Jangan hanya penasaran dengan kapal Nabi Nuh as tanpa mau tahu juga tentang kisah lengkap tentangnya yang tertulis di Alquran. Ketahui pula cerita singkat Nabi Nuh selama hidup hingga wafat yang bisa kamu jadikan pelajaran. Berikut uraiannya!
Kisah lengkap Nabi Nuh as mempunyai sumber yang sama seperti cerita tentang rasul-rasul Allah SWT yang lain, yaitu di dalam Alquran maupun Alkitab. Bahkan, riwayat singkatnya juga tercatat di kitab suci Ibrani yang dinamakan Tanakh.
Ia adalah nabi ketiga di antara 25 nabi dan rasul yang nama serta cerita kehidupannya penting untuk diketahui umat Islam. Walau barangkali, yang paling terkenal dari ringkasan lengkap dalam kisah Nabi Nuh as ialah berkaitan dengan bahtera.
Namun, dengan membaca artikel ini kamu tidak hanya dapat mengetahui cerita terkait Bahtera Nuh. Ada beberapa riwayat lainnya yang juga perlu kamu tahu agar menjadi pelajaran bagimu. Seperti apa? Baca uraian berikut sampai selesai, yuk!
Cerita Anak Nabi Nuh As sebagai Pelajaran untuk Tak Durhaka pada Orang Tua
Alquran boleh jadi hanya menjelaskan tentang kisah anak Nabi Nuh yang tenggelam bersama orang-orang kafir. Padahal jika mempelajari lebih dalam seputar kisah Nabi Nuh dan anaknya, ada ...
Cerita tentang Kapal Nabi Nuh As, Fakta, dan Info Lain yang Penting Diketahui!
Jangan hanya berpikir tentang seberapa besar kapal Nabi Nuh as jika kamu belum mengerti kisah lengkapnya. Untuk mengetahui cerita lengkap seputar bahtera Nabi Nuh yang menyelamatkan banyak ...
Cerita Singkat Nabi Nuh As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Kagum
Selain diberi kelebihan dapat membangun kapal yang sangat besar, ada cerita lain tentang mukjizat Nabi Nuh as yang perlu kamu ketahui. Tak perlu mencari infonya jauh-jauh, langsung saja ...
Kisah Lengkap Nabi Nuh As dari Lahir hingga Wafat
Konon, Nabi Nuh dikirim pada masa di mana bumi sudah dipenuhi oleh banyak manusia dan berbagai spesies makhluk hidup. Saat ia diangkat menjadi rasul, Allah mengutus Sang Nabi untuk membuat bahtera karena akan ada banjir besar yang dikirimkan Allah untuk membinasakan manusia-manusia yang berbuat kerusakan.
Riwayat mengenai datangnya banjir itu disebutkan di Alquran maupun Alkitab. Bedanya, Alquran yang menyebutkan nama Nuh sebanyak 43 kali itu lebih menekankan pada cerita Sang Nabi memberikan seruan kepada kaumnya yang ingkar kepada Allah. Begini riwayat lengkapnya:
Cerita Seputar Nenek Moyang Nabi Nuh
Alquran tidak menyebutkan secara pasti mengenai kisah singkat tentang kelahiran Nabi Nuh as. Akan tetapi dalam Hadis Riwayat Shahih bin Hibban, dikatakan bahwa ada jarak 10 qarn antara Adam dan Nuh. Sepuluh qarn diartikan sebagai generasi atau abad, yang berarti Nuh bisa jadi merupakan generasi ke-10 dari keturunan Adam.
Hadis tersebut berbunyi, “Abu Umamah menceritakan bahwa suatu ketika, seorang pria bertanya kepada Nabi Muhammad, ‘Apakah Adam menjadi seorang nabi?’ Nabi Muhammad menjawab, ‘Ya.’ Pria itu bertanya, ‘Berapa banyak waktu yang berlalu antara dia dan Nuh?’ Nabi Muhammad menjawab, ‘Sepuluh Qarn’.”
Berbeda dari hadis di atas, Alkitab memiliki hitungan pasti terkait garis keturunan Adam sebelum Nuh. Di sana disebutkan bahwa Sang Nabi adalah keturunan kesembilan jika dihitung berdasarkan garis keturunan Adam dari sang putra yang bernama Syits.
Syits memiliki putra bernama Enos, selanjutnya secara turun temurun mempunyai anak, yaitu Kenan, Mahalaleel, Yared, Henokh, Metusalah, lalu Lamekh. Lamekh adalah ayah Nuh yang saat putranya itu lahir, ia berusia 182 tahun.
Baca juga: Cerita Anak Nabi Adam dan Pembunuhan Pertama Paling Fenomenal di Muka Bumi
Kerasulan dan Perintah untuk Menyeru Umat
Firman Allah yang mengutus Nuh untuk menyeru umatnya agar berhenti menyembah berhala tercantum di Surah Hud ayat 25–26. Di dalam surah itu terdapat pesan, siapa saja yang menyembah selain Allah dan tidak mengindahkan peringatan Sang Nabi, akan menerima azab yang sangat menyakitkan.
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), ‘Sungguh, aku ini adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku benar-benar khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih’.”
Selain Surah Hud, ada pula surah lain yang di dalamnya memuat kisah lengkap tentang Nabi Nuh as. Adalah Surah Nuh, yang pada ayat pertama hingga keempat tertera pula bagaimana riwayat ketika Sang Nabi memberi seruan kepada kaumnya untuk menyembah Allah Taala.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), ‘Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.’ Dia (Nuh) berkata, ‘Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu’.” (Nuh: 1–2)
“‘(Yaitu) sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui’.” (Nuh: 3–4)
Turunnya firman yang bisa dibilang juga menjadi tanda diangkatnya Nuh sebagai rasul konon terjadi ketika Sang Nabi berusia 50 tahun. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat terkait usia sebenarnya, mengingat ada yang mengatakan 350 tahun dan ada yang menyebut 480 tahun.
Kisah Penolakan Seruan Nabi Nuh As
Seruan Nuh kepada umatnya agar menyembah Allah ternyata tidak diindahkan. Hanya orang-orang miskin dan lemah yang jumlahnya puluhan yang menurut riwayat bersedia mengimaninya sebagai rasul dan mau menyembah Allah, sedangkan para pejabat dan orang kaya mendustakan.
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kamu kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam. Maka bertakwalah kamu kepada Allah dan taatlah kepadaku’.” (Surah Asy Syuara: 105–110)
Mereka tetap menolak dengan alasan para pengikut Sang Nabi adalah orang-orang miskin yang dianggap hina. “Mereka berkata, “Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?” (Asy Syuara: 111)
Walau demikian, ia tidak menyerah. Ia tetap berdakwah siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. “Dia (Nuh) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)’.” (Nuh: 5–6)
Parahnya, penolakan terhadap Sang Nabi juga dilakukan oleh orang-orang secara terang-terangan. Saat menjumpai Sang Nabi berdakwah atau memberi mereka nasehat, mereka tak ragu untuk menyumpal lubang telinga masing-masing dengan jari.
“Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” (Nuh: 7)
Baca juga: Cerita tentang Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha yang Dijamin Bikin Siapa Saja Terharu
Umat Menantang Nuh Mendatangkan Azab
Cerita Nabi Nuh as yang terus-terusan ditentang berlanjut hingga akhirnya ia berdoa memohon petunjuk kepada Allah. “Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya, dan mereka melakukan tipu daya yang sangat besar’.” (Nuh: 21)
Bagaimana tidak, kaumnya dapat dikatakan sudah semakin keterlaluan. Mereka bukan hanya sebatas menentang seruannya untuk beriman, tetapi juga mengancam akan menghukum Sang Nabi dengan merajamnya. “Mereka berkata, ‘Wahai Nuh! Sungguh, jika engkau tidak (mau) berhenti, niscaya engkau termasuk orang yang dirajam (dilempari batu sampai mati)’.” (Asy Syuara: 116)
Kaum tersebut tetap saling menyeru satu sama lain agar tidak meninggalkan berhala-berhala yang sudah lama mereka sembah. “Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd’.” (Nuh: 23)
Parahnya lagi, menurut cerita yang tercantum dalam Alquran, mereka juga menantang Nabi Nuh as untuk mendatangkan azab. Hal ini tertera dalam Surah Hud ayat 32, yang berbunyi, “Mereka berkata, ‘Wahai Nuh! Sungguh, engkau telah berbantah dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk orang yang benar’.”
