Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki banyak warisan budaya, termasuk cerita rakyat yang inspiratif. Salah satu cerita rakyat yang populer dari NTB adalah La Golo. Simak kisah lengkapnya dalam artikel ini, yuk!
Cerita rakyat La Golo dari NTB merupakan salah satu dongeng yang banyak dituturkan secara turun-temurun. Selain sebagai media hiburan, dongeng ini juga mengandu pesan moral yang cocok disampaikan kepada anak-anak.
Nah, bila belum familier dengan kisah La Golo, kamu dapat menjumpai pembahasan cerita rakyatnya secara lengkap dalam artikel ini. Bahkan, kamu juga akan menemukan pembahasan tentang unsur intrinsik dan fakta menarik dari dongeng asal NTB tersebut.
Lantas, kira-kira seperti apa cerita rakyat La Golo dari NTB beserta ulasannya? Daripada semakin penasaran, lebih baik kamu langsung cek saja uraian lengkapnya dalam pembahasan berikut, yuk!
Cerita Rakyat La Golo dari NTB
Pada zaman dahulu kala, terdapat keluarga kaya raya yang terdiri dari sepasang suami istri. Mereka hidup di sebuah desa kecil di wilayah Nusa Tenggara Barat. Pasangan suami istri itu dikenal sebagai saudagar yang baik hati, suka menolong, dan disegani oleh seluruh warga desa.
Sehari-hari, pasangan suami istri itu saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan pekerjaan. Di waktu senggang, mereka juga sering memberikan pertolongan kepada para tetangga mereka yang membutuhkan.
Meskipun tampak seperti keluarga bahagia, pasanga suami istri itu sebenarnya sudah lama mendambakan kehadiran seorang anak sebagi pewaris harta. Mereka tanpa pelah memanjatkan doa kepada Yang Maha kuasa agar bisa memiliki anak.
Setelah berhari-hari, akhirnya permintaan pasangan suami istri itu dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta. Sang istri berhasil mengandung dan setelah sembilan bulan melahirkan anak laki-laki yang sehat.
Anak laki-laki itu kemudian diberi nama La Golo oleh orangtuanya. Arti nama La Golo adalah seorang laki-laki pembawa golok atau bisa juga dimaknai sebagai pembuka jalan.
Pasangan suami istri itu merawat La Golo dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kehadirannya yang telah lama didambakan tentunya membuat ayah dan ibu itu memanjakan anak mereka.
Sifat Pemalas dan Kenakalan La Golo
La Golo tumbuh menjadi seorang anak yang pemalas. Jika di rumah, ia lebih suka tidur daripada membantu usaha kedua orangtuanya. Bila bermain di luar rumah, anak laki-laki itu kerap berkelahi dengan teman-temannya.
Setiap hari, ada saja laporan dari para tetangga pasangan itu yang komplain. Mereka tidak terima karena anak mereka dilukai oleh putra pasangan kaya tersebut. Pasangan suami istri itu meminta maaf dan menanggung biaya pengobatan anak-anak korban La Golo.
Malu dengan perilaku anaknya, ayah dan ibu La Golo memarahi anak semata wayang mereka. Namun, La Golo mengabaikan teguran orangtuanya dan tidak mau introspeksi diri.
Tahun demi tahun berlalu, La Golo menjadi pemuda yang malas-malasan dan wataknya tidak berbeda dibandingkan saat ia masih kecil. Ia tetap saja lebih suka tidur di rumah ataupun membuat keonaran.
Pada suatu hari, ayah La Golo memanggil anak tunggalnya. “Nak, kamu sudah berumur 17 tahun. Sesuai dengan adat di desa kita, kamu wajib pergi berburu hewan di hutan,” terang ayah La Golo.
Mendengar perintah sang ayah, La Golo langsung menolak dan berusaha mencari alasan supaya ia tidak ikut pergi ke hutan. “Buat apa aku harus ke hutan berburu hewan, Yah? Daripada aku mengejar-ngejar hewan di hutan, lebih baik aku tidur di rumah,” ujar pemuda itu.
Ayah La Golo tetap bersikeras menyuruh anaknya untuk berburu ke hutan. “Tidak bisa. Kamu wajib iku berburu karena itu sudah menjadi ada di desa kita sejak puluhan tahun yang lalu.”
