Sudah tahukah kamu kalau ada sosok pendekar wanita asal Betawi yang cukup populer bernama Mirah? Kalau belum, langsung saja simak cerita rakyat Mirah dari Marunda selengkapnya di bawah ini, yuk!
Kalau berbicara mengenai pendekar dari Betawi, mungkin yang terlintas di benakmu adalah Si Pitung atau Si Jampang. Namun ternyata, ada juga seorang pendekar wanita yang tak kalah jago dari mereka, lho. Kalau pengin tahu siapa dia dan kisahnya seperti apa, mending kamu baca cerita rakyat Si Mirah dari Marunda berikut ini.
Di sini nanti, kamu nggak hanya akan bisa menyimak ringkasan cerita si Mirah dari Marunda saja. Akan tetapi, kamu pun dapat menemukan ulasan unsur-unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik tentang cerita tersebut.
Gimana? Apakah kamu semakin penasaran dan tidak sabar untuk membacanya? Kalau begitu, ikut kisah lengkap Si Mirah dari Marunda di bawah ini, ya!
Cerita Rakyat Mirah dari Marunda
Pada zaman penjajahan Belanda dulu, Marunda merupakan salah satu tempat di Jakarta yang keadaannya bisa dibilang kacau. Daerah tersebut sering sekali didatangi oleh para perampok.
Tak hanya itu saja, tempat tersebut juga sering menjadi ajang adu kekuatan antar jagoan dari daerah lain. Sudah membuat keributan, jagoan-jagoan tersebut terkadang menakut-nakuti warga dan merampok.
Pemerintah Belanda sendiri dulu juga tidak terlalu memperhatikan daerah tersebut. Para kaki tangannya malah ikut-ikutan memeras penduduk. Hal itu tentu saja membuat para warga menjadi semakin nelangsa.
Beruntungnya, di sana ada seorang jagoan yang baik hati dan pemberani bernama Bang Bodong. Ia tak segan-segan untuk membela para penduduk dan menumpas para perampok.
Pendekar tersebut memiliki seorang anak perempuan yang bernama Mirah. Anaknya adalah seorang gadis yang begitu cantik dan baik.
Menjelma Menjadi Pendekar Wanita
Kemudian pada suatu hari, tiba-tiba Bang Bodoong berceletuk pada anaknya. Demikian katanya, “Mirah, