
Sedang mencari legenda atau cerita rakyat yang berasal dari Papua? Sudah pernah baca cerita rakyat Putri Bungsu dari Danau? Kalau belum, tak ada salahnya kamu menyimak kisahnya di artikel ini. Tak hanya menarik, kisah ini juga sarat akan pesan moral.
Daerah-daerah di segala penjuru Indonesia tampaknya memang memiliki kisah legenda tersendiri, tak terkecuali Papua. Ada beberapa cerita rakyat dari Papua yang sangat menarik tuk kamu baca, salah satunya adalah Putri Bungsu dari Danau.
Legenda ini secara singkat mengisahkan tentang seorang pria yang hidup sebatang kara. Setiap hari, ia hanya mengonsumsi ikan dan daun pakis. Tiba-tiba, ia mendapati beberapa putri cantik sedang menanam ubi jalar di pekarangannya. Ia lalu jatuh hati pada salah satu putri, yaitu yang bungsu.
Nah, kira-kira apakah yang akan pria itu lakukan? Akankah ia menyatakan perasaannya pada sang putri? Kalau penasaran dengan jawabannya, langsung saja simak artikel ini. Selain ceritanya, kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!
Cerita Rakyat dari Papua, Putri Bungsu dari Danau
Alkisah, pada zaman dahulu, ada sebuah lembah yang sangat luas bernama Baliem di Papua. Di Lembah Baliem terdapat danau yang airnya sangatlah jernih. Danau tersebut dikelilingi oleh tanah yang teramat subur.
Konon, ada seorang laki-laki yang tinggal sebatang kara di sekitar danau itu. Orang-orang mengenalnya dengan nama Humpa. Ia merupakan keturunan dewa yang setiap hari memakan ikan dan daun pakis. Lama kelamaan, Humpa merasa bosan dengan makanan-makanan itu. Ia sangat ingin memakan menu lain.
“Bosan rasanya kalau setiap hari memakan ikan dan daun pakis saja. Aku butuh makanan lain. Kira-kira, apa yang bisa aku makan?” gumam pria itu.
Setelah sekian lama berpikir, akhirnya Humpa memutuskan untuk berkebun. Ia ingin membuat ladang yang kan ditanami sayur-sayuran. Setiap hari, ia mencangkul tanah dan menanam tanaman.
Pada suatu hari, betapa terkejutnya Humpa melihat ladangnya penuh dengan tumbuhan ubi jalar. Padahal, ia sama sekali belum menanami ladangnya dengan tanaman apa pun.
“Dari mana datangnya ubi-ubi ini? Siapa yang menanamnya?” tanya Humpa dalam hati.
Ia lalu berkeliling kebun untuk mencari orang yang menanam ubi. Namun, ia tak menemukan satu pun orang. Setelah berpikir lama dan kelaparan, ia akhirnya mencabut sebagian ubi jalar dan memakannya.
Keesokan harinya, ia kembali terkejut, karena kebunnya terdapat banyak sekali pohon jagung. Apalagi, jagung-jagung itu telah masak dan siap makan. Makin terkejutlah hati Humpa.
“Kemarin kebun ini belum ada jagung. Kenapa sekarang ada banyak jagung yang sudah matang? Ada apa gerangan dengan kebunku ini?” tanyanya keheranan.
Karena penasaran, Humpa memutuskan untuk mengawasi kebunnya semalaman. Ia membuat tumpukan rumput kering dekat danau untuk bersembunyi. Saat malam tiba, ia mengintip dari balik tumpukan rumput kering.
Menemukan Putri-Putri Cantik
Rupanya, selama ini yang menanam tumbuhan di kebunnya adalah lima orang putri cantik. Kelima putri itu berasal dari danau di Lembah Baliem. Saat sedang asyik bercakap dan menanam ketela, mereka tak sadar bila Humpa telah lama memantau dari balik rumput kering.
Para wanita cantik itu telah menarik hati Humpa. Namun, ada satu yang benar-benar membuat hati pria ini berdegup kencang. Ketika mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Humpa memberanikan diri untuk menangkap sang putri yang ia sukai. Karena ketakutan, keempat putri lainnya langsung kembali ke danau.
“Ternyata selama ini kau yang menanam tumbuhan di kebunku. Sekarang, kau telah kutangkap dan tak akan pernah kulepaskan,” ucap Humpa.
“Tolong lepaskan aku. Kami pikir kebun itu tak ada yang punya,” ucap sang putri.
“Aku tak akan melepaskanmu, Putri,” ucap Humpa.
