
Mengetahui asal mula dari sebuah wilayah tak hanya akan menambah pengetahuanmu, tapi juga bisa menambahkan rasa cintamu pada daerah tersebut. Kalau kamu dari Banjarmasin, coba cek artikel tentang asal-usul kota itu di artikel ini!
Banjarmasin adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki julukan Kota Seribu Sungai. Kalau kamu berasal dari Banjarmasin, pernahkah kamu penasaran dengan asal-usul nama kota tersebut?
Dalam artikel ini, kamu bisa mengetahui penjelasan kisahnya yang menarik secara lebih detail. Sehingga setelah membacanya, kamu bisa menceritakannya untuk adik, keponakan, atau buah hati tersayang. Siapa tahu setelah mengetahui kisahnya, rasa cinta mereka pada kampung halaman bisa bertambah.
Tertarik untuk mengetahui kisah asal-usul Kota Banjarmasin? Langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan berikut. Selain kisahnya, kamu juga bisa mendapatkan ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya, lho!
Cerita Rakyat Asal-Usul Kota Banjarmasin
Alkisah di zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan bernama Nagara Daha yang didirikan oleh Putri Kalungsu. Di kerajaan tersebut, ia tinggal bersama putranya yang bernama Raden Sari Kaburangan alias Sekar Sungsang dengan gelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan. Sekar Sungsang kemudian menjadi raja Nagara Daha.
Sebagai seorang pengikut Dewa Syiwa, Sekar Sungsang mendirikan candi dan lingga terbesar di Kalimantan Selatan. Candi itu kini dikenal dengan nama Candi Laras.
Setelah Sekar Sungsang turun tahta, ia digantikan oleh Maharaja Sukarama. Sayangnya, pada masa pemerintahannya, pergolakan selalu terjadi di kerajaan. Salah satunya disebabkan oleh perebutan kekuasaan untuk menggantikan tahta Maharaja Sukarama.
Sang raja sebenarnya sudah memberikan amanat agar cucunya yang bernama Pangeran Samudera menggantikan posisinya. Namun, perlawanan dari Pangeran Mangkubumi membuat Pangeran Samudera tak bisa berkutik. Bahkan, akhirnya Pangeran Mangkubumilah yang naik tahta.
Setelahnya, kekacauan dan pergolakan itu masih saja belum berhenti. Dalam sebuah perseteruan, Pangeran Mangkubumi harus menemui ajalnya. Pangeran Tumenggung kemudian naik tahta menggantikan posisi Pangeran Mangkubumi.
Beberapa patih yang mengurus Pangeran Samudera kemudian merasa kalau sang pewaris kerajaan hidupnya tidak akan aman jika terus tinggal di dalam lingkungan Nagara Daha. Jika ada yang tidak menyukainya dan merasa hidupnya terancam, orang tersebut tidak akan ragu-ragu untuk membunuh sang pangeran.
Dengan bantuan para patih, Pangeran Samudera pun meninggalkan Kerajaan Nagara Daha secara diam-diam. Sang pangeran memutuskan untuk menyamar dan tinggal di sebuah daerah terpencil sekitar muara Sungai Barito.
Bandar Masih
Di sepanjang tepi Sungai Barito dari bandar utama Nagara Daha, terdapat kampung-kampung berbanjar-banjar atau berderet-deret. Di antaranya adalah Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Balitung, dan Banjar. Dari kampung-kampung tersebut, yang letaknya paling bagus dan strategis adalah Kampung Banjar. Alasannya karena kampung itu dibentuk oleh lima aliran sungai yang bermuara di Sungai Kuin.
Lokasi yang bagus ini membuat Kampung Banjar berkembang menjadi sebuah bandar, yaitu kota perdagangan yang ramai dikunjungi kapal dagang dari berbagai negeri. Bandar itu dipimpin oleh seorang patih yang biasa dipanggil Patih Masih, sehingga Kampung Banjar lama kelamaan dikenal dengan nama Bandar Masih.
Siapa sangka kalau rupanya Pangeran Samudera selama ini bersembunyi di wilayah kekuasaan Kampung Banjar. Setelah mengetahui kalau sang pewaris Kerajaan Nagara Daha yang sah berada di daerah kekuasaannya, Patih Masih langsung mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Kuin, dan Patih Balitung berunding.
