
Buat yang suka cerita rakyat Nusantara, sudahkah kamu membaca legenda Telaga Alam Banyu Batuah? Bila belum, segeralah membaca kisah tersebut. Tak hanya memiliki cerita yang menarik, legenda Telaga Ayam Banyu Batuah juga sarat pesan moral. Yuk, langsung baca artikel ini untuk tahu kisah selangkapnya!
Kebanyakan orang mungkin membaca cerita rakyat Nusantara hanya ketika duduk di bangku sekolah saja. Padahal banyak legenda suatu daerah yang seru dan menarik tuk kamu simak. Salah satu legenda yang seru adalah Telaga Alam Banyu Batuah.
Cerita yang berasal dari Kalimantan Selatan ini secara singkat mengisahkan tentang seorang anak dari suku Biaju. Anak tersebut bernama Halaban dan memiliki kesaktian yang luar biasa.
Kira-kira, konflik seperti apakah yang kan terjadi dalam kisah ini? Kalau penasaran, tak perlu lama-lama lagi. Yuk, langsung saja simak legenda Telaga Alam Banyu Batuah yang ada dalam artikel ini. Informasi seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan. Selamat membaca!
Legenda Telaga Alam Banyu Batuah
Pada zaman dahulu, ada sebuah kampung kecil yang penghuninya kebanyakan dari suku Dayak Biaju yang kebanyakan masih memiliki hubungan pertalian darah. Awalnya, para penduduk tersebut merupakan suku Dayak Ngaju dari Pegunungan Meratus.
Kemudian, mereka pindah ke kaki Pegunungan Bajuin dan berganti nama menjadi suku Dayak Biaju. Di sekitar pegunungan terdapat tambang emas yang menjadi mata pencaharian utama para penduduk dan pendatang. Konon, tambang-tambang emas tersebut adalah harta karun dari seorang laki-laki bernama Nuin.
Suku Dayak Biaju memiliki pemimpin yang senantiasa melindungi penduduknya dari mara bahaya. Baik bahaya yang datang dari luar maupun ancaman-ancaman dari binatang buas, ia sanggup melawannya. Pasalnya, ia memiliki kesaktian yang luar biasa hebat. Karena kehebatannya, kepala-kepala dari suku lain sangat segan kepadanya.
Ternyata, kesaktiannya tersebut menurun ke anak sulungnya yang bernama Halaban. Meski masih muda, kesakitan Halaban cukup terkenal di beberapa penjuru desa. Ia juga terkenal memiliki sifat pemberani, ramah, dan bijaksana. Tak heran orang-orang juga sangat segan padanya.
Kampung Bajuin sendiri memiliki panorama alam pegunungan yang sangat indah dan memukai. Udara di kawasan ini pun sangat sejuk. Selain itu, ada beragam macam satwa yang hidup di kampung Bajuin.
Baca juga: Legenda Asal Mula Desa Trunyan dan Ulasan Menariknya, Alasan di Balik Cara Pemakaman yang Unik
Saudagar Kaya Raya
Pada suatu hari, ada utusan dari saudagar kaya raya datang menemui Halaban untuk meminta bantuan. Rupanya, anak saudagar kaya itu mempunyai anak yang terkena penyakit dan tak kunjung sembuh.
Jadi, anak itu menderita penyakit yang sangat langka. Ia tiba-tiba saja kehilangan suaranya. Badannya juga selalu demam dan tenggorokannya membengkak. Sebenarnya, saudagar kaya raya ini telah mengundang beberapa tabib. Tapi, tak ada satu pun orang yang bisa menolongnya.
Pada suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan seorang kakek-kakek. Dalam mimpinya, kakek tua itu berkata bahwa sumber air di puncak Bukit Bajuin bisa menyembuhkan anaknya. Setelah mimpi itulah saudagar kaya menyuruh utusannya untuk datang ke Pegunungan Bajuin .
Utusan yang menemui Halaban itu mengatakan anak dari pemimpinnya hanya bisa sembuh bila meminum air dari sumber mata air di pucak Bukit Bajuin. Sayangnya, tak semua orang bisa mengambil sumber mata air dari puncak bukit itu.
