan itu. Mengenai faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Mataram Islam ini bisa kamu simak di sini.
Beberapa sumber mengatakan kalau salah satu penyebabnya adalah tidak ada penerus yang mampu mempertahankan kerajaan. Sepertinya, ini adalah faktor umum yang juga menjadi akar penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan lain di Indonesia. Namun, apakah memang benar demikian?
Nah, selain mengenai penyebab runtuhnya, lewat artikel ini kamu juga akan membaca sekilas tentang masa kejayaannya. Sepertinya, kamu sudah tidak sabar ingin segera menyimak ulasan lengkapnya, ya? Kalau begitu, daripada membuang-buang waktu, langsung cek saja, yuk!
Masa Kejayaan Mataram Islam
Untuk menambah wawasanmu, tidak ada salah menyimak terlebih dahulu ulasan mengenai masa kejayaan Kerajaan yang didirikan oleh Panembahan Senapati ini. Seperti yang sudah kamu baca di atas, kerajaan tersebut memang mengalami periode keemasan pada masa pemerintahan Sultan Hanyakrakusuma.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram Islam memiliki wilayah kekuasaan yang begitu luas. Pada awalnya, daerah kekuasaanya memang hanya di daerah sekitar Bengawan Solo dan sebagian Jawa Tengah saja, termasuk wilayah Banyumas.
Setelah itu, ia melakukan ekspansi ke wilayah Pulau Jawa bagian Timur. Usaha penaklukkan wilayah dimulai dari daerah Malang, kemudian menyusul daerah-daerah seperti Lasem, Tuban, Pasuruan, dan Madura.
Sang sultan hampir saja gagal menduduki Kota Surabaya meskipun sudah berusaha menaklukkan selama kurang lebih lima tahun. Ia kemudian memiliki siasat untuk memutus pasokan makanan ke kota tersebut. Karena kekurangan bahan makanan, akhirnya kota itu dapat ditaklukkan.
Kemajuan di Berbagai Sektor
Tak hanya memiliki daerah kekuasaan yang luas, Sultan Agung Hanyakrakusuma juga mampu mengembangkan berbagai sektor kehidupan yang menunjang kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Salah satunya yang cukup maju adalah di bidang ekonomi, terutama pertanian.
Pada awalnya, sang sultan membukakan lahan sawah untuk digarap oleh para petani. Setelah itu, ia juga membentuk sebuah lembaga yang berguna sebagai forum untuk berkomunikasi antara pihak petani dan kerajaan.
Tak berhenti di situ saja, Sultan Agung juga memberikan modal yang cukup besar untuk para petani. Ia ingin agar produksi beras nantinya semakin meningkat dan bisa dijadikan salah satu komoditi ekspor.
Supaya para petani tidak kesulitan untuk mengairi lahan sawah, ia memerintahkan untuk membangun sebuah bendungan. Saluran air pun dibangun sedemikian rupa sehingga pendistribusiannya merata.
Selain itu, pemimpin generasi ketiga tersebut juga membuat kebijakan untuk membentuk petugas pajak. Mereka ini yang mengatur dan menentukan besarnya pajak yang harus dibayar untuk kerajaan.
Untuk menekan pungutan liar, dibentuk pula lembaga keuangan untuk mengurusi semua pemasukan kas kerajaan. Beberapa jenis pajak yang dipungut adalah pajak penduduk, upeti, tanah, dan jasa perdagangan.
Baca juga: Hal-Hal yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam
Nah, sekarang tiba saatnya untuk membahas mengenai penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Perebutan Kekuasaan
Tidak adanya penerus yang sebaik pendahulu dan perebutan kekuasaan sepertinya menjadi faktor internal runtuhnya banyak kerajaan, termasuk di Mataram Islam. Sepeninggal Sultan Agung Hanyakrakusuma, tumpu kepemimpinan jatuh ke tangan anaknya yang bernama Raden Mas Sayyidin. Ia kemudian lebih dikenal sebagai Hamengkurat atau Mangkurat I.
Padahal sebenarnya, yang berhak untuk mendapatkan tahta adalah Pangeran Alit. Meskipun usianya lebih muda dari Mangkurat I, tapi kedudukannya lebih tinggi karena merupakan anak dari permaisuri pertama atau Ratu Kulon.
