Kamu mungkin pernah mendengar tentang patung Sigale-Gale dari Sumatera Utara, tapi tak pernah mengetahui kisah atau cerita tentang asal-usul di baliknya. Kalau penasaran, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel berikut ini!
Pernahkah kamu mendengar cerita horor seputar boneka atau patung Sigale-Gale yang berasal dari Sumatera Utara? Kalau pernah, artikel ini mungkin akan membuatmu terkejut, karena kisah asal usul patung Sigale-Gale yang sebenarnya justru menyedihkan sekaligus mengharukan.
Meskipun mengharukan, kamu tetap bisa mendapatkan pesan moral yang penting dan berguna dalam hidupmu. Jadi tunggu apa lagi? Langsung saja cek kisahnya di bawah ini, kemudian jangan lupa ceritakan secara singkat tentang sejarah patung Sigale-Gale kepada keponakan, adik, atau buah hatimu.
Selain kisahnya, kamu juga bisa mengetahui sedikit ulasan seputar unsur intrinsiknya, lho. Mulai dari tema ceritanya, tokoh, alur, dan latar kisahnya. Selamat membaca!
Cerita Rakyat Asal-Usul Patung Sigale-Gale
Alkisah pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan di daerah Uluan, Sumatera Utara. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Raja Rahat yang telah lama ditinggal mati oleh istrinya. Kini, ia hanya tinggal berdua bersama putranya yang bernama Manggale.
Raja Rahat sangat disegani dan dihormati oleh rakyatnya, karena ia sangat bijaksana dalam memimpin. Selain itu, para rakyat juga sangat menghormati Manggale karena sang pangeran selalu menjunjung tinggi kebenaran dan tangkas dalam berperang.
Pada suatu hari, terdengar sebuah kabar bahwa di hutan perbatasan Uluan ada pasukan dari negeri seberang. Diduga, mereka berkumpul untuk menyerang dan menjarah harta kekayaan warga di Uluan. Tentu saja hal itu membuat para rakyat merasa khawatir dan mengadukannya kepada Raja Rahat.
Setelah mendengar informasi tersebut, sang raja mengumpulkan penasehat-penasehat kepercayaannya untuk mencari rencana terbaik. Di antaranya adalah para tetua kampung, datu-datu, sekaligus putranya sendiri, Manggale, sebagai seorang panglima perang.
“Kudengar pasukan musuh telah sampai di Uluan sehingga membuat rakyat gelisah. Kira-kira kalian memiliki nasehat apa?” tanya Raja. Para penasehat kepercayaannya hanya saling memandang dengan ekspresi takut.
“Musuh yang akan kita hadapi sangat kuat, Baginda,” ucap Datu Mangatas, salah satu penasehat paling tua yang ucapannya paling didengarkan oleh Raja Rahat. “Mereka terkenal sangat tangkas berperang dan memiliki pasukan berkuda yang cukup kuat. Namun, aku percaya kalau pasukan Uluan yang dipimpin oleh Manggale pasti bisa mengalahkannya. Bagaimanapun juga, Manggale merupakan panglima yang memiliki ketangkasan dan pengalaman yang sangat kita perlukan.”
Raja Rahat tidak langsung menyetujui usul itu. Ia menatap wajah setiap penasehat sambil menunggu sangkalan atau pendapat lainnya. Namun, tak ada seorang pun yang mengucapkan kalimat sangkalan. Semua penasehat menyetujui pendapat dari Datu Mangatas.
“Baiklah! Dengan ini, saya Raja Rahat memerintahkan putra saya, Pangeran Manggale untuk memimpin pasukan Uluan menghadapi musuh di hutan perbatasan. Semoga saja Debata Mulajadi Nabolon selalu melindungi dan menyertai pasukan perang kita.”
Keresahan Raja Rahat
Sesuai rencana, pasukan Pangeran Manggale berangkat ke hutan perbatasan Uluan untuk berperang. Peperangan itu terus berlangsung selama berbulan-bulan tanpa ada kepastian. Setelah enam bulan berlalu, Raja Rahat dan warga Uluan pun mulai merasa gelisah. Mereka ingin tahu bagaimanakah kabar Manggale dan pasukannya. Namun, tak ada seorang pun yang berani masuk ke dalam hutan untuk mengecek keberadaan mereka.
