
Tauhid dapat digolongkan ke dalam kelas kata nomina (kata benda). Arti tauhid adalah n keesaan Allah Swt.
Berikut ini pembahasan lebih lengkap tentang makna kata dan pengertian tauhid.
(1) tau.hid nomina (kata benda)
- (Ar) keesaan Allah Swt.
contoh:
kuat tauhidnya, kuat kepercayaannya bahwa Allah Swt. hanya satu
Kata Turunan dari Tauhid
bertauhid; menauhidkan; penauhidan
Kamus Indonesia - Inggris
Terjemahkan tauhid dalam bahasa Inggris di Google Translate.
Pengertian Tauhid
Seperti yang sudah diutarakan di atas, pengertian tauhid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keesaan Allah Swt. Berdasar etimologinya, kata tersebut berasal dari bahasa Arab, tawḥīd (تَوْحِيد) yang bermakna keesaan, profesi atau kepercayaan pada kesatuan Allah, atau monoteisme.
Jika ditilik dari asal bahasanya, kata ini berasal dari akar و ح د (w-ḥ-d) yang berhubungan dengan nomor satu. Akar tersebut membentuk kata waḥada, waḥida, waḥida, waḥda, tawaḥḥada, dan ittaḥada yang maknanya kurang lebih masih sama. Untuk dapat memahaminya lebih lanjut, di artikel ini kami sudah menyediakan penjelasannya.
Menurut Bahasa dan Istilah
Menurut bahasa Arab, istilah tauhid merupakan bentuk masdar atau dasar dari fi’il wahhada-yuwahhidu yang memiliki pengertian menjadikan sesuatu satu saja. Meskipun begitu, dalam hal menauhidkan Allah Swt., maknanya adalah menisbahkan dan meyakini kalau keesaan Allah adalah sebuah sifat tunggal, bukan menjadikan-Nya sebagai sesuatu yang satu. Pasalnya, keesaan tersebut merupakan sifat yang sejak awal sudah melekat pada Allah Swt.
Menurut Para Ulama dan Ahli
Para ulama dan ahli memiliki beberapa pengertian tauhid yang beragam dalam kitab mereka. Namun demikian, pada intinya pengertian yang mereka sampaikan tetap sama.
Menurut As Safarani, tauhid adalah mengesakan zat yang disembah (yaitu Allah) dengan peribadahan, disertai keyakinan dan keesaan-Nya secara zat, sifat, dan perbuatan. Syaikh Abdurrazzaq al-Badr menyatakan bahwa tauhid kepada Allah adalah mengesakan Allah Swt. dan meniadakan persekutuan dari-Nya, dalam hak-hak-Nya dan yang menjadi kekhususan-Nya.
Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan kalau tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam mencipta dan mengatur, dan pemurnian ibadah hanya kepada Allah. Tepatnya dengan tidak menyembah siapa pun selain Allah, menetapkan nama-nama yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Tinggi bagi Allah, serta menyucikan Allah dari berbagai kekurangan dan celaan.
Sementara Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdulwahhab menyatakan kalau agama Islam disebut tauhid karena dibangun di atas keyakinan bahwa Allah Swt. adalah esa dalam kerajaan-Nya, dalam perbuatan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah adalah tunggal dalam dzat-Nya dan sifat-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dan Allah adalah tunggal dalam ilahiyah-Nya dan dalam peribadahan hamba kepada-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya.
Pembagian Jenis Tauhid
Tauhid dapat dibagi menjadi tiga jenis menurut hal-hal yang wajib diesakan dalam kaitannya dengan hak dan keistimewaan Allah Swt. Ketiganya adalah Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Shifat. Pembagian tersebut didapatkan dari istiqra’, yakni penelitian secara menyeluruh terhadap dalil-dalil tentang tauhid di dalam Alquran.
Lebih lanjut, Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi dan Syaikh Abdurrazzaq Al Bard menyatakan kalau adanya istiqra’ menunjukkan bahwa pembagian tauhid merupakan hakikat syar’i yang disarikan dari kitab suci agama Islam, bukan sekadar istilah yang diciptakan para ulama.
Selain dibagi menjadi tiga, ada juga beberapa ulama yang mengelompokkan tauhid menjadi dua, yaitu Tauhid fil Ma’rifah wal Itsbat (terdiri dari Tauhid Rububiyah dan Asma wa Shifat) dan Tauhid fith Thalab wal Qashd (mencakup Tauhid Uluhiyah). Meskipun begitu, tidak ada pertentangan antara metode pembagian tersebut.
