
Tawakal dapat digolongkan ke dalam kelas kata verba (kata kerja). Arti tawakal adalah v pasrah diri kepada kehendak Allah Swt.; percaya dengan sepenuh hati kepada Allah Swt.
Tawakal bersinonim dengan berserah diri; berpasrah; menerima. Berikut ini pembahasan lebih lengkap tentang makna kata dan pengertian tawakal.
(1) ta.wa.kal verba (kata kerja)
- pasrah diri kepada kehendak Allah Swt.; percaya dengan sepenuh hati kepada Allah Swt. (dalam penderitaan dan sebagainya)
contoh:
habis akal baru tawakal, sesudah berikhtiar, baru berserah kepada Allah Swt.
Sinonim: berserah diri, berpasrah, tunduk, menerima
Kata Turunan dari Tawakal
bertawakal
Kamus Indonesia - Inggris
Terjemahkan tawakal dalam bahasa Inggris di Google Translate.
Pengertian Tawakal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian tawakal adalah pasrah diri kepada kehendak Allah Swt. atau percaya dengan sepenuh hati kepada Allah Swt. (dalam penderitaan dan sebagainya).
Secara Etimologi
Jika ditilik dari etimologinya, kata ini berasal dari tawakkul (توكُل) yang bermakna mewakilkan atau menyerahkan dalam bahasa Arab. Kata tersebut memiliki akar و ك ل (w-k-l) yang maknanya berhubungan dengan kelemahan. Menurut Ibnu Faris, akar kata w-k-l menunjukkan arti penyandaran kepada orang lain dalam urusannya. Oleh karena itu tawakal dapat memiliki arti menampakkan kelemahan dan bersandar kepada orang lain dalam suatu urusan.
Menurut Para Ulama dan Ahli
Secara syariat, para ulama dan ahli memiliki beberapa pengertian tawakal yang berbeda tapi sama-sama benar. Karena bagaimanapun juga, inti dari setiap maknanya masih tetap sama.
Berdasarkan Ibnu Rajab Al Hanbali, tawakal adalah benarnya penyandaran hati kepada Allah dalam mendatangkan maslahat dan menolak mudarat pada semua urusan di dunia dan akhirat. Di mana seorang hamba akan meyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah dan mewujudkan keimanan bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi, memberi mudarat, dan memberi manfaat selain Dia.
Lebih lanjut lagi, dalam bukunya yang berjudul Jaami’ul ‘ulum wa al Hikam beliau menjelaskan pengertian tawakal sangat berkaitan dengan sunnatullah. Bahwa seseorang yang telah melaksanakan tawakal, bukan berarti meninggalkan sebab yang telah ditetapkan atau ditakdirkan oleh Allah Swt. Karena Allah telah memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan usaha terbaik sekaligus bertawakal.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah menyatakan bahwa tawakal bermakna bersandarnya hati kepada Allah dalam meraih apa yang bermanfaat dan menolak apa yang membahayakan suatu hamba di dalam urusan agama dan dunianya. Penyandaran hati tersebut pun harus diiringi pelaksanaan sebab atau usaha terlebih dahulu.
Menurut Imam Ahmad bin Hambal, tawakal merupakan sebuah aktivitas hati alias dilakukan oleh hati, bukan oleh lisan atau anggota tubuh. Tawakal juga merupakan sebuah ilmu dan pengetahuan yang intinya adalah menyerahkan urusan kepada Allah dengan disertai rasa percaya kepada-Nya.
Imam Al Ghazali menyatakan tawakal adalah menyandarkan diri kepada Allah Swt ketika menghadapi sebuah kepentingan. Bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencana, disertai jiwa yang tenang, dan jiwa yang tentram.
Abu Zakaria Ansari merumuskan pengertian tawakal sebagai keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain. Sifat tersebut timbul setelah adanya rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan. Menunjukkan kalau orang tersebut benar-benar memiliki sifat amanah dan dapat memberikan rasa aman kepada orang lain.
Tentang Tawakal dan Ikhtiar
Pada hakikatnya, tawakal adalah kondisi ketika seorang hamba bersandar kepada Allah baik dalam hal agama maupun dunia. Namun hal tersebut harus didahului dengan pelaksanaan usaha yang sesuai dengan syariat.
Tawakal sendiri memiliki tiga unsur utama, yaitu keyakinan atau keimanan, penyandaran diri, serta amalan. Pada awalnya, seorang hamba akan meyakini bahwa semua hal di dunia ini dikuasai oleh Allah Swt.
Kemudian ia akan menyandarkan hatinya kepada Sang Maha Pencipta dalam melakukan segala urusan. Yang terakhir, ia akan melakukan usaha apa pun yang tidak bertentangan dengan syariat.
Dari situ, dapat disimpulkan bawha ikhtiar dan tawakal bukanlah hal yang bertentangan. Sebaliknya, ketawakalan seseorang justru akan menjadi sempurna dengan usaha atau ikhtiar yang dilakukannya.
Salah satu contoh hubungan tawakal dengan ikhtiar adalah cerita dari salah seorang sahabat Nabi saw., Anas bin Malik. Dalam cerita tersebut disebutkan bahwa suatu hari ada seorang laki-laki yang berhenti di depan masjid untuk mendatangi Nabi Muhammad saw. Saat itu ia melepaskan unta tunggangannya begitu saja tanpa ditambatkan.
Rasulullah pun langsung bertanya pada pria tadi, mengapa ia tidak mengikat untanya terlebih dahulu. Lelaki tersebut menjawab, bahwa ia melepaskan untanya karena percaya pada perlindungan Allah Swt.
Dengan bijaksana, Rasulullah saw. langsung menegurnya dan berkata, “Ikatlah unta tersebut, kemudian barulah kamu bertawakal.” Pria tersebut pun langsung menambatkan untanya di sebuah pohon kurma. Dari cerita tersebut dapat diketahui bahwa sebelum seorang manusia bertawakal, sudah sepatutnya ia berusaha sebaik mungkin terlebih dahulu.
Dalil Tawakal dalam Alquran dan Hadis
Tawakal disebutkan dan dijelaskan setidaknya sebanyak 70 kali di dalam Alquran. Selain Alquran, tawakal pun dibahas beberapa kali dalam hadis sahih. Seperti dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan setidaknya ada 11 hadis yang membahas tentang tawakal.
Dalam beberapa surat, seperti Asy Syu’araa’ ayat 217, Huud ayat 123, dan An Naml ayat 79, disebutkan bahwa Allah Swt. mewajibkan hambanya untuk selalu bertawakal. Salah satunya adalah dalam surat Al Anfaal ayat 61 yang artinya: “Dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dalam surat Ali Imran ayat 122, Al Maidah ayat 11, dan At Taubah ayat 51 disebutkan kalau tawakal merupakan ciri-ciri orang yang beriman. Kemudian diperjelas dalam surat Al Anfaal ayat 49 dan Al Israa’ ayat 65, bahwa mereka yang bertawakal akan mendapatkan perlindungan, pertolongan, dan anugerah dari Allah.
Berdasarkan hadis yang Bukhari dan Muslim yang menjelaskan dari Abdullah bin Abbas ra., Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa seseorang yang selalu bertawakal kepada Allah akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, Umar ra. pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah akan menjamin hidup umat-Nya yang sungguh-sungguh bertawakal. Bahkan, seseorang yang benar-benar bertawakal tak akan pernah kelaparan, layaknya burung yang perutnya selalu kenyang.