Suatu malam, Raja Rahat mendapat sebuah mimpi. Dalam mimpi tersebut, ia melihat seekor burung gagak yang terbang di atas rumahnya. Mendadak, burung tersebut jatuh karena tertusuk anak panah dan kemudian mati.
Saat bangun dari tidurnya, rasa takut langsung menyelimuti hati Raja Rahat. Ia merasa kalau mimpi tersebut merupakan isyarat dari Debata Mulajadi Nabolon. Ia kemudian berusaha merenungi maknanya. Setelah memikirkannya baik-baik, ia merasa kalau mimpi tersebut merupakan sebuah pertanda buruk. Pikirannya pun langsung terarah pada Pangeran Manggale. Hatinya risau memikirkan nasib putranya.
Hal tersebut membuat sang raja semakin sering termenung berlama-lama dan mengurung diri di kamar selama berhari-hari. Tak jarang sang raja sampai tak menyentuh makanan dan minuman yang telah disediakan oleh para pelayannya. Jangankan makan, ia juga tak mandi atau sekadar membasuh muka untuk menyegarkan tubuhnya.
Mengetahui hal tersebut, rakyat Uluan juga turut merasa cemas. Mereka khawatir kalau sang raja nantinya jatuh sakit. Para tetua dan penasehat kemudian membuat kesepakatan untuk melihat kondisi Raja Rahat. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat kondisi sang raja yang terlihat pucat, hanya bisa terbaring lemas, dan tak bisa berbicara. Salah satu datu kemudian mengecek kondisi tubuh sang raja.
“Raja Rahat sebenarnya baik-baik saja,” ucap sang datu, “Tak ada penyakit padanya. Hanya saja, ia pasti sakit karena memikirkan dan merindukan Pangeran Manggale.”
Para datu kemudian berusaha mencari cara untuk menyembuhkan sang raja. Sebenarnya, kesembuhan raja bisa diraih jika bisa menghadirkan Manggale ke hadapan Raja Rahat. Namun, tentu saja itu bukanlah hal yang mudah.
Baca juga: Kisah Sabai Nan Aluih dan Ulasan Menariknya, Sang Perempuan Pemberani dari Padang Tarok
Ide Terbaik
“Aku punya ide,” ucap Datu Mangatas memberikan masukan, “Bagaimana kalau kita membuat patung yang menyerupai wajah Manggale. Harapannya dengan melihat patung itu semoga saja kerinduan raja bisa terobat.”
Para tetua dan penasehat terdiam memikirkan ide tersebut. Sebenarnya idenya tidak buruk, tapi tetap saja ada hal-hal yang harus mereka pikirkan untuk menjalankannya. Termasuk tentang siapa yang akan mengerjakan patung itu dan di mana tempat pengerjaannya.
“Aku mengenal seseorang yang pintar membuat patung manusia di Lumbanjulu Jonggi Nihuta. Kita bisa memintanya membuatkan patung yang mirip dengan Pangeran Manggale. Sesudahnya, kita bisa memanggil roh Manggale untuk masuk ke dalam patung tersebut,” ucap Datu Mangatas kemudian.
“Tapi bagaimana caranya kita memanggil roh Manggale agar mau datang?” tanya salah satu datu.
“Tiupkan Sordam dan tabuhkan Gondang Sabangunan. Kemudian dengan melakukan manortor (menari), kita bisa memanggil roh Manggale,” jawab Datu Mangatas.
Dengan jawaban tersebut, para penasehat kemudian menyiapkan segala yang diperlukan. Mereka meminta pengrajin di Lumbanjulu Jonggi Nihuta untuk membuatkan patung manusia.