“Jika tidak mau berburu, kamu wajib menemui ketua adat dan mendapatkan hukuman. Bukan hanya itu saja, seluruh penduduk desa akan mengecapmu sebagai laki-laki lemah dan pengecut. Kamu mau?” jelas sang ayah.
Kegiatan Berburu di Hutan yang Berujung Perpisahan
Mau tak mau, La Golo menyetujui permintaan ayahnya. Setelah menyiapkan senjata berburu dan perbekalan selama perjalanan, ia dan ayahnya bersama dengan beberapa orang dari desa mereka berangkat ke hutan.
La Golo yang tidak terbiasa berjalan jauh merasa kelelahan dan kemudian bertanya-tanya kepada ayahnya kapan mereka akan tiba. Ayahnya hanya mengatakan padanya untuk segera berjalan cepat supaya tidak ketinggalan.
“Ayah, aku sudah lelah. Aku tidak kuat kalau aku harus berjalan jauh dengan membawa busur, panah, dan parang. Selain itu, aku juga membawa perbekalan kita yang tidak sedikit,” keluh La Golo.
“Ya sudah kalau begitu. Busur, panah, parang, dan perbekalan yang kamu bawa, biar ayah saja yang bawa,” ucap ayah La Golo. Setelah memberikan semua barang bawaannya, La Golo kembali mengikuti rombongan yang ingin berburu itu.
Namun, bukannya berjalan dengan penuh semangat, La Golo justru sengaja berjalan lambat supaya berada di barisan rombongan belakang. Tanpa diketahui siapa pun, pemuda ini kemudian diam-diam beristirahat di bawah pohon dan tidak melanjutkan perjalanan.
“Ah, aku sudah lelah. Biarlah aku beristirahat di sini. Rombongan itu juga akan lewat jalan sini nanti untuk pulang,” ujar La Golo. Namun, ketika sedang menikmati angin sepoi-sepoi, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suatu suara aneh.
Baca juga: Cerita Mukjizat Nabi Isa As dan Riwayatnya dalam Alquran untuk Menambah Wawasan
Tak Bisa Pulang dan Pertemuan dengan Sandari
La Golo lantas segera beranjak dari tempat peristirahatannya dan mencari sumber suara aneh itu. Ia pun menemukan sebuah pohon yang besar dan mempunyai buah berwana hijau muda berbentuk seperti tabung berlubang bergelantungan menjuntai ke bawah.
Suara aneh yang didengar oleh La Golo ternyata berasal dari lubang buah itu. Setelah rasa penasarannya terjawab, pemuda itupun kembali ke arah tempat peristirahatannya tadi. Sayangnya, ia lupa jalan sehingga merasa kebingungan bagaimana untuk kembali ke tempat yang dilalui oleh rombongan ayah dan laki-laki dari desanya.
Dikisahkan dalam cerita rakyat La Golo dari NTB bahwa pemuda itu berjalan ke sana ke mari sambil berteriak memanggil ayahnya berharap sang ayah akan mendengar suaranya. Namun, harapan itu hanya berakhir dengan sia-sia karena tak ada seorang pun yang datang untuk menjemputnya.
Selama berhari-hari terjebak di dalam hutan, La Golo bertahan hidup dengan memakan buah-buahan. Pemuda itu juga tak henti-hentinya menyusuri jalanan dalam hutan untuk bisa menemukan jalan pulang. Ketika malam datang, La Golo terpaksa harus menahan dingin karena ia tidur di atas tanah tanpa selimut.
Pada suatu hari, La Golo dibangunkan oleh sosok laki-laki muda yang ternyata adalah seorang pemburu. “Hei, bangunlah. Kenapa kamu dalam keadaan yang menyedihkan dan sendirian dalam hutan ini?” tanya sang pemburu.
“Aaa! Siapa kamu? Apakah kamu manusia? Atau kamu adalah jin penunggu hutan ini?” tanya La Golo bertubi-tubi dengan nada terkejut.
“Aku manusia. Namaku Sandari dan aku adalah seorang pemburu serta petualang yang melintasi hutan ini. Kamu siapa?” tanya Sandari kepada La Golo.
“Namaku La Golo. Aku sendirian karena terpisah dari rombongan ayah dan para pemuda dari desaku yang ingin berburu di hutan ini,” jawab La Golo sembari menitikkan air mata.
