Saat duduk di bangku sekolah, kamu mungkin pernah mendengar atau membaca cerita legenda tentang Si Tanduk Panjang dari Tanah Batak. Bila ingin menceritakannya kembali pada si kecil, berikut ini telah kami rangkum kisahnya. Selamat membaca!
Legenda atau cerita rakyat di Indonesia biasanya memiliki pesan moral, sehingga bagus untuk dibacakan pada si kecil. Salah satu cerita yang seru dan punya pesan positif adalah legenda si Tanduk Panjang dari Tanah Batak.
Singkat cerita, si Tanduk Panjang mengisahkan tentang pasangan suami istri yang mendambakan anak laki-laki. Malangnya, mereka justru mendapatkan anak lelaki yang bertanduk.
Lantas, apakah yang akan mereka lakukan? Akankah merawat bayi bertanduk itu atau membuangnya? Nah, biar tak penasaran, mending langsung baca cerita legenda si Tanduk Panjang dari Tanah Batak ini. Tak cuma kisahnya, kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya.
Cerita Legenda Si Tanduk Panjang dari Tanah Batak
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri di sebuah desa kecil. Mereka memiliki seorang anak perempuan yang telah remaja. Meski telah hidup bahagia, mereka masih mendambakan seorang anak laki-laki.
Karenanya, setiap malam pasangan suami istri ini selalu berdoa pada Tuhan agar mendapatkan momongan laki-laki. Sampai pada suatu hari, sang istri mengandung seorang bayi. Mereka sangat berharap bayi tersebut berjenis kelamin lelaki.
Setelah kurang lebih 9 bulan, akhirnya sang bayi pun lahir ke dunia. Memang benar jenis kelaminnya adalah laki-laki. Tapi, bayi tersebut memiliki tanduk di kepalanya.
Sang ibu pun bersedih. “Ya Tuhan, kenapa kau berikan pada kami seorang anak bertanduk? Apa salah kami selama ini?” ucapnya dalam tangisan.
Mereka tak ingin menahan malu karena memiliki anak berkepala tanduk. Alhasil, sang suami pun berniat untuk membuangnya. “Istriku, maafkan aku. Ini demi kita. Aku kan menghanyutkannya ke sebuah sungai. Semoga ada orang baik yang mau merawatnya,” ucap suami itu.
Sang istri hanya mengangguk tanda setuju dengan ide suaminya. Mereka lalu meletakkan bayi malang itu dalam sebuah peti. Mereka juga menaruh sebutir telur dan segenggam beras.
Saat si suami menghanyutkan bayinya ke sungai, anak perempuannya melihat tindakan tersebut. Dia sangat bersedih karena orang tuanya membuang sang adik.
“Kenapa orang tuaku tega sekali? Padahal selama ini mereka mendambakan kelahiran seorang putra. Hanya karena wajahnya yang tak sempurna, mereka tega membuang adikku begitu saja. Aku tak bisa diam saja. Aku harus menyelamatkan adikku,” ucap sang kakak.
Baca juga: Kisah Asal-Usul Nyi Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan Beserta Ulasannya yang Menarik untuk Dibaca
Telur Ayam yang Telah Menetas
Lalu, sang kakak pun mengikuti adiknya yang ia beri nama si Tanduk Panjang. Sayangnya, ia tak sanggup meraih peti itu. Jadi, sang kakak hanya mengikuti Tanduk Panjang dan berharap agar petinya segera menepi.
Saat adiknya menangis, sang kakak menyanyikannya sebuah lagu, “Adikku sayang, si Tanduk Panjang, jangan engkau menangis. Jika kau lapar, makanlah sebutir beras agar perutmu terasa kenyang.”
Beberapa hari kemudian, si kakak mendengar suara anak ayam dari dalam peti. Hal itu menandakan bahwa telur dalam peti telah menetas. “Adikku sayang, kini kau mempunyai teman. Bertemanlah baik dengan ayam itu,” ujar sang kakak.
Ketika adiknya menangis, sang kakak tetap menyanyikannya sebuah lagu, “Ayam kecil, tolong hibur adikku. Buatlah dia tersenyum kembali. Bila kalian lapar, makanlah satu butir nasi,” begitu ucap sang kakak.
Setelah sekian lama hanyut, akhirnya peti itu terdampar di tepi sungai. “Oh Tuhan, terima kasih. Akhirnya aku bisa membebaskan adikku dari peti ini,” ucap sang kakak.
Ia lalu membuka peti itu. Betapa terkejut hatinya, karena yang keluar adalah seorang pemuda tampan yang tak lagi memiliki tanduk. Ia membawa seekor ayam jantan yang hidup bersamanya dalam peti.
“Benarkah kau adikku? Ke mana perginya tandukmu? Kamu tumbuh sangat baik, Adikku! Kakak terharu melihatmu tumbuh dengan baik. Maafkan kakak tak sanggup menyelamatkanmu sejak lama,” ucap sang kakak.
“Iya benar, Kak. Aku adalah adikmu yang selama ini tinggal dalam peti. Terima kasih karena kakak selalu setia mengikutiku dan menyanyikan sebuah lagu merdu,” ucap pemuda itu.
