Daerah Istimewa Aceh memiliki banyak kisah atua legenda seru yang sayang sekali kalau kamu lewatkan. Salah satunya adalah cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude ini. Apakah kamu penasaran dengan ceritanya? Kalau iya, mending langsung cek saja cerita lengkapnya di bawah ini, yuk!
Legenda Putra Mahkota Amat Mude merupakan salah satu cerita rakyat asal Daerah Istimewa Aceh. Jika sebelumnya belum pernah membaca atau sekadar ingin bernostalgia, kamu bisa menyimaknya berikut ini.
Kisah yang menceritakan tentang ketamakan dan perebutan kekuasaan pada zaman kerajaan ini mungkin sudah sering kamu dengar. Namun tenang saja, ceritanya tidak kalah seru dan asyik kalau dibandingkan dengan yang lainnya, kok.
Kira-kira, kamu semakin penasaran dan ingin segera menyimak ceritanya tidak? Kalau iya, mending langsung saja simak kisah lengkapnya di bawah ini, yuk! Nggak hanya ringkasan cerita Putra Mahkota Amat Mude, kamu juga bisa membaca ulasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya.
Cerita Rakyat Putra Mahkota Amat Mude Asal Aceh
Pada zaman dahulu kala di Nanggroe Aceh Darussalam, tepatnya di Negeri Alas, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang begitu adil dan bijaksana. Tak mengherankan, suasana di kerajaan tersebut begitu aman dan damai.
Namun, di balik kesuksesan tersebut masih ada yang mengganjal di hati sang raja. Ia dan permaisuri belum dikaruniai seorang anak. Padahal, mereka sudah lama menikah.
Masalah tersebut membuat raja menjadi sering melamun. Permaisuri yang melihat suaminya seperti itu, kemudian berusaha untuk membuka obrolan. “Apa yang sedang Kanda pikirkan?” tanyanya.
“Tidak, Dinda. Hanya saja, kita ini sudah lama menikah. Umur juga sudah tidak muda lagi. Namun, hingga sekarang kita belum memiliki seorang anak.”
“Dinda mengerti perasaan Kanda. Kita juga sudah mengusahakan segala cara, tapi memang Tuhan belum berkehendak. Kita mungkin harus lebih bersabar dan banyak berdoa kepada Tuhan, Kanda,” kata permaisuri lagi.
Mendengar ucapan istrinya, hati raja menjadi sedikit lebih tenang. Ia merasa begitu beruntung bisa bersanding dengan seseorang yang begitu sabar dan pengertian sepertinya.
Jawaban dari Doa-Doa
Setelah perbincangan hari itu, raja dan permaisuri kemudian menjadi lebih giat berdoa agar mendapatkan seorang anak. Ia bahkan sempat berujar, “Tuhan, percayakanlah pada kamu seorang anak yang kelak bisa meneruskan tahta kerajaan ini. Asalkan dikaruniai seorang putra, hamba rela tidak merasakan sebagai seorang ayah.”
Tuhan sepertinya mendengarkan doa-doa tersebut. Sebulan kemudian, permaisuri pun mengandung. Hal itu tentu saja tidak hanya membuat sang raja bahagia, tetapi rakyat juga turut bersukacita.
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, usia kehamilan sang permaisuri kini sudah genap sembilan bulan. Tak lama kemudian, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yangbegitu tampan. Maka, lengkaplah kebahagiaan pasangan tersebut.
Seminggu setelah kelahiran putranya, Raja menggelar sebuah pesta dan upacara turun mani atau pemberian nama untuk sang pangeran. Acara tersebut diadakan selama tujuh hari tujuh malam sebagai ungkapan syukur raja karena doanya telah dikabulkan.
Ia tak hanya mengundang rakyatnya saja, tetapi juga semua makhluk yang menghuni kerajaan, termasuk hewan dan makhluk halus. Kemudian, dalam upacara tersebut sang putra mahkota dinamai Amat Mude.