“Hei, jangan jadi manusia cengeng. Jika mau, aku bisa mengajarimu bagaimana caranya berburu. Bagaimana?” tawar Sandari. La Golo yang mendengar penawaran Sandari langsung menganggukkan kepala tanpa ragu-ragu.
Pertarungan dengan Dua Raksasa
Ternyata, Sandari adalah seorang pemburu yang handal dan berpengalaman. Ia dikisahkan dalam cerita rakyat La Golo dari NTB mengajari cara menggunakan panah dan busur dengan penuh kesabaran. Sandari juga memberikan trik untuk La Golo supaya bisa membidik busur panah ke arah kancil yang sedang berlari kencang.
Tak hanya berburu, Sandari juga mengajarkan La Golo bagaimana caranya memanjat pohon dengan cepat layaknya seekor monyet. Selain itu, ilmu bercocok tanam juga diberikan Sandari kepada pemuda itu. Selama berbulan-bulan menghabiskan waktu bersama, Sandari dan La Golo pun semakin mengenal satu sama lain.
Sandari hidup sebatang kara karena kedua orangtuanya sudah lama meninggal. Maka dari itu, Sandari memutuskan untuk menjadi seorang petualang. Kenangan La Golo terhadap kedua orangtuanya pun muncul setelah mendengar cerita Sandari.
Kedua pemuda itu memutuskan untuk melakukan petualangan bersama-sama. Suatu hari di tengah perjalanan, mereka berjumpa dengan sepasang raksasa pemakan manusia yang bernama Ompu dan Wa’i Ranggasana.
“Kebetulan sekali kita bisa menemukan dua manusia yang cukup kita makan,” ujar Ompu. Wa’i Ranggasana yang mendengarnya juga ikut bahagia karena mereka tidak perlu repot-repot mencari mangsa untuk beberapa hari ke depan.
Sandari lalu meminta La Golo untuk bersiap-siap menunjukkan kemampuannya memanah. Tanpa membuang waktu, La Golo segera membidikkan anak panahnya ke arah raksasa Ompu. Panahnya dengan sukses menancap di bagian jantung Ompu dan membuat raksasa itu menemui kematiannya.
Melihat suaminya tewas, Wa’i Ranggasana dipenuhi dengan kemarahan dan bersiap-siap hendak menyerang La Golo. Sayangnya, sebelum raksasa perempuan itu sempat melukai La Golo, sebuah anak panah sudah mengenai organ vitalnya. Wa’i Ranggasana pun menyusul kematian suaminya.
Sandari dan La Golo kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah berhasil membunuh dua raksasa yang ingin memakan mereka. Mereka kemudian sampai di sebuah alun-alun kerajaan.
Mengikuti Kontes Adu Ketangkasan Kerajaan
Di alun-alun itu, terdapat banyak orang yang sedang berkumpul. Mereka tengah menonton adu ketangkasan yang digelar oleh para prajurit kerajaan. Dengan percaya diri, La Golo pun mengikuti adu ketangkasan itu.
Lomba pertama adalah memanjat pohon dengan dibatasi waktu tertentu. Lawan La Golo adalah para prajurit kerajaan. Mengaplikasikan ilmu yang telah ia terima dari Sandari, sang pemuda itu dengan mudahnya mengalahkan lawan-lawannya.
Selanjutnya, dalam cerita rakyat La Golo dari NTB, dikisahkan ada lomba memanah. Lawan La Golo ternyata tidak hanya para prajurit, tapi juga ksatria punggawa kerajaan. Meskipun begitu, keahlian memanah pemuda itu tetap mengungguli lawan-lawannya.
Para penonton yang menyaksikan seorang pemuda biasa bisa mengalahkan prajurit dan ksatria punggawa kerajaan pun bersorak dan berteriak kagum. Lawan-lawan La Golo pun ikut memuji kehebatan laki-laki ini.
Setelah berhasil mengalahkan lawan-lawannya, La Golo kemudian diminta untuk menerima hadiah emas yang telah dijanjikan. Hadiah itu diserahkan langsung oleh sang raja yang ternyata ikut menonton adu ketangkasan itu.
“Siapa namamu anak muda? Aku sangat kagum dengan keahlian yang kamu miliki!” puji sang raja.
