Pernahkah kamu membaca cerita rakyat dari Aceh yang berjudul Mentiko Betuah? Kalau belum, langsung saja simak ulasan yang telah kami siapkan di artikel berikut!
Ada banyak cerita rakyat dari Aceh yang terkenal, salah satunya adalah Mentiko Betuah. Kisahnya bagus dan cocok dijadikan sebagai dongeng sebelum tidur yang penuh dengan pesan moral.
Cerita rakyat yang berasal dari Aceh Utara ini menceritakan tentang seorang anak raja yang pemalas dan suka seenaknya sendiri. Namun, karena kebaikan hatinya, ia bisa mendapatkan sebuah mustika berharga dari raja ular.
Kira-kira seperti apa kisahnya? Tanpa menunggu lama, langsung saja simak cerita rakyat Mentiko Betuah dari Aceh di artikel ini. Setelah itu, jangan lupa cek juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya! Selamat membaca!
Cerita Rakyat Mentiko Betuah dari Aceh
Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang kaya raya di daerah Semeulue, Aceh. Meskipun kaya raya, ia sama sekali tidak sombong. Bahkan, ia sangat bijak dan dermawan sehingga sangat dicintai oleh rakyatnya.
Bisa dibilang, hidupnya sangat sempurna. Sayangnya, hanya satu kekurangannya, yaitu ia belum juga dikaruniai keturunan yang bisa meneruskan tahtanya. Padahal, ia dan ratu sudah menikah selama bertahun-tahun.
Pada suatu hari, sang raja mengajak istrinya untuk berdoa dan menyucikan diri dengan cara berendam di hulu sungai. Karena lokasi hulu sungai yang mereka tuju cukup jauh, mereka pun menyiapkan perbekalan yang cukup. Belum lagi, mereka harus melewati hutan yang penuh dengan pepohonan lebat dan sungai yang berair deras.
Untungnya, setelah perjalanan berhari-hari yang penuh ketabahan, akhirnya mereka sampai ke hulu sungai dengan selamat. Tanpa menunggu lama, raja dan permaisuri pun langsung berdoa kepada Tuhan agar bisa segera diberikan keturunan. Setelah selesai berdoa, mereka kembali ke istana.
Benar saja, doa tersebut akhirnya dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Permaisuri pun akhirnya mengandung dan melahirkan seorang putra sembilan bulan kemudian. Sang putra yang sangat disayangi dan dimanjakan oleh kedua orang tuanya itu diberi nama Rohib. Sayangnya, karena terlalu dimanjakan, Rohib tumbuh menjadi anak yang pemalas dan seenaknya sendiri.
Rohib Belajar Ke Kota
Mengetahui sifat buruk anak mereka, sang raja dan permaisuri kemudian mencari solusinya. Salah satunya adalah mengirimkan Rohib remaja ke kota untuk mempelajari ilmu pengetahuan dengan baik.
“Belajarlah dengan giat, Nak!” pesan raja kepada putranya. “Jangan permalukan ayahmu!”
Sayangnya, sifat pemalas Rohib membuatnya tak bisa menyelesaikan pendidikannya. Padahal ia sudah belajar dari guru terbaik di kota selama bertahun-tahun. Hal tersebut tentunya membuat raja murka dan merasa malu.
“Kamu ini memang anak yang tidak berguna!” maki sang raja ketika Rohib pulang ke istana. “Kamu ini bisanya hanya mempermalukan orang tua saja! Sudah setua ini tapi kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Coba sekarang lihat dirimu sendiri! Bagaimana bisa kamu bisa memimpin negeri ini?”
Permaisuri hanya bisa terdiam mendengar amarah sang raja. Bagaimanapun juga, ia turut serta bertanggung jawab atas sifat manja Rohib.
“Sudahlah!” bentak sang raja masih dengan penuh amarah, “Lebih baik aku membunuhmu saja daripada terus menerus membuatku malu!”
Ucapan raja itu langsung membuat permaisuri menangis kencang. “Kumohon jangan bunuh anak kita, Kanda! Bagaimanapun juga ia adalah anak kita satu-satunya!” mohon permaisuri dengan penuh isak tangis. “Kumohon hukum dia saja, tapi jangan sampai membahayakan nyawanya!”
