Daripada hanya memikirkan apakah Nabi Khidir masih hidup atau tidak, sebaiknya kamu cari tahu kisah pertemuannya dengan Nabi Musa as dan pelajaran yang bisa kamu ambil darinya. Bila kamu kesulitan, artikel ini menyediakan informasinya untukmu! Tunggu apa lagi? Yuk, intip!
Berbicara tentang kisah antara Nabi Khidir dan Nabi Musa As berarti kamu mesti siap-siap memetik banyak hikmah. Bagaimana tidak, cerita pertemuan kedua utusan Allah SWT itu akan mengajarkan banyak hal kepada manusia untuk lebih menghargai kehidupan.
Kamu juga tak perlu jauh-jauh mencari kisah tentang Nabi Khidir dan pertemuannya dengan Nabi Musa mengingat riwayatnya sudah tercantum dalam Alquran. Hanya saja kalau kamu kesulitan memahami, kamu bisa menyimak penjelasan yang mungkin lebih mudah dimengerti seperti kami terangkan di artikel ini.
Di sini, kami merangkum riwayat keduanya sebagaimana tercatat pada Surah Al Kahfi dan sejumlah hadis. Mau tahu informasi lengkapnya, bukan? Kalau begitu tak perlu berbasa-basi lagi, langsung saja intip keterangan berikut!
Teguran Allah untuk Musa yang Lalai
Nabi Musa as dikaruniai mukjizat yang luar biasa karena ketaatannya, tetapi bukan berarti ia tak pernah lalai. Nyatanya, ada sebuah hadis yang meriwayatkan mengenai kesombongan Sang Nabi suatu ketika saat Allah berdialog dengannya.
Di dalam hadis riwayat Bukhari, Ubay bin Ka’ab berkata bahwa ia pernah mendengar Nabi Muhammad bersabda, “Suatu ketika, Nabi Musa berkhotbah di depan Bani Israel, lalu ia ditanya, ‘Siapa manusia yang paling berilmu?’ Musa menjawab, ‘Aku’.”
Jawaban Musa tersebut membuatnya mendapatkan teguran langsung dari Allah, karena semestinya sewaktu ditanya demikian, Musa menjawab kalau Allah adalah Yang Maha Mengetahui. Allah kemudian berfirman kepada Musa, “Sungguh, Aku memiliki seorang hamba di pertemuan antara dua lautan, dan lebih berilmu dari kamu.”
Mendengar hal itu, Musa memohon kepada Allah agar dipertemukan dengan orang yang dimaksud. “Ya Rabb, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya?” Lalu Allah berkata lagi kepada Musa, “Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke sebuah wadah. Di mana ikan itu menghilang, maka di situlah hamba-Ku itu berada.”
Baca juga: Cerita Nabi Ibrahim dan Ayahnya yang Menolak Beriman kepada Allah Taala
Perjalanan ke Tempat Bersatunya Dua Samudera
Setelah itu, menurut kisah, Nabi Musa dan Nabi Khidir tidak langsung bertemu. Akan tetapi, Musa harus pergi ke tempat di mana dua lautan bertemu untuk dapat belajar langsung dengan hamba Allah lainnya yang lebih berilmu darinya.
Ia pun melakukan perjalanan bersama seorang pengikutnya (ada yang menyebut muridnya) bernama Yusya’ bin Nun menuju tempat yang dimaksud. Keduanya mengerjakan seperti yang diperintahkan Allah, yaitu membawa serta seekor ikan dalam sebuah wadah.
