
Warga Sulawesi Tenggara mungkin sudah tak asing dengan nama Gunung Mekongga. Namun, tak banyak yang mengetahui kisah di balik asal mula Gunung Mekongga. Kalau kamu penasaran dengan kisahnya, langsung saja simak ulasannya di artikel ini!
Gunung Mekongga merupakan salah satu gunung tinggi di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahukah kamu kalau ada kisah menarik di balik asal mula misteri Gunung Mekongga itu?
Berdasarkan bahasa setempat, Gunung Mekongga memiliki makna gunung tempat matinya burung elang atau garuda raksasa. Alkisah, burung yang banyak mengganggu warga sekitar itu ditaklukkan oleh seorang pemuda bernama Tasahea dari Negeri Loeya.
Kira-kira seperti apakah kisah asal mula Gunung Mekongga itu? Langsung saja simak kisahnya di bawah ini, kemudian jangan lupa baca juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Asal Mula Gunung Mekongga
Alkisah pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah wilayah yang bernama Negeri Sorume (kini dikenal dengan nama Negeri Kolaka). Negeri tersebut dikenal damai, tentram, dan ditinggali orang-orang yang giat bekerja.
Pada suatu hari, mendadak muncullah seekor burung garuda raksasa yang mengacaukan negeri itu. Setiap hari ia menyambar, membawa terbang, kemudian memangsa binatang ternak milik penduduk. Mulai dari kambing, sapi, hingga kerbau berukuran besar.
Hal tersebut tentu saja membuat penduduk merasa gelisah karena jika kondisi tersebut terjadi terus menerus, maka lama kelamaan binatang ternak milik penduduk akan habis. Kemudian setelah semua binatang ternaknya habis, para penduduk khawatir dan cemas kalau merekalah yang akan menjadi santapan burung garuda itu.
Bahkan, para penduduk sampai takut pergi ke luar rumah untuk mencari nafkah dan bekerja. Karena mereka tak mau mendadak burung garuda itu memangsa mereka ketika mereka tengah bekerja.
Salah satu tempat yang yang takut mereka lewati adalah padang luas yang dikenal dengan nama Padang Bende. Padang tersebut merupakan pusat lalu lintas penduduk yang berniat menuju ke kebun masing-masing. Namun, sejak kehadiran burung garuda itu, padang tersebut menjadi sangat sepi karena tak ada satu pun penduduk yang berani melewatinya.
Kehadiran Larumbalangi
Suatu hari, terdengar sebuah kabar bahwa di Negeri Solumba (kini dikenal dengan nama Belandete) hiduplah seorang pemuda yang cerdik, pandai, dan sakti bernama Larumbalangi. Pemuda tersebut memiliki sebilah keris dan selembar sarung pusaka yang jika digunakan bisa membuatnya terbang.
Pemimpin Negeri Sorume yang mengetahui hal itu pun langsung mengutus beberapa penduduk untuk menemui Larumbalangi di Negeri Solumba. Bahkan, mereka sengaja menyusuri hutan lebat dan menyelinap di antara pepohonan besar agar bisa menghindari burung garuda itu.
Setelah sampai di Negeri Solumba, tanpa menunggu lama para utusan itu langsung menemui Larumbalangi. Kemudian, para utusan itu langsung menceritakan peristiwa apa yang tengah menimpa negeri mereka. Untungnya, Larumbalangi memahami hal itu dan berniat untuk membantu.
“Kalian tidak perlu khawatir dengan keadaan ini. Karena sebenarnya, bahkan tanpa bantuanku secara langsung sekalipun, kalian bisa menghadapi keganasan burung garuda itu,” ucap Larumbalangi tersenyum simpul.
“Bagaimana caranya? Jangankan untuk melawan burung garuda itu, keluar dari rumah saja kami tidak berani, Larumbalangi,” jawab salah satu utusannya.