Maka dari itulah utusan saudagar kaya tersebut meminta bantuan pada Halaban yang terkenal sakti mandraguna. Sebelum membantu menyembuhkan anak saudagar, Halaban mengajukan beberapa persyaratan. Mereka harus menyediakan 1 ekor ayam hitam, 7 kuntum bunga beraneka warna, dan 3 buah bibit tanaman pohon yang harus ditanam di puncak Bukit Bajuin.
Setelah semua syarat terpenuhi, anak muda yang sakti itu mulai mendaki puncak Bukit Bajuin pada waktu yang telah ditentukan. Ia tak lupa membawa sebilah senjata tradisional suku Biaju, yakni parang bungkul.
Senjata tersebut mampu melindungi Halaban dari berbagai macam gangguan. Selain itu, ia juga membawa butah alias wakul besar yang terbuat dari rotan. Wakul tersebut berisi ayam, bunga, dan bibit pohon.
Lereng Bukit Bajuin
Dalam perjalanan menuju puncak, Halaban harus melewati tiga lereng. Pada lereng bukit pertama, ia harus menghadapi biawak putih yang sangat besar. Anehnya, biawak itu dapat berbicara layaknya manusia.
“Di hari yang sangat panas ini, apakah yang sedang kau cari anak muda?” tanya biawak itu menyapa Halaban.
Halaban pun terkejut. Ia tak menyangka bila ada seekor biawak yang bisa berbicara. “Namaku Halaban. Aku hendak menyelesaikan tugas dari seorang yang butuh bantuan,” ucap pemuda sakti itu.
“Hmm, tugas apa itu? Kau harus menceritakannya padaku. Bila tidak, aku tak akan mengizinkanmu melewati lereng ini,” ucap biawak putih itu.
Halaban lalu menceritakan tujuannya datang ke bukit Bajuin. Ia mengatakan bahwa dirinya hendak mengambil air dari puncak bukit untuk mengobati anak dari seorang saudagar yang sedang sakit keras.
Mendengar jawaban tersebut, biawak putih pun menganggukan kepalanya. “Ternyata kau menjalankan tugas yang teramat mulia. Boleh saja kamu mengambil air dari puncak. Tapi, ada syarat yang harus kau penuhi,” kata biawak putih.
“Syarat apakah itu, Tuan?” jawab Halaban.
“Kau harus membawa seutas tali dari kayu bilaran yang tumbuh tak jauh dari sekitar air terjun. Tapi, kau harus berhati-hati saat mengambil seutas tali itu. Sebab, pohon itu dijaga oleh ular berbiasa. Tali itu nanti bisa kau gunakan untuk mendaki bukit,” ucap sang biawak.
“Baiklah, Tuan. Akan segera kudapatkan tali dari kayu bilaran. Terimakasih atas bantuannya,” ucap anak muda itu.
Baca juga: Kisah Asal Mula Tombak Kyai Pleret dan Ulasannya, Peninggalan Kerajaan Mataram yang Legendaris
Melawan Ular Tedung
Sesampainya di dekat air terjun, ia melihat ada banyak pohon bilaran. Saat hendak mengambil seutas tali, ada seekor ular tedung yang mendesis. Ular tersebut sangat besar dan mengerikan. Ular tedung membuka mulutnya dan hendak memakan Halaban.
Dengan cepat, anak muda ini mengambil senjatanya dan menangkis mulut sang ular dengan kencang. Meski sempat terlempar, ular itu dengan cepat mendekati Halaban dan menyerangnya.
Karena tak ingin membunuh sang ular, anak muda ini lalu menjepit kepala ular itu dengan ranting. Ia lalu membuang sang ular ke semak-semak. Ia sebenarnya sedikit merasa bersalah pada ular tedung karena telah mengusik tempat peristirahatannya.
Setelah berhasil mengalahkan ular, Halaban lalu mengambil tali dari pohon bilaran. Setelah beristirahat sejenak, ia kemudian melanjutkan pendakiannya menuju lereng bukit kedua. Berkat tali dari pohon bilaran, ia mampu melewati lereng bukit kedua dengan mudah.
Di lereng itu, ia menemukan hamparan batu-batu besar yang memiliki air terjun sangat indah. Suasananya sangatlah tenang dan menyejukkan. Halaban pun memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk melepas lelah.