“Tapi kelakuan Rohib selama ini sudah membuatku merasa muak, Dinda!” jawab raja masih kesal.
“Bagaimana kalau Kanda memberinya modal untuk berdagang saja? Agar ia bisa berkelana dan belajar hidup dalam kesusahan,” usul permaisuri berusaha mencari solusi.
Untungnya, usulan tersebut diterima oleh raja. “Baiklah, aku akan menerima usulmu. Tapi tetap ada satu syarat yang harus ia ikuti. Yakni Rohib tidak diperbolehkan menggunakan uangnya untuk hal lain selain berdagang. Ketika pulang nanti, ia juga harus membawa hasil keuntungan dari dagangannya. Jika hal itu tidak dilakukan, ia harus menemui hukuman yang berat dariku!”
Baca juga: Cerita Rakyat Tao Silosung dan Tao Sepinggan dari Tapanuli Utara serta Ulasan Lengkapnya
Rohib Disuruh Berdagang
Rohib pun akhirnya dibekali sekantung berisi beberapa koin emas sebagai modal berdagang. Dengan diiringi deraian air mata dari sang ibunda, Rohib pergi tanpa tahu harus kemana.
Selama berhari-hari, Rohib berjalan-jalan tanpa tujuan. Hingga akhirnya, suatu hari ia bertemu dengan beberapa anak yang tengah menganiaya seekor burung. Rohib pun berjalan mendekati dan menegur anak-anak tersebut. “Hey, Nak! Jangan kalian aniaya burung itu! Tidakkah kalian merasa kasihan pada burung yang tak berdosa itu?” tegurnya.
“Tak usah ikut campur kamu! Memangnya siapa kamu sampai menegur kami? Kami bahkan nggak kenal kamu!” jawab salah satu anak. Tanpa mempedulikan Rohib, anak-anak itu kembali meneruskan perbuatannya.
“Nak, bagaimana kalau burung itu kubeli saja?” ucap Rohib mendadak, “Aku akan memberikan kalian koin emas yang banyak!” Untungnya, tawaran tersebut langsung disetujui oleh anak-anak itu yang langsung melepaskan burung itu dan pergi setelah menerima koin emas dari Rohib.
Sementara itu, Rohib kembali meneruskan perjalanannya. Belum jauh ia berjalan, ia bertemu dengan orang-orang yang tengah menganiaya seekor ular. Sama seperti sebelumnya, Rohib pun menukarkan ular tersebut dengan beberapa keping emas. Hal tersebut terus menerus ia lakukan pada beberapa hewan yang disiksa. Hingga tanpa sadar, semua keping emas yang ada di kantungnya telah habis.
Penyesalan Rohib
Saat itu, ia baru menyadari apa yang harus ia lakukan ketika nanti bertemu dengan ayahnya. Karena lelah berpikir, Rohib kemudian beristirahat dengan bersandar di sebuah pohon di pinggir hutan. Di situ, ia mulai menyadari segala kesalahan yang telah ia lakukan kemudian menangis.
“Mengapa kau menangis, anak muda?” tanya sebuah suara.
Rohib pun mengangkat mukanya dan menolehkan kepalanya mencari asal datangnya suara. Namun, ia tak bisa menemukan siapa-siapa selain seekor ular yang berukuran sangat besar. Rohib yang ketakutan langsung memundurkan langkahnya.
“Tidak perlu takut, anak muda! Aku tidak akan membunuhmu!” ucap sang ular. Rohib yang mendengarnya hanya bisa tercengang. Ia sama sekali tak menyangka seekor ular bisa berbicara, bahkan menyapanya
“Apakah aku tidak salah mendengar?” tanya Rohib keheranan, “Apakah benar kamu yang tengah berbicara? Siapakah kamu sebenarnya, wahai ular?”
“Aku adalah seorang raja ular yang menguasai hutan ini,” jawab sang ular, “Kau sendiri siapa anak muda? Mengapa kamu bersedih?”
“Namaku Rohib, raja ular! Dan aku sedang menangisi kebodohanku!” jawab Rohib dengan sendu. Ia kemudian menceritakan segala perjalanannya dari istana hingga sampai di pohon itu.
“Ternyata begitu,” ucap sang raja ular, “Sebenarnya aku sudah mendengar kabar tentang kebaikanmu dalam menyelamatkan banyak warga hutan ini.
