
Ikhlas dapat digolongkan ke dalam kelas kata adjektiva (kata sifat). Arti ikhlas adalah a bersih hati; tulus hati.
Ikhlas bersinonim dengan jujur; rela; tulus. Ikhlas berlawanan arti dengan pamrih. Berikut ini pembahasan lebih lengkap tentang makna kata dan pengertian ikhlas.
Bentuk tidak baku: ihlas, iklas(1) ikhlas [ikh.las] adjektif (kata sifat)
- bersih hati; tulus hati
contoh:
memberi pertolongan dengan ikhlas
Sinonim: jujur, lila, lurus hati, mukhlis, mustakim, rela, sukarela, tulus
Antonim: pamrih
Kata Turunan dari Ikhlas
keikhlasan, mengikhlaskan
Kamus Indonesia - Inggris
Terjemahkan ikhlas dalam bahasa Inggris di Google Translate.
Pengertian Ikhlas
Tahu arti ikhlas menurut KBBI saja belum cukup. Pengertian ikhlas yang lebih mendalam juga perlu dipahami dan dihayati agar kamu mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terlebih lagi, ikhlas dapat dimaknai berdasarkan arti kata dan asal bahasanya. Untuk informasi yang lebih lengkap, simak penjelasan berikut ini.
Ikhlas Secara Etimologi
Kata ikhlas diambil dari bahasa Arab, yaitu خَلَصَ (ḵalaṣa). Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata ini artinya adalah bersih, lurus, dan suci.
Bukan itu saja, ikhlas juga dapat didefinisikan ke dalam beberapa pengertian lain, yaitu (1) pengabdian yang tulus, keterikatan setia, kasih sayang tulus; (2) ketulusan, terus terang; (3) kesetiaan; dan (4) kemurnian, kepolosan.
Ikhlas Menurut Ulama
a. Abul Qosim Al Qusyairi
Pengertian ikhlas menurut Abul Qosim adalah menjadikan niat dalam melakukan amalan ketaatan hanya untuk Allah. Ia menambahkan, ikhlas ialah membersihkan amalan dari komentar manusia.
Maksudnya, sebuah amalan hendaknya dikerjakan semata-mata dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Amalan tersebut bukan untuk mendapatkan pujian dari atau perlakuan baik dari manusia.
b. Hudzaifah Al Mar’asiy
Ulama yang satu ini berpendapat bahwa ikhlas berkaitan dengan adanya kesamaan antara yang zhohir (lahir) dan yang batin dari seorang hamba, baik dalam niat maupun perbuatan.
c. Al Fudhail bin ‘Iyadh
Al Fudhail menuturkan, meninggalkan amalan karena manusia adalah riya dan beramal karena manusia termasuk ke dalam kesyikiran. Sementara ikhlas adalah jika seseorang selamat dari kedua hal tersebut.
d. Dzun Nuun
Dzun Nuun bisa dibilang tidak menjelaskan secara langsung definisi dari ikhlas. Meski begitu, ulama yang satu ini mengungkap bahwa suatu amalan dapat dikatakan ikhlas apabila memiliki tiga tanda, yaitu:
- Seseorang melupakan amalan kebajikan yang pernah diperbuat.
- Seseorang mengharapkan mendapat balasan amalannya di akhirat kelak.
- Seseorang merasa sama antara pujian dan celaan orang (jika amalannya dicela orang lain).
e. Abu Utsman
Seorang ulama bernama Abu Utsman pernah menyebutkan, ikhlas adalah melupakan pandangan orang lain dengan senantiasa memperhatikan bagaimana penilaian Allah.
f. Al Harawi
Pengertian ikhlas yaitu membersihkan amalan dari semua noda. Al Harawi juga berkata, seseorang yang ikhlas adalah mereka yang tidak mencari perhatian dari manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah.
g. Al ‘Izz bin Abdis Salam
Definisi lain dari ikhlas diungkapkan pula oleh ulama Al ‘Izz bin Abdis Salam. Menurutnya, ikhlas berkenaan dengan seorang mukalaf (orang dewasa yang wajib menjalankan hukum agama) yang melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah.
Ia tidak mengharapkan pengagungan atau penghormatan dari manusia, dan tidak pula berharap menerima manfaat dan membuat dirinya terhindar dari bahaya usai mengerjakan suatu amalan.
Makna Ikhlas dalam Islam
Dari beberapa pengertian menurut ulama di atas, pada intinya ikhlas ialah segala sesuatu yang diniatkan karena Allah. Dalam Islam, hal ini dapat disebut pula dengan istilah ikhlas karena Allah.
Seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, ikhlas karena Allah artinya, apabila seseorang melaksanakan ibadah dengan tujuan untuk taqarrub (menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah) dan demi mencapat kemuliaan-Nya.
Dalil tentang Ikhlas
Setelah paham tentang arti kata dan pengertiannya, jangan lupa ketahui pula mengenai dalil-dalil yang berbicara tentang keikhlasan. Dalil tentang ikhlas dapat ditemukan di Alquran maupun hadis sebagaimana tertera pada uraian di bawah ini.
a. Dalil tentang Ikhlas Menurut Firman Allah dalam Alquran
- Surah Al An’aam ayat 162–163
Katakanlah, “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” - Surah Az Zumar ayat 11–14
Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” Katakanlah, “Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.” - Surah An Nisa ayat 125
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?
b. Dalil tentang Ikhlas dalam Hadis
- Hadis Riwayat An Nasai
Dari Abu Umamah Al Bahiliy, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, ‘Bagaimanakah pendapat engkau apabila ada seorang laki-laki berperang untuk mencari pahala dan nama? Lalu apa yang ia dapat?’ Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Ia tidak mendapatkan apa-apa’. Orang itu mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali, dan Rasulullah SAW menjawab, ‘Ia tidak mendapatkan apa-apa.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak mau menerima amal kecuali amal yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan mencari keridaan-Nya’.” - Hadis Riwayat Muslim
Abu Hurairah berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Allah Tabaaroka wa Ta’aalaa berfirman, ‘Aku tidak mau dipersekutukan. Barang siapa beramal suatu amal yang mana di dalamnya ia menyekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku tinggalkan ia pada sekutunya itu’.” - Hadis Riwayat Bukhari
Dari Umar bin Khaththab, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya. Maka barang siapa yang berhijrah karena menginginkan keuntungan dunia yang akan didapatnya atau karena menginginkan wanita yang dia akan mengawininya, maka hijrahnya itu akan mendapatkan sesuai apa yang ia berniat hijrah padanya’.”