Patungnya dibuat semirip mungkin dengan Pangeran Manggale. Mulai dari wajah hingga tinggi dan bentuk perawakannya. Proses tersebut membutuhkan waktu selama tiga bulan. Setelah selesai, mereka menunggu sampai bulan purnama untuk melakukan upacara pemanggilan roh Manggale.
Upacara Pemanggilan Roh
Ketika malam bulan purnama tiba, para tetua dan penasehat menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk upacara pemanggilan roh. Mereka berencana melakukannya di tengah lapangan.
Seluruh warga diundang untuk berkumpul di sekeliling lapangan tersebut, sementara Patung Manggale diletakkan di tengah kerumunan. Seluruh warga yang datang duduk dalam keheningan menanti hingga raja dan Datu Mangatas tiba.
Tak berapa lama kemudian, Raja Rahat dan Datu Mangatas sampai di lapangan tersebut. Ketika melihat patung yang ada di tengah lapangan, pecahlah tangis sang raja. Ia menatap dengan penuh ketidakpercayaan kalau ia bisa melihat putranya kembali.
“Putraku Manggale,” bisik Raja Rahat lirih di antara tangisannya. Sontak seluruh hadirin merasa terharu.
Datu Mangatas kemudian memberikan kode kepada pargonci atau penabuh gendang untuk memulai upacara. Tiupan Sordam pun terdengar nyaring diikuti dengan tabuhan Gondang Sabangunan.
Datu Mangatas sendiri mengambil tiga buah tali dengan warna yang berbeda, yakni hitam, putih, dan merah. Ketiga tali tersebut ia ikatkan dengan rapih di kepala patung. Kemudian ia mengenakan ulos dan berdiri di tengah lingkaran. Setelah merapalkan mantra, ia menari mengelili patung tersebut sebanyak tujuh kali.
Tiba-tiba, patung Manggale itu mulai bergerak dan mengikuti gerakan manortor yang dilakukan Datu Mangatas. Sang datu kemudian mendekati Raja Rahat untuk ikut melakukan manortor bersama-sama. Raja pun menyambut sang datu dengan bangkit berdiri dan ikut melakukan manortor.
Tabuhan Gondang Sabangunan semakin terdengar bertalu-talu. Rakyat Uluan yang melihat tarian sang raja pun tak tinggal diam. Mereka langsung berdiri dan ikut bergabung manortor bersama-sama hingga matahari terbit.
Ketika matahari sudah mulai menunjukkan cahayanya di ufuk timur, pesta dan tarian tersebut harus segera diakhiri. Karena hal tersebut termasuk isi dari perjanjian yang dibuat Datu Manggale dengan roh Manggale. Sesudahnya, patung itu tak bisa bergerak lagi.
Patung itu kemudian disimpan oleh Raja Rahat. Ketika sang raja merindukan putranya, ia akan mengeluarkannya dari penyimpanan kemudian mengadakan upacara pemanggilan roh.
Baca juga: Kisah Terbentuknya Danau Lau Kawar dan Ulasannya, Salah Sangka yang Berujung Petaka
Unsur Intrinsik Cerita Asal-Usul Patung Sigale-Gale
Setelah mengetahui kisahnya, kini kamu bisa mengetahui beberapa unsur intrinsik seputar cerita asal mula patung Sigale-Gale. Mulai dari tema, penokohan, latar kisahnya, alur, hingga pesan moral yang bisa didapatkan.
1. Tema
Inti cerita atau tema dari asal-usul patung Sigale-Gale ini adalah tentang kesedihan seorang ayah. Seperti halnya kesedihan Raja Rahat yang tak mendapatkan kepastian tentang kabar putranya. Karena sangat menyayangi putranya, ia merasa begitu khawatir sampai tak bisa tidur dan makan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Setidaknya ada tiga tokoh utama yang disebutkan dalam kisah asal-usul patung Sigale-Gale ini, yakni Raja Rahat dan Pangeran Manggaleng. Raja Rahat merupakan seorang pemimpin yang sangat menyayangi putranya. Sehingga ketika tidak ada kepastian dari putranya, ia langsung merasa sedih dan tak semangat menjalani hidup.