Untuk mewakili mereka, aku mengucapkan terima kasih untukmu.” Rohib bisa merasa sedikit lebih senang hingga tersenyum ketika mendengar hal ucapan terima kasih itu.
“Aku juga bisa membantumu,” lanjut sang ular. Mendadak, raja ular itu membuka mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan sebuah batu permata dari dalam mulutnya.
“Ambilah batu itu!” perintahnya kemudian, “Itu adalah mustika sakti bernama Mentiko Betuah. mustika ini bisa mengabulkan segala permintaanmu. Simpanlah sebagai bentuk hadiah dariku.”
Rohib menerima pemberian itu dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Sesudahnya, sang raja ular kembali masuk ke dalam hutan.
Baca juga: Kisah Retna Lestari, Bidadari Cantik dan Cerdik Beserta Ulasan Lengkapnya
Rohib Kembali Ke Istana
Dengan berbekal mustika sakti, Rohib berencana untuk pulang ke istana. Sebelum sampai di istana, ia meminta uang yang banyak pada mustika itu. Dan benar saja, ia mendapatkan koin emas yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada modal yang diberikan sang ayah.
Pada sang ayah, Rohib menyebutkan kalau koin emas itu adalah keuntungan dari hasilnya berdagang. Betapa terkejutnya sang raja karena tak menyangka putranya rupanya pintar berjualan. Akhirnya Rohib pun kembali diterima kembali ke istana.
Namun, di sisi lain kini Rohib merasa khawatir. Dengan kebingungan ia mencari tempat yang aman untuk menyimpan mustikanya. Karena bagaimanapun juga, ia tak ingin kehilangan barang berharga itu.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Rohib memutuskan untuk mengikat mustikanya pada sebuah emas dan menjadikannya sebuah cincin. Ia memerintahkan seorang tukang emas di kerajaan untuk mengerjakannya. Namun, sang tukang emas yang mengetahui kalau permata itu adalah sebuah mustika akhirnya justru membawa cincin itu kabur.
Ketika mengetahui kalau sang tukang emas membawa cincinnya kabur, Rohib kembali mendatangi hutan tempatnya bertemu dengan raja ular. Ia pun memanggil sang raja kemudian menceritakan tentang tukang emas yang membawa kabur mustikanya. Kemudian, ia juga meminta sang ular untuk membantunya menemukan tukang emas tersebut.
Perburuan Mustika
Raja ular kemudian memanggil beberapa anak buahnya, khususnya kucing, anjing, dan tikus. Setelah menjelaskan dengan singkat, mereka diperintahkan untuk mengejar si tukang emas kemudian mengembalikan mustikanya kepada Rohib.
Anjing yang memiliki penciuman tajam bisa langsung menemukan tempat persembunyian tukang emas yang terletak di seberang sungai. Ketiga hewan tersebut kemudian mencari akal agar bisa mengeluarkan cincin mustika yang disembunyikan di dalam mulut si tukang emas.
Ketika malam tiba, kucing dan tikus menyeberangi sungai kemudian menunggu hingga si tukang emas tidur. Setelah terlelap, secara perlahan sang kucing membuka mulut tukang emas. Kemudian si tikus memasukkan ekornya ke dalam hidung si tukang emas hingga membuatnya bersin. Saat bersin itulah cincin yang ada di mulutnya terlempar. Dengan sigap, si tikus langsung menangkap cincin itu kemudian kabur menyeberangi sungai.
Di seberang sungai, tikus kembali berkumpul bersama kucing dan anjing. Sang anjing sudah menanti kedatangan kedua temannya dengan penuh kecemasan.
Kehilangan Mustika
“Apakah kalian berhasil mendapatkan mustikanya?” tanya sang anjing.
“Ya, kami berhasil!” jawab kucing dengan bahagia. “Tikus yang membawanya.”
Namun, sang tikus justru mendadak menangis tersedu-sedu. “Maafkan aku, teman-teman,” ucap sang tikus. “Aku ceroboh saat menyeberangi sungai. Tanpa sengaja aku sudah menjatuhkan cincinnya dan kini cincin itu hilang.”