Baca juga: Legenda Pangeran Biawak Asal Kalimantan Selatan Beserta Ulasan Menariknya
Wafatnya Sang Raja
Beberapa bulan setelah acara tersebut berlangsung, kesehatan raja sedikit demi sedikit mulai memburuk. Ia mulai sakit-sakitan dan merasa selalu begitu lelah.
Lalu, ingatlah raja pada sebuah nazar yang diucapkannya waktu itu. Maka dari itu, ia kemudian berbicara pada istrinya. “Dinda, sepertinya waktuku sudah tidak lama lagi. Dinda masih ingat bukan janji yang aku buat dulu sebelum memiliki anak?”
Sang permaisuri hanya bisa diam mendengar perkataan suaminya. Ia tentu saja merasa sangat sedih. Dirinya sangat berharap kalau raja dapat disembuhkan dan memiliki umur panjang.
Semua cara telah dilakukan oleh permaisuri supaya raja dapat sembuh. Tabib-tabib yang ahli sudah dipanggil ke istana, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang mampu mengobatinya.
Kian hari, kesehatan raja semakin memburuk. Hingga pada suatu pagi, raja yang begitu dicintai oleh rakyat tersebut meninggal dunia. Hal ini tentu saja menyisakan kesedihan yang mendalam untuk keluarga dan rakyatnya.
Sepeninggal raja, tahta kerajaan menjadi kosong. Amat Mande seharusnya yang menjadi penerus.
Namun, ia masih sangat kecil yang tentu tidak akan bisa melakukan tugasnya sebagai raja. Untuk itu, keluarga kerajaan kemudian mengangkat paman Amat Mande, yaitu Raja Muda, untuk menjadi raja sementara.
Awal Sebuah Kesedihan
Rupanya, Raja Muda memiliki niat jahat. Ia ingin menguasai kerajaan untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, ia melakukan banyak tipu muslihat dan kecurangan.
Awalnya, laki-laki tamak itu memindahkan permaisuri dan Amat Mude ke ruang kerajaan yang paling belakang. Ia bisa melakukan hal itu dengan alasan suara tangisan si kecil mengganggu acara-acara di istana.
Beberapa waktu kemudian, kelakuan Raja Muda semakin menjadi-jadi. Ia memanggil para pengawal dan menyuruh mereka untuk membuang permaisuri dan putra mahkota.
Katanya, “Pengawal, besok pagi-pagi sekali, buanglah permaisuri dan anaknya itu ke tengah hutan. Aku tidak menerima penolakan.”
Para pengawal tentu saja merasa sangat terkejut. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ampun, Baginda. Tapi, apa maksud Baginda?” kata salah seorang pengawal.
“Kamu tidak usah banyak bicara, lakukan saja tugasmu. Aku tak mau anak ingusan itu akan merebut kerajaan. Kalau tak mematuhi perintahku, kalian akan menanggung akibatnya.”
Mendengar ancaman tersebut, para pengawal tak dapat berkutik lagi. Keesokan harinya, mereka mengantar permaisuri dan Amat Mude ke hutan. Sebelum pergi, mereka membuatkan sebuah gubuk kecil dan memberikan bekal seadanya untuk bertahan hidup beberapa waktu.
Baca juga: Dongeng Ikan dan Burung yang Saling Membantu Beserta Ulasan Lengkapnya
Bertemu dengan Saudagar yang Baik
Meski hidup di pengasingan, permaisuri dapat membesarkan dan mendidik Amat Mude dengan penuh kasih sayang. Anak laki-laki itu pun tumbuh dengan memiliki kepribadian yang baik, cerdas, dan tampan.
Hingga pada suatu hari, Amat Mude memancing di sungai untuk membantu ibunya. Ia mengambil cucuk sanggul ibunya untuk dijadikan mata pancing.
Setibanya di sungai, belum lama ia melepaskan kailnya sudah ada ikan yang menangkapnya. Dalam waktu sebentar, setidaknya ia sudah berhasil mendapatkan lima ikan yang besar-besar. Karena dirasa sudah cukup, ia kemudian memutukan untuk pulang.
Sang ibu yang menunggu di rumah tentu saja seneng sekali melihat hasil tangkapan anaknya. Namun karena jumlahnya cukup banyak, mereka kemudian menjual ke desa tetangga.