“Yang perlu kalian lakukan adalah kumpulkanlah buluh bambu yang sudah tua, kemudian ciptakan bambu runcing sebanyak-banyaknya. Kemudian carilah seorang laki-laki pemberani dan perkasa untuk dijadikan sebagai umpan di tengah padang. Pagarilah orang tersebut dengan bambu runcing dan ranjau,” ungkap Larumbalangi pada para utusan itu.
Mencoba Saran Larumbalangi
Awalnya, para utusan itu masih merasa ragu ke mana arah dari rencana Larumbalangi itu. Namun, karena mereka tidak mengetahui cara lain untuk mengatasi burung garuda itu, terpaksa mereka kembali ke negerinya dan menyampaikan pesan dari Larumbalangi.
Pemimpin Negeri Solumba pun langsung mengadakan sayembara untuk mengumpulkan para pendekar dan ksatria, baik yang ada di dalam negeri atau berasal dari negeri lain. Tujuannya adalah mencari ksatria paling pemberani yang bisa dijadikan umpan dan menaklukkan burung garuda itu.
Di hari yang telah ditentukan, ratusan ksatria berdatangan dari berbagai negeri untuk memenuhi undangan dari sang pemimpin Negeri Solumba. Mereka semua sudah bersiap dan berkumpul di depan rumah salah satu sesepuh.
“Wahai saudara-saudaraku sekalian! Barang siapa ada yang terpilih sebagai umpan kemudian berhasil menaklukkan burung garuda itu, jika ia adalah seorang budak, maka nantinya akan diangkat sebagai bangsawan. Jika ia adalah seorang bangsawan, maka nantinya akan diangkat sebagai pemimpin,” ucap sang sesepuh yang langsung disambut dengan sorak sorai.
Sayembara itu pun dilakukan dengan penuh ketegangan. Setiap peserta berusaha memperlihatkan kesaktian dan kekuatannya. Setelah beberapa saat, akhirnya sayembara tersebut dimenangkan oleh seorang budak laki-laki dari Negeri Loeya yang bernama Tasahea.
Kedatangan Sang Burung Garuda
Di waktu yang telah ditentukan, Tasahea dibawa ke Padang Bende untuk dijadikan sebagai umpan. Tasahea diminta untuk berdiri di tengah-tengah padang kemudian dipagari puluhan bambu runcing. Ia sendiri juga dibekali dengan sebilah bambu runcing yang sudah dilumuri racun.
Setelah semuanya dirasa sudah siap, Tasahea ditinggalkan sendirian di tengah padang itu seraya menunggu kedantangan burung garuda. Sementara itu, beberapa warga bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan hutan di sekitar padang.
Ketika hari sudah nyaris menjelang tengah hari, langit yang awalnya terlihat cerah mendadak menjadi mendung. Hal itu merupakan pertanda bahwa burung garuda tengah mengintai mangsanya.
Benar saja, tak lama kemudian burung garuda itu muncul dan terlihat senang karena melihat sesosok manusia tengah berdiri di tengah Padang Bende. Karena sangat kelaparan, burung garuda itu langsung langsung terbang rendah berusaha menyambar Tasahea.
Namun, malang bagi burung itu, belum sempat ia cakarnya mencengkeram Tasahea, tubuh dan sayap burung garuda itu tertusuk bambu runcing. Hal itu langsung membuat sang burung garuda memekik kesakitan.
Kesempatan Bagi Tasahea
Tasahea pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cekatan ia langsung melemparkan bambu runcing ke arah dada sang burung garuda. Sekali lagi, sang garuda menjerit kesakitan seraya mengepakkan sayapnya untuk melarikan diri.
Setelah berhasil melepaskan diri, garuda itu berusaha terbang tinggi menuju Kampung Pomalaa, melewati Kampung Ladongi, Torobulu, Amesiu, Malili, dan Palau Maniang. Namun, belum sampai ke Kampung Pomalaa, sang garuda terjatuh di sebuah puncak gunung yang tinggi karena kehabisan tenaga. Pada akhirnya, burung garuda itu mati di puncak gunung tersebut.