Anjing dan kucing yang mendengarnya sempat merasa kesal. Bagaimana bisa sang tikus sangat ceroboh sehingga menjatuhkan cincin mustika miliki Rohib. Kini, pekerjaan mereka pun jadi bertambah.
“Ya sudah kalau begitu! Sekarang kita harus segera mencarinya,” ucap kucing seraya kembali menyelam ke dalam sungai. Anjing pun mengikuti langkah si kucing dan ikut menyelam juga hingga ke dasar sungai.
Namun, sang tikus tidak ikut serta masuk ke dalam sungai. Ia justru berlari menuju ke tempat Rohib menanti. Rupanya, sedari tadi sang tikus berbohong tentang cincin mustika yang hilang.
Diam-diam ia menyimpan cincin itu di dalam mulutnya. Sehingga ketika menyerahkannya kepada Rohib, ia dianggap sebagai satu-satunya pahlawan dan dianugerahi banyak hadiah.
Betapa terkejutnya anjing dan kucing ketika mendatangi Rohib dalam keadaan basah kusup, mereka mendengar kabar kalau cincin mustika telah kembali ke tangan pemiliknya. Saat itu, barulah mereka sadar kalau tikus telah berbohong demi keuntungannya sendiri. Sejak saat itu, anjing dan kucing sangat membenci tikus. Ketika ada kesempatan, mereka pasti akan langsung memburu sang tikus.
Baca juga: Cerita Anak Nabi Nuh As sebagai Pelajaran untuk Tak Durhaka pada Orang Tua
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Mentiko Betuah dari Aceh
Setelah membaca ringkasan cerita rakyat Mentiko Betuah, kamu bisa mengetahui sedikit ulasan unsur intrinsik seputar kisahnya. Berikut adalah ulasannya.
1. Tema
Gagasan pokok atau tema dari cerita rakyat Mentiko Betuah yang berasal dari Aceh ini adalah ketidakjujuran. Dalam kisahnya, ada beberapa tindakan yang menunjukkan ketidakjujuran, seperti Rohib yang tidak menggunakan kesempatan belajarnya dengan baik, penempa emas yang membawa kabur mustika, dan tikus yang menipu kedua temannya demi mendapatkan banyak hadiah sendiri.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh utama dalam cerita rakyat Mentiko Betuah dari Aceh ini. Di antaranya adalah raja, ratu, Rohib, raja ular, penempa emas, anjing, kucing, dan tikus. Raja dan ratu dari kerajaan Semeulue memiliki sifat penyayang dan sangat memanjakan putranya, Rohib. Satu sifat yang membedakan pasangan suami istri tersebut adalah, sang raja memiliki sifat lebih tegas kepada putranya.
Rohib yang terlalu dimanjakan memiliki sifat yang pemalas dan seenaknya sendiri. Meski begitu, ia sebenarnya seorang anak yang baik hati dan suka menolong. Buktinya, ia merelakan uang dari sang ayah habis hanya untuk menolong hewan-hewan yang disiksa oleh manusia.
Raja ular adalah sosok pemimpin hutan yang bijaksana dan baik hati. Tak hanya memberikan hadiah untuk Rohib atas kebaikan hatinya, tapi ia juga tak ragu membantu ketika Rohib kehilangan mustika saktinya. Kemudian ada juga penempa emas yang memiliki sifat tidak jujur dan suka mencuri. Ketika diberi amanat untuk membuat cincin, ia justru membawa kabur batu mustika milik Rohib.
Anjing dan kucing yang merupakan anak buah raja ular pun bersedia membantu dengan ikhlas. Namun, tikus yang awalnya bersedia membantu dengan ikhlas rupanya memiliki sifat licik dan ingin menang sendiri. Ia membohongi kedua temannya demi mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri.
3. Latar
Latar lokasi yng disebutkan dalam cerita rakyat Aceh Mentiko Betuah ini ada beberapa. Yaitu sebuah kerajaan di daerah Semeulue, Aceh, hulu sungai tempat raja dan ratu berdoa demi mendapatkan keturunan, hutan tempat Rohib berdoa dan mendapatkan mustika sakti dari raja ular, tempat persembunyian tukang emas di pinggir sungai, dan sungai tempat anjing menyelam bersama kucing.