Mereka kemudian memutuskan untuk mencari tempat persembunyian Pangeran Samudera dan menobatkannya menjadi raja, sesuai dengan wasiat dari Mahajara Sukarama. Mengangkat sang pangeran menjadi raja dan menjadikan Bandar Masih sebagai pusat kerajaan sekaligus bandar perdagangan akan membuat kedudukan Pangeran Tumenggung menjadi terdesak.
Bagaimanapun juga, tidak ada satu pun patih yang mengakui Pangeran Tumenggung sebagai raja. Mereka bahkan tak rela menyerahkan upeti untuk Nagara Daha selama Pangeran Tumenggung menjabat.
Baca juga: Kisah Raden Alit dan Dayang Bulan dari Sumatera Selatan yang Seru Beserta Ulasan Lengkapnya
Serangan dari Pangeran Tumenggung
Setelah berhasil menemukan Pangeran Samudera, para patih langsung mengungkapkan tujuannya. Sang pangeran menyetujui rencana tersebut dan mulai mengatur strategi bersama-sama.
Namun, rupanya informasi itu sampai di telinga Pangeran Tumenggung. Sang raja pun tidak tinggal diam. Ia mengirimkan armada dan pasukan tentara ke Sungai Barito. Peperangan besar terjadi selama berbulan-bulan tanpa ada kepastian siapa yang menang.
Para patih kemudian menyarankan kepada Pangeran Samudera untuk meminta bantuan ke Kerajaan Demak. Karena pada saat itu, Demak termasuk salah satu kerajaan terkuat setelah Majapahit dan sering menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di Jawa.
Pangeran Samudera pun mengirim Patih Balit ke Demak untuk mendapatkan bantuan. Kerajaan Demak menyetujuinya, tapi dengan satu syarat, yaitu Pangeran Samudera bersedia memeluk agama Islam. Tanpa berpikir panjang, sang pangeran menyetujui syarat tersebut.
Bantuan dalam bentuk armada besar lalu datang dari Demak untuk menyerang Kerajaan Nagara Daha. Armada itu terdiri dari tentara Kerajaan Demak dan sekutunya yang terdapat di sepenjuru Pulau Kalimantan.
Perang Antara Dua Raja
Pertempuran besar pertama terjadi di Sangiang Gantung. Dengan mudahnya pasukan Pangeran Tumengung dipukul mundur hingga sampai di muara Sungai Amandit dan Alai. Di sepanjang tempat yang ditaklukkan, pasukan Pangeran Samudera mengibarkan panji Tatunggul Wulung Wanara Putih.
Peperangan tersebut menimbulkan banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Hal itu membuat Patih dari Nagara Daha, Arya Trenggana merasa sedih. Ia kemudian mengusulkan cara tercepat untuk menyelesaikan peperangan kepada Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudera. Caranya adalah dengan melakukan duel atau perang tanding antara kedua raja. Pihak yang kalah harus mengakui kedaulatan sang pemenang. Usulnya disetujui oleh kedua belah pihak.
Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudera masing-masing menaiki perahu yang disebut Talangkasan. Perahu-perahu tersebut dikendalikan oleh para panglima dari kedua belah pihak. Para pangeran juga mengenakan pakaian perang dan membawa sumpitan, parang, keris, dan telabang atau perisai.
Di Sungai Parit Basar, kedua raja saling berhadapan. Pangeran Tumenggung sudah tak sabar ingin mengikuti nafsunya untuk membunuh Pangeran Samudera. Di lain pihak, Pangeran Samudera merasa tidak tega melawan pamannya sendiri. Saat itu, Pangeran Samudera sudah merasa ikhlas jika sang paman membunuhnya.
Mengetahui kerelaan Pangeran Samudera, hati Pangeran Tumenggung langsung luluh. Segala amarah yang tadi sempat muncul kini luluh dan menghilang. Ia tak lagi melihat Pangeran Samudera sebagai musuhnya, tapi keponakan yang satu darah dengannya. Pangeran Tumenggung langsung melemparkan senjatanya dan memeluk keponakannya itu. Dengan penuh haru, keduanya bertangis-tangisan.