“Nama hamba La Golo, Yang Mulia. Semua keahlian saya yang Yang Mulia lihat itu sebenarnya adalah ajaran dari sahabat saya, Sandari” jawab La Golo.
“Kalian memang benar-benar hebat. Sudah sewajarnya kalau dua sahabat saling membantu dan mendorong untuk maju. Baiklah, terimalah hadiah kantung emas ini.” ujar sang raja.
“Mohon maaf, Yang Mulia, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Kalau Yang Mulia berkenan, bantulah hamba kembali ke kampung halaman. Hamba hanya ingin berjumpa lagi dengan kedua orangtua hamba,” pinta La Golo.
Sang raja yang mendengar penuturan La Golo merasa heran karena hadiahnya ditolak. Namun, sang raja menerima permintaan pemuda itu dan kemudian menyuruh salah satu utusannya untuk mencari di mana kampung halaman La Golo berada.
Kembali ke Kampung Halaman dan Berjumpa dengan Orangtua
Beberapa hari kemudian, La Golo, Sandari, dan rombongan kerajaan bepergian ke arah kampung yang menjadi tempat kelahiran La Golo. Bukan hanya itu saja, sang raja ternyata tetap bersikeras meminta La Golo untuk membawa hadiahnya pulang.
Sesampainya di kampung halaman, La Golo segera mencari rumah orangtuanya. Kedua orangtua pemuda itu menangis bahagia ketika berjumpa dengan anak semata wayang mereka. Pasangan suami istri itu mengira kalau La Golo sudah menjadi mangsa hewan-hewan di hutan.
Saat keluarga itu berkumpul, La Golo pun menceritakan pengalamannya selama tidak bisa pulang ke rumah. Ia juga menceritakan kepada orangtuanya bagaimana Sandari mengajarkan berbagai ilmu kepadanya, dari memanah hingga bercocok tanam.
Tak hanya itu, La Golo juga mengungkapkan pengalamannya yang berhasil menjadi pemenang dalam adu ketangkasan yang diadakan oleh istana. Dari situlah, orangtua pemuda itu mengetahui alasan kenapa La Golo dan Sandari dikawal oleh para prajurit kerajaan di perjumpaan mereka.
Mendengar cerita dari putranya, kedua orangtua La Golo sangat berterima kasih kepada Sandari karena berhasil mengubah putra tunggal mereka dari seseorang pemalas menjadi pemuda yang kaya ilmu dan keahlian. Sandari menerima rasa terima kasih kedua orangtua La Golo dengan senang hati.
“Sandari, bagaimana kalau kamu tinggal saja bersama kami di sini? Anggaplah kami ini sebagai keluargamu yang baru. Apakah kamu keberatan?” tanya ayah La Golo.
Sandari mengiyakan permintaan ayah La Golo. Sejak saat itu, ia diangkat menjadi anak dan saudara angkat dari La Golo. Dua pemuda itu sehari-hari dengan tekun membantu pekerjaan kedua orangtuanya.
Begitulah akhir cerita rakyat La Golo dari NTB. Keluarga pemuda itu dikisahkan hidup dengan damai dan bahagia karena memiliki anak angkat baru serta anak kandung yang tak lagi pemalas.
Baca juga: Cerita Rakyat Tuan Tapa Sakti dan Putri Naga dari Aceh beserta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik Kisah La Golo
Kamu sebelumnya telah menyimak tentang cerita rakyat La Golo dari NTB dalam penjelasan di atas. Kali ini, ada pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsik dalam dongen tersebut. Yuk, langsung cek saja!
1. Tema
Tema atau gagasan utama dari dongeng asal NTB di atas adalah perjalanan nasib seseorang. La Golo yang mulanya dikenal sebagai pemuda pemalas ternyata bisa berubah menjadi sosok yang bisa diandalkan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangan kisah di atas. Yang pertama adalah La Golo sebagai karakter utama yang dijelaskan sebagai pemuda pemalas dan pembuat onar. Namun, di akhir dongeng ternyata ia bisa berubah menjadi pemuda cakap dalam berburu, memanah, dan berbakti kepada orangtua.
Sementara itu, ayah dan ibu La Golo dijelaskan sebagai orangtua yang sangat menyayangi anaknya. Mereka juga digambarkan sebagai ayah dan ibu yang keras karena patuh dengan adat dan tidak mau anak mereka digunjingkan oleh para tetangga.