Pangeran Manggaleng sebenarnya merupakan seorang putra mahkota yang bisa diandalkan. Seperti yang disebutkan dalam kisahnya, ia sangat menjunjung tinggi kebenaran dan tangkas dalam berperang. Sayangnya, pada akhirnya tak ada yang mengetahui nasib Pangeran Manggaleng setelah pergi berperang berbulan-bulan demi menjaga negerinya tercinta. Yang jelas, pada akhirnya roh yang diyakini milik Sang Pangeran dimasukkan ke patung Sigale-Gale untuk menghibur Sang Raja.
Selain kedua tokoh utama tersebut, ada beberapa tokoh pembantu yang melengkapi kisahnya. Di antaranya adalah Datu Mangatas, para tetua lain, dan rakyat Desa Uluan.
3. Latar
Ada beberapa latar lokasi yang disebutkan dalam kisah asal-usul patung Sigale-Gale ini. Di antaranya adalah kerajaan di Uluan, Sumatera Utara, hutan perbatasan Uluan tempat peperangan dengan desa negeri seberang terjadi, dan sebuah lapangan di Uluan tempat upacara pemanggilan roh Manggale dilakukan.
4. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita asal mula patung Sigale-Gale ini adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari keberadaan pasukan dari negeri seberang yang berniat menyerang Uluan. Untuk mengatasinya, Raja Rahat mengirim pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Manggale.
Konflik terjadi ketika tak ada kabar sama sekali dari pasukan tersebut selama berbulan-bulan. Raja Rahat pun mulai merasa khawatir hingga tak semangat menjalani hidup dan jatuh sakit.
Para tetua kemudian menyiapkan sebuah patung yang mirip dengan Pangeran Manggale dan mengadakan upacara pemanggilan roh sang pangeran. Raja Rahat pun akhirnya kembali bersemangat karena bisa bertemu dengan roh putranya melalui patung Sigale-Gale.
5. Pesan Moral
Amanat yang bisa didapatkan dari cerita asal-usul patung Sigale-Gale ini adalah tentang kesedihan yang terlalu berlarut-larut itu tidak baik untuk kesehatanmu. Sama seperti Raja Rahat yang merasa begitu sedih hingga kehilangan semangat hidupnya. Pada akhirnya, hal tersebut membuatnya sakit-sakitan.
Di sisi lain, pesan moral yang penting juga bisa dicontoh dari tindakan para datu dan tetua yang berusaha untuk mengembalikan semangat Raja Rahat. Kamu pun seharusnya juga seperti itu ketika ada temanmu yang tengah tak bersemangat. Cobalah untuk lebih memahaminya dan carilah cara untuk bisa menyemangatinya lagi. Bukankah memang seharusnya seperti itu sahabat yang baik?
Selain unsur intrinsik, kisah asal-usul patung Sigale-Gale ini juga mengandung unsur ekstrinsik. Yaitu, nilai-nilai yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat sekitar saat itu, seperti nilai norma, sosial, dan budaya.
Baca juga: Cerita Mukjizat Nabi Musa As yang Perlu Kamu Tahu untuk Tambah Wawasan!
Fakta Menarik tentang Asal-Usul Patung Sigale-Gale
Kalau sudah mengetahui kisah dan unsur intrinsiknya, kini kamu bisa membaca tentang beberapa fakta menarik seputar asal-usul patung Sigale-Gale. Berikut adalah ulasannya:
1. Cerita Versi Lain
Rupanya, ada jenis versi lain dari cerita asal-usul patung boneka Sigale-Gale dari Batak, Sumatera Utara ini. Salah satunya adalah tentang seorang pematung terkenal bernama Datu Panggana yang berniat membuat patung pajangan di rumahnya.
Patung tersebut kemudian ditemukan ditemukan oleh seorang dukun penawari bernama Datu Partaoar yang memberikan mantra-mantra dan membuat patung tersebut bergerak. Sang dukun kemudian membawa patung itu pulang dan menamainya Nai Manggale.