Putri cantik itu lalu meronta-ronta minta tolong. Ia berusaha lepas dari geganggaman Humpa. Dengan kekuatannya, perempuan ini lalu berubah menjadi seekor ular agar Humpa melepaskannya.
Namun, segala usahanya sia-sia, karena pria ini tetap bersikukuh mencekal sang putri. Pada akhirnya, sang putri itu menyerah dan tak berusaha untuk pergi lagi. Ia lalu berubah menjadi seorang putri lagi.
“Baiklah, sekarang aku berjanji tak akan mencoba pergi. Tolong lepaskanlah tanganku. Katakan apa yang kamu mau dariku,” tanya sang putri.
“Aku tak menginginkan apa-apa darimu. Aku hanya ingin tahu namamu dan berteman denganmu. Kuharap kamu mau tinggal bersamaku. Sebab, telah lama aku hidup sendirian dan tak memiliki teman,’ pinta Humpa.
“Sebut saja aku Putri Bungsu. Aku mau-mau saja jadi temanmu, asal kau tak menyakitiku,” ucap sang putri.
Sejak saat itu, Putri Bungsu tinggal bersama di lembah Baliem. Setiap hari, mereka berkebun dan makan hasil panen. Putri Bungsu merindukan ayah ibunya. Setiap ingin kembali ke danau, Humpa melarangnya.
Menikah dengan Sang Putri
Setelah sekian lama bersama, Humpa pun jatuh cinta pada Putri Bungsu. Ia lalu menyatakan cinta dan melamar sang putri untuk menjadi istrinya. Walau sempat menolak, Putri Bungsu pada akhirnya luluh dengan kebaikan hati Humpa. Namun, sebelum menikah, perempuan cantik ini mengajukan sebuah permintaan.
“Sebelum kita menikah, kamu harus memenuhi syarat yang aku pinta,” ucap sang putri.
“Syarat apa pun kan aku penuhi, Putri. Sebutkan saja!” jawab Humpa.
“Tak begitu berat, syarat yang harus kau penuhi adalah mengizinkanku kembali ke danau setelah kita memiliki anak nanti. Anak-anak kita akan menemanimu. Maka, izinkan aku kembali ke tempat kuberasal,” pinta Putri Bungsu.
“Mengapa kau harus kembali ke danau, Putri? Apa kau tak kasihan dengan anak-anakmu kelak,” ucap pria itu.
“Percayalah, Humpa, kalau aku tak kembali ayahku akan murka dan bumi akan ia hancurkan,” jelas sang putri.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Humpa pun menyetujui persyaratan Putri Bungsu. Mereka pun menikah dan kehidupan mereka penuh rona kebahagiaan. Kehidupan mereka semakin lengkap dengan kehadiran tiga orang anak, dua putri cantik dan satu lagi putra tampan.
Sebuah Perpisahan
Sebagai rasa syukur, Humpa kerap mengadakan pesta atas kelahiran anaknya. Namun, semakin anak-anaknya dewasa, makin dekat pula waktu perpisahan Putri Bungsu dan Humpa. Saat anak terakhir mereka telah remaja, Putri Bungsu pun berpamitan dengan Humpa.
“Suamiku, masih ingatkah kau dengan syarat yang aku ajukan dulu?” ucap sang putri.
“Tentu saja aku selalu mengingatnya. Maka dari itu, aku selalu melakukan yang terbaik untuk keluarga kita,” jawab Humpa.
“Sekarang anak bungsu kita telah remaja. Kiranya, saat ini menjadi waktu tepat untukku kembali ke asalku,” ucap Putri Bungsu.
“Tak bisakah kau tinggal lebih lama lagi, Istriku?” pinta sang suami dengan mata berkaca-kaca.
“Tak bisa, Suamiku. Aku akan pergi sekarang. Kamu jaga dirimu baik-baik, ya! Aku titipkan anak-anak kita padamu,” ucap sang putri.
Setelah berpamitan dengan Humpa, ia memeluk erat anak-anaknya. Ia mengatakan sejujurnya kalau dirinya adalah putri dari danau dan harus segera kembali agar bumi tak hancur. Akhirnya, tinggalah Humpa bersama ketiga anaknya. Meski tanpa sang ibu, mereka berusaha untuk tetap hidup dengan baik.