Keberhasilan Tasahea dalam menyingkirkan burung garuda itu langsung disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh penduduk negeri Kolaka. Mereka bahkan mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.
Pada puncak pesta di malam ke tujuh, mendadak seluruh penduduk negeri Kolaka mencium bau bangkai yang sangat menyengat. Tak hanya itu, tak lama kemudian tersebarlah wabah penyakit yang mematikan. Banyak warga yang terserang sakit perut hingga muntah-muntah. Bahkan, tak sedikit yang akhirnya meninggal dunia.
Lebih buruknya lagi, sungai, pepohonan, dan tanaman penduduk mulai dipenuhi ulat tanpa alasan. Tak ada satu pun tanaman yang ditanam warga bisa dipetik hasilnya. Alhasil, para warga yang selamat dari penyakit mematikan itu pun pada akhirnya tetap meninggal dunia karena kelaparan.
Penduduk yang masih hidup dan panik pun berusaha mencari solusi dari permasalahan tersebut. Mereka kemudian kembali teringat pada Larumbalangi yang tinggal di Negeri Solumba. Tanpa menunggu lama, beberapa utusan langsung berangkat untuk menemui sang pemuda sakti tersebut.
Bantuan dari Larumbalangi Lagi
“Wahai Larumbalangi, negeri kami kini dilanda musibah lagi,” ucap salah satu utusan setelah bertemu dengan Larumbalangi.
“Ada musibah apa lagi yang menimpa kalian?” tanya Larumbalangi tanpa terlihat khawatir.
“Negeri kami kini dilanda bencana yang sangat mengerikan dan mematikan, Tuan!” ucap seorang utusan yang lain seraya menceritakan semua kematian yang terjadi di negeri mereka.
“Begitukah? Kalau begitu keadaannya, segeralah kembali ke negeri kalian. Tak lama lagi, semua musibah ini akan segera berakhir,” ujar Larumbalangi dengan penuh keyakinan.
Meskipun sempat ragu, namun para utusan itu akhirnya pergi dan kembali ke Negeri Sorume. Setelah kepergian mereka, Larumbalangi segera memejamkan mata dan memusatkan konsentrasinya. Ia membaca doa seraya menengadahkan kedua tangannya ke langit.
“Ya Tuhan, selamatkanlah seluruh penduduk Negeri Sorume dari bencana ini. Turunkanlah hujan yang deras sehingga bangkai burung garuda dan ulat-ulat itu bisa hanyut terbawa arus banjir!” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Benar saja, tak lama kemudian Tuhan pun mengabulkan permohonan Larumbalangi. Cuaca di Negeri Sorume yang awalnya cerah, mendadak menjadi gelap gulita. Awan gelap menggumpal menjadi hitam dan suara petir terdengar menyambar bersahut-sahutan.
Hujan deras pun turun tanpa henti selama tujuh hari tujuh malam dan menyebabkan seluruh sungai di negeri tersebut dilanda banjir besar. Untungnya, bangkai dan tulang belulang burung garuda itu juga terbaaw serta oleh arus air sungai. Begitu pula dengan ulat-ulat yang melekat di dedaunan dan pepohonan pun hanyut sampai ke laut.
Pada akhirnya, gunung tempat terjatuh dan terbunuhnya burung garuda itu dinamakan Gunung Mekongga. Sementara sungai besar tempat hanyutnya bangkai sang burung dinamakan Sungai Lamekongga.
Budak laki-laki bernama Tasahea dari Negeri Loeya yang berhasil menaklukkan burung garuda tersebut akhirnya diangkat derajatnya menjadi bangsawan. Sementara Larumbalangi diangkat menjadi pemimpin Negeri Sorume.