Ketiga macam tauhid ini tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lainnya karena saling terkait. Di dalam Tauhid Rububiyah terdapat maksud dari Tauhid Uluhiyah, di mana seseorang yang mengakui keesaan Allah melalui perbuatannya, secara otomatis akan mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Swt.
Tauhid Asma wa Shifat sendiri juga mencakup Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah sekaligus. Karena di antara nama Allah, terdapat nama yang mengandung makna dan sifat seperti Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah.
Seseorang dapat dikatakan bertauhid dengan sempurna apabila telah mewujudkan ketiga tauhid ini secara seutuhnya. Sementara seorang hamba yang mengaku telah melaksanakan salah satu dari tiga tauhid ini tapi tidak melaksanakan yang lain, maka ia bisa dipastikan tidak melaksanakan tauhid tersebut secara sempurna.
Agar lebih memahaminya, berikut ini sedikit penjelasan seputar masing-masing jenis tauhid tersebut.
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah merupakan tindakan menunggalkan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya dan mengimani bahwa Ia semata yang menciptakan seluruh makhluk. Kemudian meyakini bahwa hanya Allah yang memberikan rezeki pada seluruh makhluk-Nya. Ialah yang menguasai seluruh kerajaan, mengatur alam semesta, berkuasa atas segala sesuatu, mengangkat dan menurunkan penguasa, mengatur siang dan malam, memuliakan dan merendahkan, juga yang menghidupkan dan mematikan segala makhluk.
Lebih lanjut, Syaikh Sulaiman menerangkan kalau tauhid ini merupakan pengakuan kalau Allah Swt. merupakan Tuhan dari segala sesuatu, yang menguasai dan memiliki, mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, memberi manfaat dan mudarat, esa dalam mengijabahi doa, menguasai segala urusan, mampu atas segala sesuatu yang Ia kehendaki, dan tak memiliki sekutu. Menurutnya, iman dan takdir termasuk dalam tauhid rububiyah.
Dalam penjelasan yang lebih sederhana, Syaikh Muhammad bi Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa arti Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah dalam tiga macam hal, antara lain penciptaan, kerajaan (kekuasaan dan kepemilikan), dan pengaturan.
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah memiliki arti tindakan mengesakan Allah Swt. dalam hal peribadatan. Lebih jelasnya, seorang makhluk tidak akan menyembah Tuhan lain selain Allah Swt. Ia tak akan menghambakan malaikat, nabi, wali, syaikh, ibu, bapak, atau makhluk lain.
Tauhid Uluhiyah juga bisa dijelaskan sebagai tindakan mengesakan Allah Swt. dalam bentuk perbuatan. Di antaranya seperti melalui doa, penyembelihan, nadzar, harapan, rasa takut, permohonan pertolongan, perlindungan, tawakal, dan lain sebagainya.
Tauhid ini disebut juga sebagai Tauhid Ibadah. Seorang hamba diwajibkan untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan keikhlasan hanya kepada Allah, demi memenuhi kebutuhan dan hajatnya kepada Sang Pencipta. Secara umum, tauhid ini merupakan dasar agama sejak awal hingga akhir, lahir juga batin.
3. Tauhid Asma wa Shifat
Tauhid Asma wa Shifat mengandung pengertian mengesakan Allah Swt. melalui nama-nama dan sifat yang menjadi hak-Nya. Cara bertauhidnya adalah dengan menetapkan sifat dan nama Allah sesuai dengan ketetapan-Nya, tanpa tahrif, ta’thil, takyif, tasybih, atau tafwidh.
Tahrif sendiri adalah memalingkan makna hadis atau ayat Alquran yang membahas tentang nama atau sifat Allah menjadi makna lain yang batil. Contohnya adalah nama istiwa yang bermakna bersemayam, kemudian dipalingkan menjadi menguasai.
Ta’thil yaitu menolak dan mengingkari sebagian sifat atau nama Allah. Sementara takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah Swt.
Tasybih berarti menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Seperti menganggap sifat Maha Pengampun Allah sama seperti ampunan yang diberikan manusia pada manusia lainnya. Padahal Allah sama sekali tak serupa dengan makhluk-Nya.
Kemudian tafwidh adalah tidak menolak nama atau sifat Allah, tapi enggan menetapkan maknanya. Maksudnya adalah menghafalkan nama-nama-Nya, tapi tidak berusaha memahami dan meyakini makna di baliknya. Padahal Allah Swt. sudah menyampaikan dan menjelaskannya melalui Alquran dan hadis.