Bertemu Bangkui
Selesai beristirahat sejenak, ia pun bersiap untuk melanjutkan pendakian menuju lereng berikutnya. Tiba-tiba, muncul seekor bangkui atau monyet berwarna coklat kemerahan yang tubuhnya sangat besar.
Binatang itu merasa terusik dengan kedatangan Halaban. Dari tatapannya, bangkui jantan terlihat marah dan hendak menyerang Halaban. Tanpa rasa takut, anak muda ini justru mendekati bangkui.
Namun, bangkui malah terlihat makin marah. Hewan itu lalu berusaha menyerang anak muda yang sakti ini dengan cakar-cakarnya. Namun, Halaban tak melakukan serang balik. Ia tak ingin melukai bangkui.
Sebab, sang ayah berpesan padanya untuk tak melukai makhluk lain. Halaban adalah anak yang berbakti, sehingga ia tak akan pernah melawan perintah orang tuanya. Melihat Halaban yang hanya menghindar tanpa melawan, bangkui makin geram.
Serangannya semakin menjadi-jadi. Namun, Halaban tetap terlihat tenang. Ia sama sekali tak ingin melayani serangan yang datang bertubi-tubi itu. Dengan penuh kesabaran, ia terus menghindari dari serangan bangkui.
Serangan bangkui pun semakin besar. Karena khawatir tak bisa menghindar lagi, Halaban pada akhirnya mengeluarkan parang bungkul miliknya dan mengenai lengan bangkui. Seketika, lengannya mengeluarkan darah.
Mengalahkan Bangkui
Bangkui pun terdiam dan menyadari bahwa Halaban bukanlah orang biasa. Ia lalu menundukkan kepalanya sembari memegang lengannya yang berdarah-darah. Melihat hal itu, Halaban merasa sangat bersalah.
“Maaf karena telah melukai tanganmu. Aku hanya khawatir karena kau bisa saja membunuhku,” ucap pemuda sakti itu.
Mendengar ucapan maaf pemuda itu, bangkui pun mundur perlahan. Tandanya, ia telah mengizinkan Halaban untuk melanjutkan perjalanan. Saat hendak pemuda sakti ini hendak pergi, tiba-tiba bangkui mengatakan sesuatu, “Maafkan aku anak muda. Ketahuilah, aku hanya ingin melindungi sesamaku,” ucap bangkui.
“Aku mengerti tujuanmu, Tuan. Sekali lagi aku minta maaf karena telah melukai tanganmu,” ucap Halaban.
“Tak mengapa, Nak. Lukaku akan segera sembuh. Aku akan menempelkan keong mas pada lukaku. Lantas, apa tujuanmu datang kemari?” tanya bangkui.
“Aku kemari hendak mengambil air dari puncak bukit, Tuan. Ada seorang anak kecil yang sedang sakit parah. Ia butuh air itu agar bisa sembuh,” jawab pemuda sakti ini.
“Hmm, tujuanmu sangatlah mulia. Tapi, berhati-hatilah, saat mendaki lereng puncak bukit, kamu akan mendengar suara mengerikan. Jangan goyah dan jangan takut. Tetap lakukan segala yang suara itu perintahkan,” ucap bangkui.
“Baiklah, Tuan. Terimakasih sudah memberitahuku,” jawab Halaban sembari berpamitan pada bangkui dan melanjutkan pendakian.
Menuju Puncak Bukit
Dengan seluruh tenaga, Halaban berusaha mendaiki puncak bukit menggunakan tali dari kayu bilaran. Pada saat mendaki, tiba-tiba ia mendengar suara dari tumpukan batu-batu besar.
“Apa maksud dan tujuanmu datang kemari anak muda?” ucap suara misterius itu.
Halaban terkejut dengan suara yang memekikkan telinganya. Ia menoleh ke sana kemari, tapi tak ada satu pun orang yang menampakkan dirinya. Ia lalu melanjutkan pendakiannya.
Tiba-tiba, suara itu kembali terdengar, “Wahai kau anak muda! Apa tujuanmu datang kemari? Siapakah dirimu?,” teriak suara yang terdengar seperti kakek-kakek itu.