Di perjalanan, ibu dan anak tersebut bertemu dengan seorang saudagar kaya yang baik hati. Ternyata, saudagar tersebut adalah sahabat dari mendiang raja.
Kemudian, mereka diajak sang saudagar untuk dijamu di rumahnya. Mereka kemudian berbincang dan permaisuri menceritakan semuanya yang telah terjadi.
Sementara itu, ikan yang dibawanya tadi lalu dimasak oleh istri sang saudagar. Ternyata, di dalam perut ikan terdapat butiran emas murni. Istri dari saudagar tersebut kemudian berbicara pada suaminya mengenai hal itu.
Lalu, sang saudagar meminta tolong istrinya untuk menjual emas itu dan uangnya digunakan untuk membangun rumah yang lebih layak untuk permaisuri dan putra mahkota.
Bertemu Kembali dengan Sang Paman
Sejak hari itu, kehidupan permaisuri dan Amat Mude sudah semakin membaik. Sehari-hari mereka memenuhi kebutuhan hidup dengan memancing.
Sebagian hasil pancingan dijual. Sementara itu, emas yang ditemukan di perut ikan disimpan. Lama-kelamaan, mereka menjadi kaya raya. Mereka juga tidak segan-segan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
Kabar tentang permaisuri dan Amat Mude yang menjadi kaya yang dermawan itu akhirnya sampai juga ke telinga Raja Muda. Laki-laki itu menjadi gusar dan berniat untuk mencelakakan Amat Mude lagi.
Keesokan harinya, ia memanggil Amat Mude ke istana. Saat melihat keponakannya secara langsung, ia benar-benar merasa bahwa kedudukannya akan terancam.
Pria tamak tersebut kemudian menyuruh keponakannya untuk memetik buah kelapa gading di sebuah pulau di tengah laut. Kalau berhasil, maka ia akan menyerahkan tahta kerajaan untuk Amat Mude. Sementara jika tidak, maka tahta akan tetap menjadi miliknya.
Lautan dekat pulau tersebut penuh dengan binatang-binatang buas. Bisa dipastikan, seseorang akan celaka jika melalaui laut tersebut untuk sampai ke pulau. Raja Muda sangat yakin kalau keponakannya itu tidak akan selamat.
Tanpa pikir panjang, pemuda itu pun menyetujuinya. Ia juga ingin kembali ke istana untuk membahagiakan ibunya.
Baca juga: Legenda Asal Mula Sungai Kawat dan Ulasannya, Akibat Sifat Keserakahan Manusia
Datanglah Sebuah Pertolongan
Amat Mude menempuh perjalanan berhari-hari untuk bisa mencapai pulau yang dimaksud. Hingga akhirnya tiba di sebuah pantai yang paling dekat dengan pulau tersebut. Ia kemudian naik perahu untuk sampai ke tujuan.
Sayangnya, kondisi laut sedang tidak bersahabat. Ombaknya besar sekali dan perahu yang ditumpangi Amat Mude hampir saja terbalik. Ia pun menjadi sangat ketakutan.
Ketakutannya itu semakin bertambah saat tiba-tiba muncul seekor ikan, naga, dan buaya yang begitu besar dan dapat berbicara. Kemudian salah satu dari mereka menanyai pemuda itu dari mana asalnya dan apa tujuannya datang ke pulau itu.
Amat Mude kemudian menceritakan semuanya. Setelah itu, ketiga hewan tersebut malah tunduk menghormatinya.Mereka juga bersedia untuk mengantarkannya sampai pulau yang dimaksud.
Ternyata, ketiganya menghormati Amat Mude karena mengingat kebaikan sang raja yang telah mengundang mereka ke perjamuan pemberian nama. Sebelum sampai, naga memberikan cincin ajaib yang bisa digunakan untuk membantu pemuda itu.
Akhir Kisah Amat Mude
Sesampainya di pulau, Amat Mude segera mencari pohon kelapa gading. Setelah menemukannya, ia lalu bingung bagaimana cara untuk memetiknya karena ternyata pohonnya tinggi sekali.
Laki-laki itu kemudian teringat akan cincin pemberian dari naga. Ia kemudian berbisik pada cincin ajaib supaya diberi kemudahan untuk memetik kelapa gading.
Benar saja, dengan mudahnya ia memanjat pohon tersebut dan memetik sebutir kelapa. Setelah mengucap syukur, ia kemudian mendayung perahunya untuk pulang ke rumah.
Beberapa hari kemudian, Amat Mude tiba di kerajaan. Ia lalu memberikan kelapa gading tersebut dan menagih janji pamannya.
Katanya, “Paman, ini kelapa gading yang Paman minta. Karena aku telah melakukan tugasku, maka sekarang penuhilah janji Paman.”
Sang paman kemudian merasa malu dan menyadari kalau perbuatannya selama ini salah. Ia pun memenuhi janjinya untuk memberikan tahta tersebut kepada Amat Mude.
Sejak saat itu, Amat Mude menjadi pemimpin di Kerajaan Alas. Sama seperti ayahnya, ia juga disukai oleh rakyat karena memimpin dengan arif dan bijaksana.
Dirinya juga tidak menaruh dendam kepada Raja Muda yang dulu berbuat jahat padanya. Ia bahkan menyuruh pamannya untuk tinggal di kerajaan. Namun, hal itu ditolak dan sang paman untuk hidup di luar istana.
Baca juga: Cerita Rakyat Lubuk Emas Asal Sumatera Utara dan Ulasan Menariknya
Unsur-Unsur Intrinsik dari Cerita Rakyat Putra Mahkota Amat Mude
Gimana? Seru banget, kan, cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude dari Aceh ini?
Nah selanjutnya, di sini akan diulas secara singkat mengenai unsur-unsur yang membangun kisah tersebut. Berikut penjelasannya:
1. Tema
Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude ini adalah tentang perebutan kekuasaan yang pada akhirnya tetap jatuh ke pemiliknya. Karena jika suatu hal sudah menjadi takdirmu, maka kamu pasti akan mendapatkannya. Hal itulah yang terjadi pada pada Amat Mude.
Ada baberapa tokoh dari legenda atau cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude yang akan diulas lebih dalam. Yang pertama adalah raja dan permaisuri yang begit sabar dan tidak mudah menyerah untuk mendapatkan seorang anak. Sang raja juga merupakan orang yang adil dan bijaksana.
Selanjutnya, ada Raja Muda yang begitu tamak dan licik. Ia melakukan segala cara untuk mempertahankan tahta kerajaan yang bukan miliknya.
Di urutan ketiga ada saudagar kaya yang tahu balas budi. Karena dulu banyak dibantu oleh raja, maka ia pun membantu ketika permaisuri dan putra mahkota susah. Hal ini juga dilakukan oleh ketiga hewan besar yang ditemui Amat Mude di laut.
Yang terakhir, tentu saja ada Amat Mude. Ia adalah seorang laki-laki yang tampan, cerdas, dan tangguh. Dirinya juga pantang menyerah dan tidak pendendam.
3. Latar
Karena cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude ini berasal dari Aceh, maka secara umum latar tempatnya berada di daerah tersebut. Namun, di dalam cerita juga disebutkan beberapa tempat spesifiknya, seperti istana, hutan, laut, dan sebuah pulau.
4. Alur Cerita Rakyat Putra Mahkota Amat Mude
Untuk alurnya sendiri, kisah ini menggunakan alur maju. Ceritanya dimulai dari pasangan raja dan ratu yang tidak kunjung memiliki anak. Setelah dikaruniai buah hati, sang raja malah wafat. Tahta kerajaan kemudian jatuh ke tangan adik raja yang tamak.
Ia bahkan berniat menyingkirkan putra mahkota supaya dapat menguasai kerajaan. Namun pada akhirnya, sang putra mahkota dapat merebut kembali tahta yang seharusnya menjadi miliknya.