Pangeran Samudera Menjadi Raja
Dengan ketulusan hati, Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaannya kepada keponakannya. Nagara Daha pun kini dipimpin oleh Pangeran Samudera. Namun, Pangeran Samudera memindahkan pusat pemerintahan kerajaan tersebut ke Bandar Masih atau Banjar Masih. Alasannya karena bandar ini terletak di dekat muara Sungai Barito. Dengan berpindahnya pusat pemerintahan, rakyat Nagara Daha mulai pindah ke Bandar Masih.
Pangeran Tumenggung kemudian diberi daerah kekuasaan di Batang Alai. Ia kini memimpin setidaknya seribu rakyat. Sementara itu, Nagara Daha kemudian tak lagi ditinggali penduduk dan menjadi daerah kosong.
Pangeran Samudera kemudian mengubah namanya menjadi lebih islami, yaitu Sultan Suriansyah. Hari kemenangannya, 24 September 1526 kemudian menjadi hari jadi untuk Kota Banjar Masih atau Bandar Masih. Nama kota ini lama kelamaan berubah menjadi Banjar masin atau Banjarmasin karena setiap musim kemarau panjang, air di daerah itu berubah menjadi masin (dalam bahasa daerah setempat berarti asin).
Setelah meninggal dunia, Sultan Suriansyah dimakamkan di Kuin Utara, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II Banjarmasin. Hingga sekarang, masih banyak warga Kota Banjarmasin yang mengunjungi makam tersebut. Bahkan, setiap tanggal 24 September, Wali Kota Banjarmasin dan para pejabatnya akan berziarah ke makam Sultan Suriansyah.
Baca juga: Kisah Asal Mula Nagari Minangkabau dan Ulasannya, Bukti Kalau Kekerasaan Bukanlah Segalanya
Unsur Intrinsik Asal Mula Kota Banjarmasin
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah mengetahui sejarah singkat asal mula Kota Banjarmasin, kini saatnya kamu membaca tentang beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam ceritanya. Di antaranya adalah:
1. Tema
Tema atau inti cerita dari kisah ini adalah tentang perebutan kekuasaan Kerajaan Nagara Daha. Pergolakan tersebut terjadi sejak masa pemerintahan Maharaja Sukarama. Bahkan, Pangeran Mangkubumi yang naik tahta sesudahnya pun akhirnya dibunuh. Prahara masih terus berlanjut hingga masa pemerintahan Pangeran Tumenggung yang menggantikan Mangkubumi.
2. Tokoh dan Perwatakan
Secara umum, tokoh utama dari asal-usul Kota Banjarmasin ini adalah Pangeran Samudera dan Pangeran Tumenggung. Pangeran Tumenggung memiliki sifat serakah dan tak mau kalah. Hal itu terlihat ketika ia berusaha keras menjadi raja meskipun setelah mengetahui lawannya adalah keponakannya sendiri. Bahkan, ia tak ragu-ragu menyerang kerajaan kecil yang baru dibangun Pangeran Samudera.
Meskipun begitu, sebenarnya Pangeran Tumenggung masih memiliki perasaan yang baik dan tulus di dalam hatinya. Hal tersebut terlihat ketika ia langsung luluh saat keponakannya mengungkapkan kalau ia rela dibunuh. Akhirnya, ia pun menyerahkan posisi raja pada Pangeran Samudera.
Di sisi lain, Pangeran Samudera memiliki sifat bijaksana dan suka mengalah. Ia lebih memilih bersembunyi di kota kecil daripada melawan pamannya. Ketika harus berhadapan secara langsung sekalipun, ia langsung menyerah dan merelakan dirinya dibunuh oleh sang paman.
Selain kedua tokoh tersebut, ada beberapa tokoh pembantu yang mewarnai kisahnya. Di antaranya adalah Pangeran Mangkubumi, Patih Masih, Patih Balit, raja Kerajaan Demak, dan Arya Trenggana.
3. Latar
Ada beberapa latar yang disebutkan dalam kisah asal mula Kota Banjarmasin ini. Di antaranya adalah Kerajaan Nagara Daha, Kampung Banjar atau Bandar Masih, Kerajaan Demak, dan Sungai Parit Basar tempat kedua pangeran adu kekuatan.