4. Alur
Alur yang digunakan dalam cerita rakyat Mentiko Betuah yang berasal dari Aceh ini adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dari usaha raja dan ratu dalam mendapatkan keturunan. Sayangnya, setelah berhasil memiliki putra bernama Rohib, mereka justru terlalu memanjakannya sehingga putra mereka itu tumbuh menjadi anak yang tidak tahu diri.
Sang raja kemudian mengirim Rohib untuk berdagang. Di tengah perjalanan, ia mengalami beberapa peristiwa yang akhirnya membuatnya mendapatkan mustika berharga bernama Mentiko Betuah. Ia pun kembali pulang dengan uang berlimpah.
Konflik mulai terjadi ketika mustika yang akan dibuat menjadi cincin justru dibawa kabur oleh tukang penempa. Untungnya, dengan bantuan anak buah raja ular, Rohib bisa mendapatkan mustikanya kembali. Sayangnya, salah satu anak buah raja ular, yaitu tikus, membohongi kedua temannya demi bisa menguasai hadiahnya sendiri.
5. Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral yang bisa didapatkan dari cerita rakyat Mentiko Betuah yang berasal dari Aceh ini. Ketiga pesannya tak hanya bisa diberitahukan kepada buah hati tercinta, tapi bisa juga dijadikan pengingat untuk setiap orang tua.
Pesan pertama adalah setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, cobalah untuk selalu saling menolong dalam hal kebaikan. Selanjutnya, ingatlah bahwa setiap kebaikan dan keburukan yang kamu lakukan pasti ada balasannya yang setimpal. Jika kamu ingin mendapatkan kebaikan, lakukan kebaikan kepada orang lain terlebih dahulu.
Yang terakhir, sebagai orang tua, ingatlah untuk tidak terlalu memanjakan buah hati. Sesekali memanjakannya boleh saja, tapi jangan sampai hal tersebut bisa mempengaruhi sikapnya yang mungkin saja merugikan orang lain atau dirinya sendiri.
Selain intrinsik, cerita rakyat Aceh Mentiko Betuah ini kamu juga mengandung unsur ekstrinsik. Yakni hal-hal dari luar cerita yang bisa melengkapi kisahnya, seperti nilai moral, sosial, juga budaya.
Baca juga: Cerita Rakyat Betawi Murtado si Macan Kemayoran yang Jago Silat & Ulasan Menariknya
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Mentiko Betuah dari Aceh
Sudah puas membaca cerita rakyat singkat Mentiko Betuah dan sedikit ulasan tentang unsur intrinsiknya? Kini kamu bisa juga membaca beberapa fakta menarik seputar kisahnya, lho!
1. Sering Dijadikan Pementasan Drama Anak
Kisahnya yang indah dan penuh dengan pesan moral yang baik membuat kisah ini sering diangkat menjadi sebuah pementasan drama. Salah satunya adalah pementasan drama cerita rakyat anak-anak yang diadakan oleh Sanggar Anak Akar.
Pada bulan Juli 2019, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, sanggar tersebut mengadakan pementasan Mentiko Betuah. Drama yang diadakan di lokasi sanggar di Jakarta Timur tersebut dibintangi oleh anak-anak jalanan dan korban penggusuran.
Karena tingginya antusiasme dari para penonton, Sanggar Anak Akar kembali menyelenggarakan pementasan drama dalam skala yang jauh lebih besar. Tiga bulan kemudian, tepatnya tanggal 12 Oktober 2019, mereka menampilkan Teater Musikal untuk judul yang sama, Mentiko Betuah, di Panggung Guyub – Pekan Kebudayaan Nasional, Istora Senayan.
Baca juga: Kisah Mirah dan Ulasan Lengkapnya, Si Pendekar Wanita dari Marunda
Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Mentiko Betuah dari Aceh?
Itulah tadi cerita rakyat singkat Mentiko Betuah yang berasal dari Aceh. Kisahnya bagus dan cocok dijadikan sebagai dongeng sebelum tidur, kan? Apalagi ceritanya penuh dengan pesan moral yang cocok disampaikan untuk buah hati atau keponakan tersayang.
Kalau masih ingin membaca dongeng lain yang berasal dari Aceh, langsung saja cek artikel-artikel di Poskata. Di sini kamu bisa membaca legenda Putra Mahkota Amat Mude, Putri Pukes, dan Batu Belah Batu Bertangkup. Selamat membaca!