5. Pesan Moral
Lewat cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude tersebut kamu dapat memetik beberapa amanat atau pesan moral. Salah satunya adalah jangan mudah putus asa. Teruslah berdoa dan berusaha, Tuhan pasti akan mewujudkan impianmu.
Selanjutnya, janganlah kamu menjadi orang yang tamak dan mengingini kepunyaan orang lain. Apalagi, jika kamu sampai menghalalkan segala cara untuk merebutnya. Ingatlah, jika itu bukan punyamu, maka pada akhirnya tetap akan kembali pada pemiliknya.
Nah, selain unsur-unsur intrinsik di atas, jangan lupakan juga mengenai unsur ekstrinsik yang membangun cerita Putra Mahkota Amat Mude ini. Unsur ekstrinsik tersebut biasanya meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang dipegang teguh.
Baca juga: Cerita Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa tentang Pentingnya Kesabaran
Fakta Menarik Tentang Cerita Rakyat Putra Mahkota Amat Mude asal Aceh
Setelah menyimak ulasan singkat mengenai unsur intrinsiknya, selanjutnya di sini kamu pun dapat menyimak fakta menarik tentang cerita rakyat Amat Mude ini.
1. Memiliki Versi Lain
Legenda atau cerita rakyat memang dulunya diceritakan secara turun temurun secara lisan. Maka dari itu, tidak mengherankan jika ada sedikit perbedaan pada plot cerita maupun nama tokoh.
Kalau di versi yang ini, perbedaannya terletak di akhir cerita. Amat Mude menempuh perjalanan berhari-hari untuk bisa mencapai pulau yang dimaksud.
Hingga akhirnya, ia tiba di sebuah pantai yang paling dekat dengan pulau tersebut. Namun, ia bingung bagaimana caranya bisa menyeberang ke sana.
Di tengah kebingungan itu, muncullah Raja Buaya, Naga Besar, dan seekor ikan besar bernama Silenggang Raye. Hal itu tentu saja membuat pemuda itu ketakutan.
Kemudian, Silenggang Raya bertanya pada Amat Mude mengenai asal usulnya. Pemuda itu lalu menceritakan siapa dirinya dan tujuannya datang ke pulau tersebut. Setelah mendengar penuturannya, ketiga hewan raksasa itu malah memberinya hormat.
Hal itu dikarenakan kebaikan sang raja semasa masih hidup. Terlebih lagi, ketiganya juga diundang pada saat acara pemberian nama Amat Mude.
Tanpa buang-buang waktu lagi, mereka kemudian mengantarkan sang putra mahkota untuk menyeberang ke pulau tujuan. Sebelum turun, Naga Besar memberinya sebuah cincin ajaib yang bisa mengabulkan semua permintaan.
Ia lalu menggunakan bantuan dari cincin ajaib tersebut untuk memetik buah kelapa gading karena pohonnya sangat tinggi. Tak dinyana, ternyata pohon tersebut dihuni oleh seorang wanita cantik, namanya Putri Niwer Gading. Dan barangsiapa dapat memetik buah itu, maka akan menjadi suami si putri.
Amat Mude lalu kembali ke kerajaan dengan membawa serta Putri Niwer Gading. Ia kemudian menyerahkan buah kelapa yang dibawanya dan selamatlah ia dari ancaman hukuman mati.
Setelah itu, ia meminta restu ibunya untuk menikah dengan Putri Niwer Gading. Pasangan tersebut kemudian hidup bahagia selamanya.
Baca juga: Cerita Asal-Usul Patung Sigale-Gale dan Ulasannya, Sang Pelipur Lara dari Toba
Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Putra Mahkota Amat Mude Asal Aceh Ini?
Demikianlah ringkasan cerita, ulasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta cerita rakyat Putra Mahkota Amat Mude yang bisa kamu simak di sini. Semoga bisa menghiburmu, ya!
Selain cerita di atas, kamu juga bisa membaca kisah lain di PosKata. Contohnya ada Damarwulan, Roro Mendut, legenda Gunung Semeru, dan lain-lain. Kalau mau baca dongeng Barat maupun cerita para nabi juga ada, lho. Baca terus, yuk!