Karena tak ingin mendapatkan masalah, Halaban pun menjawab pertanyaan itu. “Mohon maaf atas kelancanganku memasuki puncak perbukitan ini, Kek. Namaku adalah Halaban. Aku ingin mengambil sumber air dari puncak bukit untuk mengobati seorang anak yang sedang sakit-sakitan,” jawab pemuda pemberani ini.
“Wahai anak muda, ketahuilah, tak sembarang orang boleh mendaki puncak perbukitan ini, tanpa membawa syarat-syarat tertentu,” ucap suara menyeramkan itu.
“Aku telah membawa 1 ekor ayam hitam, bunga beraneka ragam, dan bibit tanaman, Kek. Apakah semua itu adalah persyaratannya?” jawab Halaban.
“Benar sekali anak muda! Sekarang, turutilah perintahku. Kau harus meletakkan tujuh kuntum bunga beraneka warna di atas batus paling besar. Lalu, lepaskanlah ayam hitam di hutan rimbun ini,” perintah sang kakek.
“Baiklah, Kek. Akan kuturuti semua perintahmu,” ujar pemuda itu. Setelah meletakkan ayam hitam dan bunga beraneka ragam, ia lalu bertanya pada suara misterius itu, “Lantas, harus kuapakan bibit pohon ini, Kek?”
“Tanamlah bibit-bibit itu dekat telaga yang ada di puncak bukit ini. Lalu, namailah pohon itu sama dengan namamu. Bila sudah selesai, maka kau boleh mengambil air dari telaga di puncak bukit ini sebanyak yang kamu mau,” ucap suara misterius itu.
“Terimakasih, Kek. Aku akan segera menyelesaikan perintahmu,” jawab Halaban.
Telaga Alam Banyu Batuah
Setelah mengambil air, Halaban pun segera menuruni lereng bukit dengan perlahan dan hati-hati. Sesampainya di kampung, ia langsung menyerahkan air bertuah itu pada anak laki-laki saudagar kaya raya.
Kepulangan Halaban tentunya mendapat sambutan meriah dari para warga dan sang saudagar. Mereka khawatir bila Halaban tak selamat saat mencoba mengambil air dari puncak bukit itu.
Setelah sampai dengan selamat, para warga sangat mengagumi Halaban. Mereka tak menyangka bila pemuda itu telah berani mempertaruhkan nyawanya demi mengambil air bertuah. Ucapan terima kasih pun tak berhenti Halaban dapatkan.
Beberapa hari setelah meminum air dari puncak bukit, anak dari saudagar kaya itu berangsung-angsur membaik. Ia pun sembuh dari penyakitnya setelah rutin meminum air itu. Betapa gembiranya hati sang saudagar kaya itu.
Tak lupa ia mengucap syukur kepada Tuhan atas kesembuhan anaknya. Ia juga berterimakasih banyak pada Halaban dan ayahnya. Keluarga saudagar kaya raya itu lalu mengadakan acara syukuran atas kesembuhan anak laki-lakinya.
Berita kesembuhan anak saudagar kaya itu pun tersebar luas. Seluruh warga pun percaya bahwa air bertuah atau kerap disebut banyu batuah dari puncak Bukit Bajuin itu bisa menyembuhkan beragam penyakit. Oleh karena itu, masyarakat sekitar Pegunungan Bajuin menamakan tempat tersebut Telaga Alam Banyu Batuah.
Baca juga: Legenda Asal-Usul Pulau Senua dan Ulasan Menariknya, Pulau yang Berbentuk Seperti Ibu Hamil
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita legenda Telaga Alam Banyu Batuah, kurang lengkap rasanya kalau belum mengulik unsur intrinsiknya. Kamu penasaran? Berikut ulasan lengkapnya;
1. Tema
Legenda Telaga Alam Banyu Batuah memiliki tema tentang keberanian seorang anak laki-laki. Meski tantangan yang dihadapinya tak mudah, ia tetap berjuang melawan setiap rintangan demi membantu orang lain.
2. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh utama yang mewarnai cerita legenda Telaga Alam Banyu Batuah ini adalah Halaban. Ia merupakan pemuda bijak yang mendapatkan kesaktian dari ayahnya. Dengan kesaktiannya, ia rela menolong saudagar kaya yang anaknya sedang sakit.