Namun ketika sang sultan sakit keras, permaisuri kedua atau Ratu Wetan berhasil membujuknya untuk memberikan kekuasaan kepada Raden Mas Sayyiddin. Untuk menyiasati keributan besar, Ratu Wetan membungkam orang-orang kepercayaan Ratu Kulon dan melaksanakan penobatan secara tertutup.
Pada awalnya, Pangeran Alit dapat menerima dengan ikhlas keputusan tersebut. Setelah melihat kelakuan kakak tirinya yang sangat buruk dan kejam, ia pun merasa menyesali keputusannya.
Dengan bujukan Tumenggung Pasingsingan, sang pangeran berencana melakukan kudeta. Namun sebelum terlaksana, rupanya ada orang yang membocorkan hal tersebut. Sultan Hamengkurat I menyuruh orang untuk menghabisi sang pangeran.
Pengkhianatan yang dilakukan oleh adiknya membuat sang raja menjadi gusar dan marah. Tidak mau kejadian berulang, ia kemudian memerintahkan orangnya untuk membunuh para pengikut setia Pangeran Alit. Termasuk di dalamnya adalah para ulama.
Ia memfitnah para ulamalah yang mendalangi pembunuhan Pangeran Alit. Tanpa belas kasih, orang suruhannya membunuh 6.000 ulama dan keluarganya hanya dalam waktu 30 menit.
Baca juga: Ulasan tentang Masa Kejayaan dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo
2. Pemberontakan Trunojoyo
Selain masalah perebutan kekuasaan, faktor lain yang menjadi penyebab keruntuhan Kerajaan Mataram Islam adalah adanya pemberontakan yang dilakukan oleh Trunojoyo. Lantas, siapakah dia dan bagaimana peristiwanya?
Kejadian bermula dari Sultan Agung yang melakukan perluasan hingga sampai ke Madura. Ia mengangkat Panembahan Cakraningrat I untuk memimpin daerah bawahan tersebut.
Beberapa puluh tahun kemudian, terjadi lagi konflik internal di Kerajaaan Mataram Islam. Amangkurat I hendak dilengserkan oleh putranya sendiri, yaitu Pangeran Adipati Anom. Hal tersebut dilakukannya karena cemas kalau statusnya sebagai putra mahkota digantikan oleh saudaranya yang lain.
Setelah itu, Adipati Anom mengajak Trunojoyo bekerjasama untuk menggulingkan ayahnya. Trunojoyo adalah anak dari Cakraningrat I dengan istri selirnya.
Trunojoyo tentu saja menyetujui hal tersebut. Sebagai hadiahnya, ia nanti akan diberikan sebagian wilayah Madura. Di balik persetujuannya, rupanya ia memiliki misi terselubung, yaitu untuk membalaskan dendam karena penaklukkan daerah Madura sama saja dengan penjajahan.
Rencana Trunojoyo untuk melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Mataram Islam mendapatkan dukungan penuh dari sebagian besar rakyat Madura. Selain itu, ia pun mendapatkan dukungan dari Karaeng Galesong, pemimpin Kerajaaan Gowa.
Diketahui, hubungan kedua kerajaan tersebut memang dekat. Pasalnya, Karaeng Galesong juga adalah menantu dari Trunojoyo.
Pasukan dari Madura mulai beraksi dengan menaklukkan daerah-daerah bawahan Kerajaan Mataram Islam. Di tengah perjalanan, mereka mendapatkan lebih banyak dukungan. Mulai dari Panembahan Giri yang sakit hati karena banyak ulama yang dibunuh, hingga Kesultanan Banten yang relasinya memburuk setelah naiknya Amangkurat I.
Hasil Akhir
Persekutuan beberapa kerajaan tersebut tentu saja membuat kekuatan pasukan Madura menjadi semakin besar. Dengan mudahnya, mereka dapat mengambil alih Surabaya, Demak, Rembang, Semarang, dan Cirebon.
Saat pasukan Madura bersiap untuk menyerang pusat Kerajaan Mataram Islam, Adipati Anom malah berbalik dan bersekutu dengan ayahnya. Ia pun ikut bertempur untuk menghadang pasukan tersebut.