Tinggal Bersama di Sebuah Desa
Kedua kakak beradik dan seekor ayam jantan ini lalu berjalan menuju suatu desa. Sebelum memasuki sebuah gerbang desa, ada penjaga yang menghalangi mereka.
“Hai para pemuda! Kalian tak boleh sembarangan masuk ke desa ini. Ada syarat yang harus kalian penuhi terlebih dahulu,” ucap para penjaga gerbang desa.
“Syarat apa yang harus kami penuhi? Kalau harus membayar, jujur saja kami tak punya uang,” ucap kakak perempuan dengan wajah memelas.
“Kalian harus mengadu ayam jantan itu kepada ayam jantan milik penduduk desa. Bila ayammu menang, maka kamu kan mendapat uang. Jika kalah, bersiaplah untuk menjadi budak,” ucap penjaga itu.
Si Tanduk Panjang dan kakaknya pun terdiam sejenak. “Bagaimana? Apakah kalian menyanggupi? Jika tidak, silakan pergi dari sini,” ucap salah satu penjaga.
Karena tak tahu lagi harus ke mana, mereka berdua akhirnya setuju untuk mengadu ayam jantan milik Tanduk Panjang. Mereka sebenarnya tak yakin bila ayam jantan itu bisa memenangkan pertandingan. Tapi, hanya itu jalan satu-satunya yang bisa mereka tempuh saat ini.
Pertandingan Ayam Jantan
Tibalah pada saat pertandingan ayam. Sebelum menandingkannya, si Tanduk Panjang mengelus kepala sang ayam. “Ayamku, maaf karena aku harus mengorbankanmu. Semoga kamu bisa memenangkannya, sehingga kita bisa hidup dengan baik,” ucapnya pada si ayam jantan.
Beruntung sekali, ayam itu berhasil memenangkan pertandingan. Mereka pun mendapatkan bayaran yang cukup banyak. Setelah tinggal lama di desa itu, mereka memutuskan untuk pergi dan pindah ke tempat lain.
Anehnya, untuk memasuki desa yang lain, mereka harus menyabung sang ayam. Untungnya, ayam jantan milik Tanduk Panjang ini selalu berhasil memenangkan pertandingan. Karenanya, mereka berhasil mengumpulkan pundi-pundi rupiah hingga menjadi kaya raya.
“Kak, uang kita sangatlah banyak. Tampaknya cukup untuk hidup bertahun-tahun. Kita harus berterima kasih pada ayam jantan yang hebat ini,” ucap Tanduk Panjang sambil mengelus kepala sang ayam.
“Dengan uang sebanyak ini, pasti ayah dan ibu kita tak akan hidup kesusahan lagi, Kak. Bagaimana kalau kita pulang saja ke rumah?” ucap pemuda tampan ini.
“Adikku, apa kau tak marah pada orang tua yang telah membuangmu?” jawab sang kakak.
Si Tanduk Panjang menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tak marah pada kedua orang tua mereka. Ia justru ingin kembali ke rumah dan hidup bahagia bersama mereka.
“Adikku, kamu sangatlah bijaksana. Kakak sangat bangga kepadamu,” ujar sang kakak sambil memeluk adiknya.
Kembali ke Rumah
Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Sesampainya di rumah, ayah ibu mereka telah nampak semakin tua. Mereka terkejut melihat sang putri telah kembali.
“Anakku, ke mana kau selama ini? Ibu dan ayah mencarimu ke mana-mana. Kami merindukanmu anakku. Ibu menyesal telah membuang adikmu. Ibu menyesal, Nak,” ucap sang ibu sambil memeluk anak perempuannya.
Melihat anaknya pulang dengan seorang pemuda tampan, sang ibu pun bertanya-tanya, “Siapa pria ini, Anakku?”. Ia sama sekali tak tahu bila pria itu adalah anaknya. Sebab, tak ada tanduk yang tersemat pada kepalanya.
“Perkenalkan, Bu, aku adalah Tanduk Panjang. Aku adalah anak lelakimu, Bu. Selama ini, kakak telah merawatku dengan baik,” ucap Tanduk Panjang.
“Benarkah kau anakku? Lantas, ke mana perginya tandukmu, Nak?” ucap ayahnya tak percaya.
“Ini semua berkat keajaiban dari Tuhan. Tandukku hilang saat aku tumbuh dewasa,” ucap Tanduk Panjang.
Seketika, sang ibu langsung bersujud pada kakinya, “Anakku, maafkan aku! Aku tak layak menjadi ibumu,” ucapnya sambil menangis.
Dengan lapang dada, Tanduk Panjang memeluk ibunya. “Ibu, aku telah memaafkanmu. Aku juga telah memaafkanmu, Ayah. Sekarang, marilah kita hidup bersama,” ucap pria itu dengan bijaksana. Mereka pun hidup berbahagia.