Mendengar perkataan kaum kafir itu, Nuh menjawab, “Hanya Allah yang akan mendatangkan azab kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu tidak akan dapat melepaskan diri. Dan nasihatku tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin memberi nasihat kepadamu, kalau Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Hud: 33–34)
Bahtera dan Tenggelamnya Kaum Penyembah Berhala
Berikutnya dalam kisah lengkap Nabi Nuh as, setelah penolakan hingga ancaman, Allah berfirman yang bunyinya, “Dan diwahyukan kepada Nuh, ‘Ketahuilah tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat’.” (Hud: 36)
Allah memerintahkannya untuk membuat bahtera, seraya memberi peringatan bahwa kaum yang tidak mengimani-Nya akan ditenggelamkan. “Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (Hud: 37)
Sang Nabi menaati perintah Allah SWT dan segera membangun bahtera. Walau selama proses pembuatan dirinya selalu diejek, ia tidak gentar lantaran tahu kaumnya yang kafir tersebut akan segera mendapatkan balasan atas perbuatan mereka.
“Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, ‘Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami). Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal’.” (Hud: 38–39)
Setelah bahtera rampung dikerjakan, Sang Nabi diperintah Allah untuk mengajak orang-orang beriman hingga binatang-binatang untuk naik ke atas bahtera. “Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu) dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga) keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan (muatkan pula) orang yang beriman.” (Hud: 40)
Saat itu, hujan telah turun selama berhari-hari dan banjir besar datang. Nuh sempat mengajak serta anaknya yang mengingkarinya untuk ikut naik, tetapi sang putra menolak. Alhasil, putra Nuh yang bernama Kan’an itu pun tenggelam bersama orang-orang kafir.
Senada dengan itu, Alkitab juga menjelaskan mengenai banjir yang menimpa kaum Nuh. Bahwasanya, dikatakan banjir datang setelah hujan selama 40 hari 40 malam sampai air tergenang setinggi 15 hasta (setara 6,75 meter) dari puncak gunung, dan terjadi sekitar 150 hari.
Baca juga: Cerita Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis yang Dipenuhi dengan Keajaiban
Ringkasan Cerita Seputar Keluarga Nabi Nuh yang Kafir
Kisah tentang keluarga Nabi Nuh as tidak dijelaskan secara lengkap dan rinci di Alquran maupun Alkitab. Bahkan, riwayat mengenai istri Sang Nabi diceritakan berbeda antara dari kitab suci Alquran dan Alkitab, yang keduanya sama-sama diterangkan secara tersirat.
Di dalam Alquran Surah At Tahrim ayat 10, istri Nabi Nuh disebut sebagai salah satu contoh dari golongan orang kafir. Yaitu, termasuk golongan istri yang ingkar dan berkhianat terhadap suaminya karena enggan beriman kepada Allah Taala.
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), ‘Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)’.”
Alquran tidak pula menyebut nama dan berapa orang jumlah istri Sang Nabi. Pasalnya terkait kekafiran istrinya yang disebut di Alquran tidak ikut naik bahtera, di Alkitab dikatakan bahwa sang istri ikut serta, termasuk anak-anaknya yang bernama Sem, Ham, dan Yafet.
Ada pun pemuda yang bernama Kan’an, menurut kisah lengkap Nabi Nuh as di Alquran, ia termasuk golongan orang kafir yang tenggelam karena banjir. Sementara di Alkitab, nama Kan’an tidak disebut sebagai putra Nuh, tetapi cucu dari anaknya yang bernama Ham.
Surutnya Banjir dan Kehidupan Setelahnya
Setelah berhari-hari, konon banjir akhirnya surut. Saat itu, bahtera Nuh sudah berlayar cukup jauh dari tempatnya semula dan mendarat di sana. Lokasi yang menjadi tempat mendaratnya bahtera dicatat berbeda berdasarkan Alquran dan Alkitab.
Alquran menyebut bahwa bahtera tersebut adalah di Gunung Judi atau Bukit Judi. “Dan difirmankan, ‘Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah!’ Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang zalim’.” (Hud: 44)
Menurut seorang ahli tafsir bernama Maulana Yusuf Ali, Judi berada di sebuah wilayah yang meliputi distrik Bohtan, Turki, dan berbatasan dengan Irak dan Suriah. Sedangkan menurut Alkitab, diyakini bahtera itu mendarat di Pegunungan Ararat, yaitu di kawasan timur laut Turki.
Cerita selanjutnya mengenai Nabi Nuh as setelah banjir surut tidak dibahas di Alquran. Namun, di Alkitab diterangkan kalau sesudah banjir berakhir, ia hidup bercocok tanam dan bekerja sebagai petani anggur sembari tetap berdakwah di jalan Allah.
Wafatnya Sang Rasul
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Surah Al Ankabut: 14)
Ayat di atas memang tidak menyebutkan secara pasti mengenai berapa lama Nuh hidup. Sebagian ulama ada yang menafsirkan bahwa seribu kurang lima puluh alias 950 tahun tersebut mewakili usia Sang Nabi, tetapi ada pula yang mengatakan kalau 950 itu hanya mewakili waktu yang dihabiskannya untuk berdakwah (bersama umatnya).