Unsur Intrinsik Asal Mula Gunung Mekongga
Setelah membaca ringkasan cerita asal usul Gunung Mekongga di atas, jangan lupa baca juga sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya. Mulai dari tema, tokoh dan perwatakannya, latar, alur, hingga pesan moral yang bisa didapatkan dari kisahnya. Berikut ulasannya:
1. Tema
Inti cerita dari asal mula penamaan Gunung Mekongga ini adalah tentang perjuangan warga Negeri Sorume. Khususnya ketika ada serangan dari burung garuda pada ternak-ternak mereka dan ketika ada bencana penyakit yang mematikan setelah kematian burung garuda tersebut.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang disebutkan dalam cerita asal mula Gunung Mekongga yang satu ini. Namun, hanya ada dua tokoh yang disebutkan namanya secara spesifik, yaitu Larumbalangi dan Tasahea.
Larumbalangi merupakan seorang pemuda yang cerdas, sakti, dan baik hati dari Negeri Solumba. Hal itu bisa terlihat dari sikapnya ketika dengan senang hati ia memberikan saran untuk menolong Negeri Sorume yang tengah terkena masalah dua kali.
Sementara Tasahea adalah seorang budak dari Negeri Loeya. Ia memiliki sifat pemberani dan tak ragu menjadi umpan di tengah Padang Bende. Selain itu, dengan penuh keberanian ia juga melemparkan bambu runcing ka arah sang burung garuda hingga membuat burung itu terluka parah.
Selain kedua tokoh tersebut, ada juga beberapa tokoh lain yang tidak disebutkan namanya dan tidak memiliki watak yang menonjol. Di antaranya adalah pemimpin Negeri Sorume, sesepuh Negeri Soruma, para utusan yang diminta untuk menemui Larumbalangi, dan para ksatria pemberani yang berniat membunuh sang burung garuda.
3. Latar
Latar lokasi yang banyak disebutkan dalam cerita asal mula Gunung Mekongga ini adalah Negeri Sorume yang kini dikenal dengan nama Negeri Kolaka. Daerah tersebut terletak di Sulawesi Tenggara. Selain itu, disebutkan juga sebuah lokasi yang sering dilewati oleh para petani di Negeri Sorume, yaitu Padang Bende. Di padang tersebut juga menjadi tempat berakhirnya
Selain Negeri Sorume, ada juga Negeri Solumba yang kini dikenal dengan nama Belandete, tempat Larumbalangi berasal. Kemudian ada juga Negeri Loeya yang merupakan asal dari Tasahea, sang budak yang berhasil mengalahkan burung garuda.
4. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita asal mula Gunung Mekongga ini adalah alur maju. Kisahnya dimulai dari kemunculan burung garuda yang meresahkan warga Negeri Sorume. Pasalnya, sang burung garuda sering kali memangsa binatang ternak milik penduduk Negeri Sorume.
Karena resah, mereka akhirnya meminta tolong pada Larumbalangi yang tinggal di Negeri Solumba. Larumbalangi pun menyarankan pada warga Negeri Sorume untuk menemukan seorang pemberani yang akan dijadikan umpan bagi burung garuda dengan cara dikurung di tengah pagar bambu runcing di Padang Bende.
Setelah menemukan seorang budak bernama Tasahea yang bersedia menjadi umpan, mereka pun mempersiapkan segalanya di Padang Bende. Dan benar saja, sang burung garuda akhirnya bisa dikalahkan berkat bambu runcing yang melukai tubuh yang burung raksasa itu.