Selanjutnya, ada karakter Sandari yang menjadi figur penting dalam perubahan karakter La Golo. Pemburu dan petualang ini memiliki sikap rendah hati, mau menolong, dan tidak segan membantu orang-orang yang sedang membutuhkan.
Karakter sang raja yang muncul dalam bagian akhir cerita dikisahkan sebagai sosok yang bijaksana dan dihormati oleh rakyatnya. Ia juga tidak ingkar janji karena menyanggupi permintaan La Golo supaya bisa pulang ke rumah.
3. Latar
Latar dalam cerita rakyat La Golo dari NTB mengambil beberapa tempat, di antaranya adalah rumah La Golo, hutan, kebun, alun-alun kerajaan, serta istana.
4. Alur
Alur dari kisah di atas termasuk dalam alur maju atau progresif. Dongeng dimulai dengan perkenalan karakter sepasang suami istri yang memiliki seorang anak pemalas bernama La Golo.
Jalan cerita berkembang ketika La Golo terjebak di dalam hutan dan bertemu dengan Sandari. Pertemuan dengan Sandari menjadi awal mula dari perubahan karakter sang anak pemalas itu.
Puncak konflik terjadi ketika La Golo menolak hadiah emas setelah berhasil memenangkan adu ketangkasan yang digelar oleh istana. Pada akhirnya, dongeng ditutup dengan La Golo yang berhasil berjumpa lagi dengan kedua orangtuanya dan hidup bahagia bersama Sandari sebagai saudara angkatnya.
5. Pesan Moral
Pesan moral dari cerita rakyat La Golo dari NTB adalah untuk jangan terlena dalam kemalasan. Jika La Golo tidak mengubah sikapnya, mungkin nasibnya tidak akan berujung baik.
Kehadiran Sandari berhasil mendorong pemuda malas itu untuk bekerja keras sehingga bisa menjadi sosok yang lebih dewasa dengan memiliki banyak keahlian. Meskipun kerja keras mungkin tidak berujung pada hasil yang kamu harapkan, tapi yakinlah bahwa usaha itu tidak akan pernah sia-sia.
Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan berdasarkan dongeng di atas. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat setempat, misalnya saja nilai moral, sosial, dan budaya.
Baca juga: Cerita Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa tentang Pentingnya Kesabaran
Fakta Menarik
Pembahasan mengenai cerita rakyat La Golo dari NTB beserta unsur-unsur intrinsiknya telah kamu simak. Nah, sekarang saatnya kamu mengetahui fakta menarik yang berkaitan dengan kisah tersebut. Langsung cek aja, yuk!
1. Ada Beberapa Versi
Kisah La Golo sebenarnya mempunyai beberapa versi. Ulasan yang sebelumnya kamu simak adalah satu dari beberapa versi yang beredar di masyarakat.
Dalam beberapa cerita, ada yang mengungkapkan kalau tidak ada sosok raksasa Ompu dan Wa’i Ranggasana. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa Sandari dan La Golo sama-sama berguru pada kancil untuk bisa lari cepat dan kepada monyet untuk belajar memanjat.
Meskipun memiliki beragam versi, cerita rakyat La Golo masih memiliki penutupan yang sama. Pemuda yang mulanya dikenal sebagai pemalas, nakal, dan pembuat onar itu berubah menjadi sosok yang berbakti kepada orangtua dan memiliki ilmu serta keahlian yang banyak.
Baca juga: Cerita Asal-Usul Patung Sigale-Gale dan Ulasannya, Sang Pelipur Lara dari Toba
Kisah La Golo dari NTB untuk Dongeng Pengantar Tidur
Begitulah ringkasan cerita rakyat La Golo dari NTB yang bisa kami rangkum. Kisah inspiratif itu bisa kamu sampaikan kepada buah hati tercinta agar ia kelak tumbuh menjadi pribadi yang tidak malas-malasan dan mau bekerja keras untuk keuntungan diri sendiri.
Selain artikel ini, kamu masih bisa menjumpai dongeng-dongeng tak kalah bagus lainnya di PosKata. Beberapa di antaranya adalah cerita Abu Nawas merayu Tuhan, fabel Kancil dan Merak yang Sombong, serta kisah Nabi Daud. Selamat membaca!