Menariknya, selain bergerak, patung Nai Manggale itu juga bisa menari dengan gemulai dan membuat Datu Partiktik tertarik untuk menikahinya. Setelah sekian lama menikah, mereka tak juga dikaruniai buah hati.
Ketika akan meninggal dunia, Nai Manggale menyatakan bahwa Datu Partiktik harus meminta Datu Panggana membuatkan patung. Patung tersebut harus berukuran sebesar Nai Manggale dan diberi nama Sigale-gale. Jika tidak dilakukan, arwah Nai Manggale tak akan tenang dan Datu Partiktik tak akan pernah memiliki keturunan selamanya.
2. Siapakah Debata Mulajadi Nabolon?
Dalam kisah di atas, kamu mungkin sempat bertanya-tanya, siapakah Debata Mulajadi Nabolon. Menurut silsilah kepercayaan Batak kuno, Debata Mulajadi Nabolon adalah dewa tertinggi yang menciptakan tiga tingkatan dunia, yaitu Banua Ginjang, Banua Tonga, dan Banua Toru.
Cara penciptaannya adalah menggunakan tiga buah telur yang dilahirkan oleh Manuk Patiaraja, istri dari Debata Mulajadi Nabolon. Dari ketiga telur tersebut, menetaslah Bataraguru, Soripada, dan Mangala Bulan. Masing-masing dari ketiga dewa tersebut menciptakan satu tingkat dunia.
Manusia sendiri berasal dari keturunan Siboru Deakparujar, putri bungsu Bataraguru, yang menikah dengan Odapodap. Dari pernikahan keduanya, lahirlah Ihatmanusia yang kemudian memperanakkan Raja Miok-miok. Raja Miok-miok berketurunan Engbanua yang kemudian memperanakkan Raja Bonang-bonang. Dari Raja Bonang-bonang, lahirlah Raja Tantandebata. Raja Tantandebata kemudian memperanakkan Raja Batak, manusia pertama di Tanah Batak.
Di era yang modern ini, keberadaan para dewa tersebut masih dipercaya oleh beberapa warga Indonesia. Pusat ajaran kepercayaannya terletak di Medan, sementara penganutnya tersebar di Kotamadya Medan, Kabupaten Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Nias, dan Kabupaten Tapanuli Utara.
3. Teknik Pembuatan Patung Sigale-Gale
Pembuatan patung Sigale-Gale ini rupanya tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Pasalnya, pembuatan yang asal-asalan bisa membuat sang pematung meninggal dunia karena kutukan. Oleh karena itu, ada cara yang dilakukan untuk mengatasinya.
Caranya adalah dengan membagi tugas kepada beberapa pematung untuk membuat bagian tubuh yang berbeda. Ada yang membuat tangan, ada yang kaki, badan, juga kepalanya. Nantinya, setiap bagian tubuh tersebut akan disatukan dan dibuatkan upacara. Tak lupa, patung tersebut tak boleh disimpan sembarangan. Ia harus disimpan di sebuah peti mati.
Kabarnya, dahulu patung Sigale-Gale itu memang bisa bergerak sendiri karena dimasuki oleh roh. Namun, setelah masuknya agama Kristen ke Sumatera Utara, kini patung tersebut hanya dianggap sebagai kesenian adat yang digerakkan oleh orang lain. Kesenian tersebut bisa disaksikan secara langsung di Tanah Batah, Samosir.
Baca juga: Legenda Siamang Putih dan Ulasannya, Pelajaran tentang Janji dan Kesetiaan
Semakin Paham dengan Cerita Asal-Usul Patung Sigale-Gale?
Itulah tadi kisah tentang asal-usul keberadaan patung Sigale-Gale yang bisa menambah informasi untukmu. Apakah kamu berniat untuk menceritakan kembali kisahnya kepada adik, sepupu, keponakan, atau buah hati tersayang sebagai dongeng sebelum tidur?
Kalau kamu masih mencari dongeng lain yang berasal dari Sumatera Utara, cek artikel-artikel yang telah kami siapkan di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan kisah asal-usul Danau Toba, legenda Putri Hijau, dan cerita Si Tanduk Panjang.