Burung garuda itu pun berusaha melarikan diri ke Kampung Pomalaa. Namun, di tengah jalan ia terjatuh di sebuah puncak gunung karena kehabisan tenaga dan mati di sana. Hal itu tentu saja membuat warga Negeri Sorume bahagia.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama karena setelahnya muncullah wabah penyakit yang membunuh warga sekitar dan juga tanaman yang ditanam warga. Mereka pun berusaha meminta tolong Larumbalangi lagi. Untungnya, berkat doa dari Larumbalangi, hujan turun deras di Negeri Sorume dan meluruhkan semua penyakit juga bangkai sang burung garuda hingga ke laut.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita asal mula Gunung Mekongga yang satu ini. Salah satunya adalah tentang keutamaan sifat tidak mudah putus asa. Meskipun ada masalah yang terjadi pada Negeri Sorume, seluruh warganya tidak pernah hanya berdiam diri dan putus asa begitu saja. Mereka berusaha keras untuk mencari bantuan agar negeri mereka bisa terlepas dari musibah yang menimpa.
Selain unsur intrinsik, dalam cerita asal mula Gunung Mekongga ini juga bisa didapatkan sedikit unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal dari luar cerita yang memengaruhi jalannya kisah asal mula Gunung Mekongga, seperti nilai sosial, budaya, dan moral dari warga sekitar Sulawesi Tenggara.
Fakta Menarik tentang Asal Mula Gunung Mekongga
Sudah puas membaca unsur intrinsik seputar asal mula Gunung Mekongga? Jangan lupa ketahui juga sedikit fakta menariknya, yuk! Berikut ulasannya:
1. Tentang Gunung Mekongga
Setelah membaca tentang asal mula penamaannya, tak ada salahnya jika kamu mengetahui juga beberapa fakta terkait Gunung Mekongga itu. Setidaknya agar kamu tak lagi perlu bertanya-tanya seputar berapa ketinggian Gunung Mekongga, apakah aktif atau tidak, atau atau bagaimana cara ke sana.
Gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Kolaka, Provisnsi Sulawesi Tenggara. Puncak tertingginya memiliki ketinggian sekitar 2.620 meter di atas permukaan laut. Puncaknya terbuat dari jenis batuan karst dataran tinggi yang secara geologis terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu.
Gunung Mekongga juga memiliki jalur pendakian yang dimulai dari Dusun Surolako, Desa Rantebaru di Kecamatan Ranteangin. Lokasi tersebut dapat dicapai menggunakan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota Kolaka.
Perjalanan pendakian hingga ke puncak setidaknya membutuhkan waktu sekitar lima sampai enam hari. Nantinya, para pendaki akan digusgui pemandangan suasana hutan tropis yang masih belum banyak dijamah orang, didampingi merdunya kicau burung, dan jika beruntung, bisa berpapasan dengan anoa liar, tawon raksasa, atau elang hitam Sulawesi.
Menariknya lagi, puncak Mekongga berbentuk kubah yang sangat luas. Di sana terdapat beberapa goa yang dipenuhi stalagmit dan stalagtit yang indah.
2. Diangkat menjadi Animasi Pendek
Kisah asal mula penamaan Gunung Mekongga ini memang cukup menarik dibacakan kepada buah hati tercinta. Bahkan, hal itu juga menjadi inspirasi bagi para animator untuk membuat video animasi pendek seputar kisahnya. Kamu pun bisa menjumpai beberapa video animasi tersebut di YouTube dengan mudah.
Penggunaan video animasi itu bisa mempermudah dalam penyampaian kisah asal mula Gunung Mekongga kepada si kecil, karena menggunakan gambar yang menarik. Kamu bisa saja menayangkan videonya di televisi atau ponsel dan membiarkan si kecil mendengarkan kisahnya sendiri. Seru, bukan?
Sudah Puas Membaca tentang Asal Mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara?
Jadi bagaimana? Sudah puas membaca cerita rakyat asal mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara di atas? Ceritanya cukup menarik untuk dibacakan pada buah hati atau keponakan tersayang, kan?
Kalau masih ingin membaca dongeng atau legenda lain yang tak kalah menarik dari Sulawesi, langsung saja cek artikel-artikel di PosKata. Di antaranya adalah Legenda La Moelu dari Sulawesi Tenggara atau kisah La Tongko Tongko dari Sulawesi Selatan.