Kerajaan Gowa-Tallo merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang besar di daerah Indonesia bagian Timur. Lantas, apa yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan tersebut? Kalau ingin mengetahui jawabannya, kamu bisa simak ulasan tentang penyebab runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo di sini.
Salah satu faktor yang sering menjadi penyebab runtuhnya sebuah kerajaan adalah karena perebutan kekuasaan. Namun, apakah hal itu juga yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo?
Untuk membuktikannya, kamu bisa menemukan jawabannya pada artikel ini. Selain mengenai penyebab runtuhnya, di sini nanti kamu juga akan menyimak sedikit ulasan tentang masa kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo.
Semakin penasaran, kan? Kalau begitu, nggak usah buang-buang waktu lagi. Langsung cek saja ulasan lengkapnya di bawah ini, yuk!
Masa Kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai penyebab runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo, ada baiknya kamu menyimak ulasan tentang masa kejayaannya terlebih dahulu. Informasi ini hanyalah sebagai tambahan wawasan untuk mengetahui seberapa besarnya kerajaan tersebut pada waktu itu.
Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Hasanuddin. Salah satu buktinya adalah wilayahnya yang semakin luas.
Bahkan, kerajaan seperti Ruwu, Soppeng, Wajo, dan Bone juga berhasil dikuasai. Wilayahnya tidak terbatas di Makassar saja, tetapi juga sampai Nusa Tenggara Barat.
Pada masa pemerintahannya pula, kerajaan tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam dunia perdagangan di wilayah timur. Seperti yang mungkin sudah kamu ketahui, Kerajaan Gowa-Tallo letaknya berada di wilayah strategis di jalur perdagangan laut.
Pelabuhan-pelabuhan dikelola dengan baik dan keamanannya terjamin. Hal tersebut tentu saja membuat banyak pedagang tertarik dan memutuskan untuk singgah ke sini.
Terlebih lagi ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, banyak sekali pedagang-pedagang, khususnya yang muslim, memilih untuk bersinggah ke pelabuhan kerajaan tersebut. Karena semakin berkembang dengan baik dan begitu pesat, kerajaan ini pun menjadi pusat perdagangan. Baik itu dalam negeri dan juga internasional.
Baca juga: Prasasti-Prasasti Peninggalan yang Menjadi Bukti Eksistensi Kerajaan Mataram Kuno
Faktor yang Menjadi Penyebab Runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo
Setelah mengetahui sedikit informasi tentang kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo, tibalah saatnya untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaanmu tentang penyebab runtuhnya kerajaan tersebut. Hal ini dimulai dari keinginan VOC yang ingin merebut dan memonopoli perdagangan rempah di Makassar.
Mengetahui niat Belanda, Sultan Hasanuddin pada awalnya melakukan perlawanan secara halus. Ia melarang para pedagang untuk tidak menjual apa pun kepada Belanda.
Kejadian ini tentu saja memicu kemarahan pihak Belanda. Sebagai balasannya, mereka kemudian memblokade semua pelabuhan Kerajaan Gowa-Tallo.
Karena hal tersebut, timbullah perseteruan yang sengit antara Belanda dengan Sultan Hasanuddin. Sang sultan memang dikenal sebagai pemimpin yang gigih, tangguh, dan tidak kenal takut. Maka dari itu, ia mengerahkan segala cara untuk mengusir Belanda dari wilayah kerajaannya.
Selama bertahun-tahun kedua kubu itu terus berseteru dan berperang. Banyak korban jatuh dari kedua belah pihak karena mereka memiliki pasukan yang sama-sama kuat.
Sadar jika tidak dapat bertarung secara fisik terus-terusan, Belanda kemudian mencari cara lain untuk menumbangkan Sultan Hasanuddin. Akhirnya, mereka berhasil merekrut Arung Palakka, Sultan Bone, untuk menghancurkan Kerajaan Gowa-Tallo.