Beberapa tokoh yang turut mendukung jalannya cerita adalah Kepala Suku Baiju, saudagar kaya dan utusannya, biawak putih, bangkui, serta penunggu puncak bukit Bajuin yang hanya terdengar suaranya saja.
3. Latar
Ada beberapa latar tempat dalam cerita legenda Telaga Alam Banyu Batuah, yaitu kampung yang berada di kaki Pegunungan Bajuin, lereng bukit, dan puncak bukit. Ada pun latar waktu yang digunakan adalah siang hari.
4. Alur Cerita Legenda Telaga Alam Banyu Batuah
Alur cerita legenda Telaga Alam Banyu adalah maju. Cerita berawal dari seorang saudagar kaya raya yang membutuhkan air dari puncak Bukit Bajuin karena anaknya sakit-sakitan. Ia lalu meminta bantuan pada pemuda sakti bernama Halaban yang tinggal di sekitar kaki pegunungan itu.
Dalam perjalanan pendakian menuju puncak Bukit Bajuin, pemuda sakti ini mengalami banyak sekali rintangan. Ia bertemu dengan biawak putih, ular tedung, dan bangkui. Namun, ia pantang menyerah demi bisa menyelamatkan anak saudagar itu. Pada akhirnya, ia berhasil menakhlukan seluruh rintangan dan berhasil mendapatkan air dari puncak bukit.
5. Pesan Moral
Dari cerita legenda Telaga Alam Banyu Batuah, pesan moral apa sajakah yang bisa kamu petik? Tentu saja ada beberapa amanat, salah satunya adalah jangan mudah menyerah dalam meraih impian.
Lihatlah betapa gigihnya perjuangan Halaban menuju puncak Bukit Bajuin. Meski ada banyak sekali rintangan yang menghadang, ia tetap berjuang dan tak mudah menyerah.
Selain itu, pesan moral yang bisa kamu petik adalah bersyukurlah atas segala nikmat yang Tuhan berikan padamu. Ketika sang anak sembuh, saudagar kaya itu tak lupa mengucap syukur pada Tuhan.
Tak hanya unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa disimpulkan berdasarkan kisah legenda Telaga Alam Banyu Batuah. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, termasuk nilai sosial, budaya, dan moral.
Fakta Menarik
Setelah mengulik informasi seputar unsur intrinsik legenda Telaga Alam Banyu Batuah, kini saatnya kamu membaca fakta menariknya. Berikut ulasan singkatnya;
1. Menjadi Objek Wisata
Karena keindahannya, Telaga Alam Banyu Batuah sempat menjadi objek wisata favorit di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, pada tahun 1990-an. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, objek wisata ini menjadi sepi pengunjung dan mati suri.
Kabarnya, kondisi fasilitas yang tidak terawat menjadi penyebab objek wisata ini tak lagi menjadi favorit. Ditambah lagi, ada banyak oknum yang kerap memalak pengunjung. Hal itu tentu membuat para wisatawan enggan berkunjung lagi.
Untungnya, sejak tahun 2019, Dinas Pariwisata Kab. Tanah Laut dengan giat membina masyarakat agar tak ada lagi oknum-oknum tak bertanggung jawab. Mereka juga telah menyiapkan dan memperbaiki beberapa fasilitas. Tepat pada 1 Juli 2020, tempat wisata ini telah resmi beroperasi kembali.
Baca juga: Legenda Putri Pukes dan Ulasan Menariknya, Kisah Pengantin yang Berubah Jadi Batu
Bagikan Kisah Legenda Telaga Alam Banyu Batuah Pada Buah Hati
Demikianlah cerita legenda Telaga Alam Banyu Batuah dan ulasan lengkapnya. Bagaimana menurutmu? Apakah ceritanya cukup menarik? Bila kamu suka, bagikanlah kisahnya pada ponakan, anak, atau saudara-saudaramu yang masih kecil. Ceritakan pula pesan moral yang terkandung dalam kisah ini.
Kalau kamu pengen membacakan kisah lainnya, langsung saja telusuri kanal Ruang Pena di Poskata.com. Ada legenda Batu Menangis, Tangkuban Perahu, Putri Pandan Berduri, dan masih banyak lagi. Selamat membaca!