Jika merujuk pada pendapat yang kedua, maka boleh jadi Sang Nabi hidup hingga lebih dari 950 tahun. Lain lagi apabila mengacu pada Alkitab, yang mana di situ dikatakan Nuh masih hidup selama 350 tahun setelah banjir dan meninggal di usia 950 tahun.
Baca juga: Cerita Mukjizat Nabi Adam As Lengkap yang Akan Membuatmu Terpukau!
Cerita Mukjizat Nabi Nuh As
Berbicara seputar kisah Nabi Nuh as tentu tak lengkap tanpa membahas soal mukjizatnya. Sama seperti nabi dan rasul yang lain, ia juga dikaruniai kelebihan yang luar biasa oleh Allah SWT sehingga dapat menyelamatkan umatnya yang beriman dari azab dan murka-Nya.
Pertama, Sang Nabi diberi mukjizat atau kemampuan bisa membangun bahtera yang amat besar. Bahtera itu bahkan tidak hanya menjadi tempat untuk menyelamatkan orang-orang yang mengimaninya, tetapi juga makhluk hidup lain yang terdiri atas berbagai jenis binatang.
Kedua, ia juga diberkahi dengan kemampuan menyembuhkan penyakit. Bahkan, konon salah satu manusia pilihan Allah ini mampu menyembuhkan penyakit dengan menggunakan media kotoran manusia yang dibuang umatnya di bahtera.
Berikutnya, doa Sang Nabi sangat makbul dan apa yang ia minta selalu Allah berikan. Kemudian yang terakhir, ia diberi umur panjang sebagaimana sudah kami singgung sebelumnya, kalau Nuh hidup hingga berusia hampir seribu tahun lamanya.
Baca juga: Cerita Penuh Liku Saat Nabi Adam dan Siti Hawa Turun ke Bumi
Keteladanan dalam Kisah Lengkap Nabi Nuh As
1. Selalu Taat pada Perintah Allah
Dari cerita yang tercantum dalam Alquran, seperti terangkum dalam kisah di atas, Nabi Nuh as adalah sosok yang senantiasa taat kepada Allah. Ia menjalankan apa pun yang Allah perintahkan meski ketika mengerjakannya, ia tidak selalu berhasil, seperti ketika berdakwah kepada orang-orang kafir penyembah berhala.
2. Mempunyai Kesabaran yang Luar Biasa
Sang Nabi mempunyai sikap sabar yang sangat besar yang perlu kita teladani. Ia tetap sabar walau dakwahnya sering kali ditolak orang-orang kafir, bahkan rela dirinya diejek dan diolok-olok selama ratusan tahun menyeru mereka untuk menyembah Allah Taala.
Selama ratusan tahun pula, ia hanya mendapatkan sedikit sekali pengikut yang konon jumlahnya cuma puluhan orang saja. Berkat kesabarannya yang luar biasa itu, ia termasuk ke dalam lima rasul ulul azmi bersama Nabi Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.
3. Mempunyai Wawasan yang Luas
Rasul yang satu ini bisa dibilang mempunyai wawasan yang luas. Bagaimana tidak, pada masanya ketika ilmu pengetahuan belum seberapa berkembang, ia telah mampu membangun kapal dari bahan kayu dengan ukuran besar dan mampu menampung makhluk hidup hingga terselamatkan dari air bah.
Di zaman itu, konon belum ada seorang pun yang telah mampu membuat kapal. Jangankan membuatnya, untuk bahtera yang besar, tentulah diperlukan pengetahuan untuk menghitung ukuran kapal hingga pembuatan desain yang detail agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Baca juga: Cerita Nabi Musa As Membelah Laut dalam Sudut Pandang Alquran & Ilmu Pengetahuan
Puas Membaca Cerita Lengkap Nabi Nuh As dalam Kisah di Atas?
Demikian tadi perjalanan hidup Nabi Nuh as hingga akhir hayatnya. Setelah membacanya, semoga kamu dapat memetik pelajaran dari kehidupannya yang penuh perjuangan, serta meneladani sifat-sifatnya yang terpuji dan akhlaknya yang mulia.
Lebih dari itu, kiranya dengan mengetahui keteladanan hidup Sang Nabi, kamu juga bisa mempraktikkannya dalam keseharianmu. Paling tidak, kamu bisa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan taat kepada Allah, sembari terus memperluas wawasanmu tentang nabi dan rasul utusan Allah.