Motif dari keterlibatan Sultan Bone tersebut sebenarnya cukup sederhana. Ia hanya ingin membebaskan rakyatnya dari Kerajaan Gowa-Tallo. Karena seperti yang kamu baca di atas, Kerajaan Bone merupakan salah satu kerajaan yang ditaklukkan oleh Sultan Hasanuddin.
Baca juga: Peninggalan-Peninggalan Sejarah yang Membuktikan Keberadaan Kerajaan Banten
Berakhir dengan Perjanjian Bongaya
Dengan bantuan Arung Palakka, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis Speelman menyerang Benteng Somba Opu. Peperangan tersebut terjadi sekitar tahun 1667.
Karena besarnya kekuatan musuh yang harus dihadapi, pasukan sultan yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur itu kewalahan dan kemudian terdesak. Kekuatan pasukan pada saat itu tidaklah sebanding karena Belanda memiliki persenjataan yang lebih canggih.
Ibu kota kerajaan juga sudah dikuasai oleh pihak lawan. Mau tidak mau, ia mengakui kekalahannya dengan menandatangani Perjanjian Bongaya.
Isi dari perjanjian tersebut tentu saja sangat merugikan pihak Sultan Hasanuddin. Adapun isinya adalah sebagai berikut:
- Belanda dapat mendirikan benteng di Makassar.
- Semua benteng harus dihancurkan, kecuali Benteng Rotterdam.
- VOC mendapatkan hak penuh untuk memonopoli perdagangan di Makassar.
- Daerah-daerah yang dikuasai oleh Kerajaan Gowa-Tallo seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makassar harus dilepaskan, yang boleh tersisa hanyalah wilayah Gowa saja.
- Sultan Hasanuddin harus mengakui Arung Palakka sebagai Raja Bone.
- Kerajaan Gowa harus tertutup bagi bangsa asing, kecuali VOC.
- Kerajaan Gowa-Tallo harus membayar kerugian akibat perang yang terjadi selama ini.
Meski mengetahui kalau sangat merugikan, Sultan Hasanuddin tidak dapat berbuat banyak. Hal itu dikarenakan benteng pertahanan dan juga ibu kota sudah diambil alih oleh pihak lawan.
Penandatanganan Perjanjian Bongaya tentu saja memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian. Secara otomatis, kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di bagian timur Indonesia pun berakhir.
Setelah penandatanganan perjanjian tersebut, sebenarnya Sultan Hasanuddin pernah melakukan perlawanan. Namun karena jumlah pasukannya tak banyak, maka dapat ditangani dengan mudah oleh pasukan Belanda.
Pada tahun 1669, Sultan Hasanuddin kemudian memutuskan untuk turun tahta karena menderita sakit. Pemerintahan Kerajaan Gowa-Tallo selanjutnya berada di tangan anak lelakinya, yaitu Sultan Amir Hamzah.
Sepeninggal sang sultan, kerajaan tersebut tidak dapat mengembalikan kejayaannya seperti sedia kala. Pemimpin penerusnya tidak memiliki kedaulatan penuh karena seluruh wilayah dikendalikan oleh Belanda.
Baca juga: Masa Kejayaan dan Penyebab Runtuhnya Kerajaan Aceh Darussalam
Sudah Mendapatkan Jawaban dari Penyebab Runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo?
Itulah tadi ulasan tentang masa kejayaan beserta penyebab runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo yang dapat kamu baca di sini. Bagaimana? Apakah kamu sudah mendapatkan jawaban untuk memuaskan rasa penasaranmu? Semoga saja iya.
Kalau misalnya masih ingin ulasan informasi menarik dari kerajaan ini, tidak perlu bingung. Kkamu bisa cek saja artikel-artikel yang lainnya.
Nah, untuk yang mungkin mencari informasi serupa tentang kerajaan-kerajaan lain di nusantara, seperti Majapahit, Tarumanegara, atau Demak, kamu juga bisa mendapatkannya di sini. Jadi, tunggu apalagi? Baca terus PosKata, ya!