Sayang sekali, hal tersebut tidak berpengaruh banyak. Hamengkurat I ternyata tidak memiliki nyali yang cukup untuk menghadapi pasukan Madura. Ia pun memilih untuk kabur. Selama dalam pelarian tersebut, ia sakit parah dan meninggal dunia.
Sementara itu, Trunojoyo berhasil mengambil alih istana Kerajaan Mataram Islam yang berada di Plered. Ia bahkan menikahi salah satu putri kerajaan tersebut.
Adipati Anom menjadi semakin gusar dan kemudian mencari jalan mudah untuk mengalahkan Trunojoyo, yaitu bersekutu dengan VOC. Meskipun persyaratannya sulit, ia tetap menyanggupi karena tidak dapat menemukan cara lain. Ia juga diberi pinjaman oleh VOC untuk membangun istana baru di Surakarta.
Dengan dipimpin oleh Kapitan Jonker, Belanda melakukan penyerbuan terhadap Trunojoyo. Sebanyak lima kapal dengan ratusan pasukan dikerahkan. Pertempuran hebat pun terjadi di wilayah Jawa bagian tengah dan timur.
Pasukan Trunojoyo kewalahan menghadapi serangan dari pasukan Belanda. Ketika semakin terdesak, sang pemimpin bersama pasukan yang terseisa kemudian melarikan diri dan bersembunyi di lereng-lereng gunung.
Namun pada akhirnya, pasukan Madura tersebut dapat ditangkap. Mereka kemudian dibawa ke istana Surakarta. Setelah itu, Amangkurat II menjatuhi hukuman mati untuk Trunojoyo.
Baca juga: Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang Harus Kamu Tahu
3. Perjanjian Giyanti
Faktor terakhir yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam adalah adanya Perjanjian Giyanti. Hal yang memicu perjanjian tersebut adalah perebutan tahta antar keturunan Hamengkurat IV.
Mereka adalah Pangeran Prabasuyasa, Pangeran Mangkubumi, dan Raden Mas Said. Pangeran Prabasuyasa dan Mangkubumi sama-sama menginginkan tahta kerajaan dan menganggap mereka pewaris yang sah. Namun, Belanda malah menujuk Raden Mas Said untuk menjadi sultan.
Menurut catatan Sartono Katodirdjo dalam bukunya Sejak Indische sampai Indonesia, sebenarnya yang berhak menjadi penerus Hamengkurat IV adalah Pangeran Mangkunegara. Ia merupakan ayah dari Raden Mas Said yang diasingkan ke luar negeri karena sering menolak Belanda.
Keributan pun terus terjadi. Terlebih lagi, karena Belanda ikut campur sehingga permasalahan menjadi semakin ruwet. Hingga kemudian, pihak penjajah menggagas sebuah perjanjian. Karena penandatangannya di Desa Giyanti, maka kemudian disebut Perjanjian Giyanti.
Isi dari perjanjian yang ditulis pada tanggal 13 Februari 1755 ini adalah wilayah Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua. Sunan Pakubuwana II berhak atas wilayah di sebelah timur Sungai Opak. Sementara itu, wilayah sebelah barat atau Mataram yang asli diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi.
Setelah berpisah, Pangeran Mangkubumi mendirikan Kasultanan Ngayogyakarta dan bergelar Sultan Hamengkubuwana I. Lalu, Raden Mas Said diberikan sedikit wilayah dari Kasunanan Surakarta yang kemudian menjadi Kadipaten Mangkunegaraan.
Lantas apa keuntungannya bagi Belanda? Mereka memiliki wewenang yang kuat dalam segala keputusan yang diambil oleh para pemimpin kerajaan yang terpecah. Selain itu, mereka juga masih mendapatkan angsuran utang dari perjanjian yang dibuat dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya.
Baca juga: Faktor-Faktor yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Demak
Sudah Menemukan Jawaban dari Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam?
Itulah tadi faktor-faktor dari penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam yang dapat kamu simak di sini. Semoga saja, kamu sudah menemukan jawaban dari pertanyaanmu. Kalau misalnya masih ingin menyimak artikel-artikel sejarah yang menarik, langsung cek saja PosKata, ya!