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita singkat Putri Bungsu dari Danau ini, apakah kamu jadi penasaran dengan unsur-unsur intrinsiknya? Jika ingin tahu ulasan singkatnya, langsung saja baca informasi berikut;
1. Tema
Tema dari cerita rakyat Papua berjudul Putri Bungsu dari Danau ini adalah tentang kegigihan pria untuk mendapatkan hati wanita yang ia cintai. Meski awalnya berupa paksaan, wanita tersebut akhirnya membalas cinta sang lelaki.
2. Tokoh dan Perwatakan
Legenda ini memiliki dua tokoh utama, yaitu Humpa dan Putri Bungsu. Awalnya, Humpa digambarkan sebagai sosok pria kasar yang memaksakan keinginannya pada Putri Bungsu. Namun usai menikah, ia menjadi pria bertanggung jawab yang sayang pada keluarganya.
Sementara itu, Putri Bungsu memiliki sifat baik hati. Ia memang awalnya sempat menolak untuk tinggal dengan Humpa. Lama kelamaan, ia merasa bisa beradaptasi dan berteman dengan pria sebatang kara itu.
Tak hanya itu, ia juga memiliki watak yang berbakti kepada orang tua. Meski telah memiliki keluarga bahagia, ia tetap ingin kembali ke asalnya dan bertemu dengan orang tuanya.
3. Latar
Cerita rakyat ini menggunakan latar tempat lembah Baliem yang berada di Papua. Lebih tepatnya di sebuah hutan dan danau. Kalau latar waktu yang cerita ini gunakan adalah pagi, siang, dan malam.
4. Alur Cerita Putri Bungsu dari Danau
Alur cerita Putri Bungsu dari Danau adalah maju. Kisahnya bermula dari seorang pria bernama Humpa yang bosan dengan menu makanannya. Ia lalu membuat ladang untuk berkebun. Namun, kebunnya itu tiba-tiba tumbuh ubi jalar dan jagung.
Setelah mencari tahu, rupanya para wanita cantiklah yang menanaminya. Mereka adalah bidadari yang berasal dari sebuah danau. Karena suka dengan salah satu dari mereka, Humpa pun menangkap putri cantik yang ternyata bernama Putri Bungsu.
Pria sebatang kara ini meminta sang putri untuk tinggal bersama. Mereka lalu menikah dan memiliki tiga orang anak. Sesuai janji yang telah mereka sepakati, Putri Bungsu pun kembali ke asalnya ketika anak terakhir mereka telah beranjak remaja.
5. Pesan Moral
Cerita Putri Bungsu dari Danau ini memiliki beberapa pesan moral. Pertama, janganlah kamu berbuat kasar pada orang lain. Pada awal cerita, Humpa bersifat sangat kasar pada Putri Bungsu. Sebenarnya, ia bisa saja berkenalan dengan para putri itu secara baik-baik.
Kedua, janganlah kamu memaksakan kehendak. Walau pada akhirnya menikah, Humpa sempat memaksa sang putri untuk hidup bersamanya. Pada akhirnya, sang putri harus meninggalkan suami dan anak-anaknya. Ia harus kembali ke danau agar orang tuanya tak murka.
Selain intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat dari Papua ini. Yakni nilai-nilai yang berasal dari luar cerita, seperti moral, sosial, dan budaya.
Baca juga: Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna
Fakta Menarik
1. Tak Diketahui Lokasi yang Melatarbelakangi Cerita Putri Bungsu dari Danau Ini
Sumber: Instagram – baliemvalleyfestival
Cerita Putri Bungsu dari Danau ini memang konon terjadi di Lembah Baliem, Papua. Akan tetapi, danau tempat sang putri berasal tak disebutkan secara pasti. Sebenarnya, ada beberapa danau di Lembah Baliem, salah satu yang cukup populer karena keindahannya adalah Danau Habema.
Apakah danau tersebut yang melatarbelakangi kisah ini? Sayangnya, belum ada sumber pasti yang menyebutkan lokasi tepatnya. Lagipula, cerita rakyat memang belum tentu kebenaran kisahnya.
Mari Bacakan Cerita Rakyat Putri dari Danau kepada Anak-Anak
Demikianlah cerita Putri Bungsu dari Danau dan ulasan lengkap mengenai unsur intrinsik, pesan moral, serta fakta menariknya. Ceritanya cukup menarik, bukan? Nah, kini saatnya kamu membagikan kisah ini pada saudara, murid, atau anakmu yang masih kecil.
Kalau masih butuh cerita legenda lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena pada PosKata.com. Ada legenda terbentuknya Danau Toba, cerita rakyat Putri Pandan Berduri, kisah Kembang Ander Nyawe, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!