4. Alur
Alur cerita dari legenda penamaan ibu kota Kalimantan Selatan di atas termasuk dalam alur maju atau progresif. Kisahnya dimulai dengan perebutan kekuasaan yang terjadi di Kerajaan Nagara Daha selama beberapa kali masa pemerintahan. Hingga puncaknya adalah ketika Pangeran Tumenggung naik tahta.
Konfliknya muncul ketika beberapa patih berniat mengangkat Pangeran Samudera sebagai raja di Banjar. Pangeran Tumenggung yang tidak terima pun langsung menyerang. Setelah ada banyak korban berjatuhan, Arya Trenggana mengusulkan agar kedua pangeran berduel.
Pada hari bertanding, Pangeran Samudera justru merelakan dirinya agar dibunuh oleh sang paman. Melihat hal tersebut, hati Pangeran Tumenggung pun terketuk dan akhirnya menyerahkan tahtanya untuk keponakannya itu.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral yang bisa didapatkan dari kisah asal-usul Kota Banjarmasin ini. Salah satunya adalah tentang ketulusan hati. Bahwa keikhlasan dan ketulusanmu dalam melakukan sesuatu itu pasti akan memberikan hasil yang baik. Tak jarang, hal itu juga bisa menyentuh dan meluluhkan hati orang lain.
Sama halnya yang dilakukan oleh Pangeran Samudera yang mengikhlaskan dirinya sendiri agar dikalahkan oleh Pangeran Tumenggung. Pada akhirnya, hal itu justru mengetuk hati Pangeran Tumenggung dan akhirnya menyerahkan kekuasaannya pada Pangeran Samudera.
Selain unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu temukan dalam cerita asal-usul Kota Banjarmasin ini. Di antaranya adalah nilai-nilai yang banyak diterapkan oleh masyarakat sekitar, seperti nilai moral, sosial, dan budaya.
Baca juga: Legenda Si Tanduk Panjang dari Tanah Batak dan Ulasan Lengkapnya yang Menarik untuk Disimak
Fakta Menarik tentang Asal-Usul Kota Banjarmasin
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah mengetahui cerita asal-usul Nama Kota Banjarmasin dan unsur intrinsiknya, kini kamu perlu mengetahui beberapa fakta menariknya. Berikut adalah ulasannya:
1. Alasan Air di Banjarmasin Asin
Jika berdasarkan kisahnya, disebutkan kalau pada musim kemarau panjang, air di daerah tersebut menjadi masin atau asin. Kira-kira apa penyebabnya, ya?
Rupanya, hal tersebut berhubungan dengan lokasi Kota Banjarmasin yang berada di ketinggian 16 cm di bawah permukaan air laut. Oleh karena itu, setiap kali bulan purnama, air di bagian laut selatan akan naik hingga menggenangi pantai dan jalan-jalan di perkotaan. Air juga masuk ke dalam aliran sungai, sehingga ketika musim kemarau tiba dan air sungai menguap, yang tersisa adalah air asin yang naik dari laut.
2. Dugaan Lain Perubahan Nama
Selain karena airnya yang menjadi asin, ada dugaan lain mengapa nama Bandar Masih berubah menjadi Banjarmasin. Alasannya adalah karena cara pengucapan para penjajah dari Belanda yang membuat namanya terdengar berbeda.
Awalnya para penjajah mengucapkan Bandar Masih menjadi seperti Bandzermash. Kemudian pada tahun 1664, pengucapannya menjadi sedikit berbeda, yaitu Bandjermassinghh. Beberapa tahun kemudian, pengucapannya pun seperti Bandjermasing yang kemudian terdengar seperti Banjarmasin bagi orang lokal. Hingga sekarang, kota tersebut pun dikenal dengan nama Banjarmasin.
Semakin Mengetahui Asal-Usul Nama Kota Banjarmasin
Begitulah akhir dari ulasan seputar legenda asal mula Kota Banjarmasin. Jadi bagaimana? Menarik untuk diceritakan untuk adik atau buah hati tersayang, kan? Pesan moralnya pun baik untuk disampaikan kepada mereka.
Kalau kamu masih ingin mencari dongeng lain yang berasal dari Kalimantan Selatan, langsung saja cek artikel di PosKata. Di sini kamu bisa menemukan legenda Lok Si Naga, Telaga Bidadari, dan Putri Junjung Buih. Selamat membaca!