Setelah jauh berjalan, Yusya’ meminta agar mereka bisa beristirahat sejenak, tetapi Musa menolak. “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun’.” (Surah Al Kahfi: 60)
Mereka melanjutkan perjalanan hingga melintasi sebuah batu besar. Di sana, mereka kehilangan ikan yang dibawa, tetapi terlambat menyadarinya sampai keduanya memutuskan untuk melepas lelah. “Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.” (Al Kahfi: 61)
“Maka ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, ‘Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.’ Dia (pembantunya) menjawab, ‘Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali’.” (Al Kahfi: 62–63)
Menyadari hal itu, Musa mengajak Yusya’ kembali ke tempat yang mereka lewati sebelumnya mengingat di sanalah keduanya akan bertemu dengan Nabi Khidir. “Dia (Musa) berkata, ‘Itulah (tempat) yang kita cari.’ Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Al Kahfi: 64)
Baca juga: Cerita Rakyat Asal-Usul Gunung Semeru Beserta Ulasan Menariknya
Kisah Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa As
Di tempat di mana ikan yang dibawanya menghilang, Nabi Musa as bertemu dengan seorang pria yang tak lain adalah Nabi Khidir sebagaimana kisah yang tertulis dalam Surah Al Kahfi ayat 65. “Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”
Segera setelah keduanya bertemu, Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” (Al Kahfi: 66)
Sosok yang ditanya menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (Al Kahfi: 67–68)
“Dia (Musa) berkata, ‘Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.’ Dia berkata, ‘Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu’.” (Al Kahfi: 69–70)
Kisah selanjutnya akan pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa terangkum secara rinci dalam Surah Al Kahfi ayat 71 hingga 82. Berikut ini detail cerita keduanya, termasuk ilmu yang diberikan Nabi Khidir kepada Musa:
Baca juga: Cerita Nabi Ibrahim dan Ismail yang Penuh Pengorbanan dan Kesabaran
Perahu, Seorang Anak, dan Dinding Rumah
Di dalam Alquran Surah Al Kahfi dijelaskan keduanya berjalan, lalu naik ke atas perahu. Akan tetapi, Nabi Khidir malah melubangi perahu sehingga membuat Musa bertanya-tanya akan perbuatan anehnya itu. “Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya?” Tanya Musa.
Alih-alih menjawab, Nabi Khidir menegur Musa dan mengatakan, “Bukankah sudah aku katakan, bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?” Lalu, dia (Musa) berkata, “Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan suatu kesulitan dalam urusanku.”
Keduanya melanjutkan perjalanan mereka, kemudian di tengah jalan berpapasan dengan seorang anak. Tanpa sebab apa-apa, Nabi Khidir membunuh anak tersebut dan membuat Musa terkejut untuk kedua kalinya. “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar,” ujar Musa.
Mendengar pertanyaan itu, Nabi Khidir kembali mengingatkan bahwa Musa harus bersabar dan tidak bertanya apa pun sampai Sang Guru sendiri yang memberinya penjelasan. Karenanya, Musa juga berjanji tidak mengulangi perbuatannya dan bersedia untuk pergi seandainya ia berkata sepatah kata lagi.
Mereka berjalan lagi sampai ke sebuah negeri. Di sana, mereka meminta penduduk untuk menjamu keduanya, tetapi para warga menolak hal tersebut. Kemudian, di sana mereka mendapati sebuah rumah yang dindingnya hampir roboh. Nabi Khidir pun memperbaiki dinding rumah itu.
Baca juga: Kisah Legenda Putri Pandan Berduri dan Pangeran Jenang Perkasa Beserta Ulasannya
Sebuah Penjelasan dan Perpisahan
Sesudahnya, Nabi Khidir berpamitan kepada Musa seraya menjelaskan apa-apa yang dilihatnya tadi. “Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya,” terang Nabi Khidir.
“Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu. Dan adapun anak muda (kafir) itu, kedua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak) lain yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya).” (Al Kahfi: 79–81)
“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.” (Al Kahfi: 82)
Baca juga: Cerita Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis yang Dipenuhi dengan Keajaiban
Terpana Setelah Membaca Cerita Nabi Khidir dan Nabi Musa?
Demikian tadi kisah lengkap pertemuan antara Nabi Khidir dan Nabi Musa yang menyimpan hikmah agar kita dapat belajar tentang pentingnya bersabar. Bahwasanya, sikap sabar juga penting untuk dipraktikkan dalam menuntut ilmu.
Jika kamu telah mengambil hikmah dari riwayat di atas, jangan ragu untuk mencari pelajaran lain dari kisah para nabi dan rasul. Selain Musa, kami juga menyediakan informasi lain mengenai Nabi Adam, Sulaiman, Yusuf, dan masih banyak lagi, lho!