Baca juga: Kisah Hikayat Bayan Budiman yang Sarat dengan Nilai-Nilai Luhur beserta Ulasan Lengkapnya
Unsur Intrinsik
Setelah membaca cerita legenda si Tanduk Panjang, kini saatnya mengulik informasi seputar tema, tokoh dan perwatakan, latar, alur, serta pesan moralnya. Berikut penjelasannya;
1. Tema
Tema atau inti cerita legenda ini adalah tentang menerima kondisi seseorang apa adanya, terlebih bila ia adalah buah hati sendiri. Dalam kondisi bagaimana pun, seorang anak tetaplah tanggung jawab orang tua.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh utama dalam cerita legenda si Tanduk Panjang. Misalnya saja seperti Tanduk Panjang, kakak perempuan, dan orang tua. Tanduk Panjang merupakan tokoh yang memiliki watak bijak dan baik hati.
Kakak perempuan pria bertanduk ini juga memiliki sifat baik hati. Ia juga setia dalam menjaga dan menemani adiknya. Sementara kedua orang tua Tanduk Panjang memiliki sifat yang kurang bersyukur.
Padahal, mereka sendiri yang meminta anak laki-laki. Ketika Tuhan mengabulkan doa mereka, si anak laki-laki itu justru dibuang hanya karena fisiknya yang tak sempurna.
3. Latar
Cerita si Tanduk Panjang ini menggunakan beberapa latar tempat. Lokasi pertama adalah di sebuah pedesaan tempat tinggal sepasang suami istri dan anak remaja mereka.
Setelah itu, sungai yang menjadi tempat kedua orang tua itu membuang anaknya. Tempat berikutnya adalah di sebuah desa yang membuat Tanduk Panjang dan kakaknya menjadi kaya raya.
4. Alur Cerita Legenda Si Tanduk Panjang
Kalau menyimaknya dengan seksama, kamu mungkin bisa menebak bila alur cerita legenda ini adalah maju. Cerita berawal dari kedua orang tua yang meminta anak laki-laki.
Setelah doanya terkabul, mereka justru membuang sang bayi yang tak sempurna ke sungai. Beruntung, sang kakak dari bayi itu mau menemani sang adik.
Mereka berdua lalu berjuang bersama agar bisa bertahan hidup. Berkat ayam milik sang adik, mereka akhirnya bisa menjadi kaya raya. Pada akhirnya, mereka kembali ke kampung halaman agar bisa hidup bersama orang tua.
5. Pesan Moral
Dari kisah di atas, apa sajakah pesan moral atau amanat yang bisa kamu petik? Tentu ada beberapa pesan positif. Pertama, terimalah kondisi fisik seseorang apa adanya. Jangan hanya karena fisiknya yang tak sempurna, kamu lantas tak menghargainya.
Kedua, jaga dan sayangilah keluargamu sepenuh hati. Seperti halnya yang dilakukan kakak perempuan dalam kisah ini pada adiknya si Tanduk Panjang. Terakhir, jadilah sosok baik hati yang pemaaf dan mau menyikapi kesalahan orang lain dengan bijak.
Tak hanya unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik yang membangun cerita legenda si Tanduk Panjang ini. Unsur ekstrinsik biasanya berhubungan dengan latar belakang masyarakat, penulis, dan nilai-nilai yang ada dalam kisahnya.
Baca juga: Legenda Asal Mula Kota Cianjur dan Ulasan Menariknya sebagai Dongeng yang Penuh Pesan Moral
Fakta Menarik
Sudah puas menyimak ulasan tentang cerita si Tanduk Panjang? Penasaran dengan fakta menarik dari kisah ini? Kalau iya, berikut ini adalah ulasan singkatnya;
1. Ada Tayangan Televisi yang Mengadaptasi Kisah Ini
Kamu sering menonton FTV Misteri Ilahi? Kalau iya, kamu mungkin sudah tak asing bila Misteri Ilahi kerap mengadaptasi kisah-kisah legenda di Indonesia. Salah satu episodenya adalah Putri Cantik dan Si Tanduk Panjang.
Selain Misteri Ilahi, ada pula FTV Dongeng dari MD Entertainment yang mengadaptasi kisah si Tanduk Panjang, yakni Anak Bertanduk. Tayangan tersebut telah tayang di salah satu stasiun televisi Indonesia.
Baca juga: Kisah Asal Mula Nagari Minangkabau dan Ulasannya, Bukti Kalau Kekerasaan Bukanlah Segalanya
Saatnya Membacakan Cerita Legenda Si Tanduk Panjang untuk Si Kecil
Demikianlah cerita legenda si Tanduk panjang beserta ulasan lengkap seputar unsur intrinsiknya. Kisahnya cukup menarik dan seru, bukan? Kalau kamu suka, ceritakanlah kisahnya pada si kecil. Sampaikan juga pesan moral yang bisa ia petik dalam kisah ini.
Selain artikel ini, masih banyak kisah-kisah menarik lainnya yang dapat kamu jumpai pada kanal Ruang Pena di situ PosKata. Beberapa di antaranya adalah legenda Danau Toba, Danau Kembar, Danau Maninjau, dan lain-lain. Selamat membaca!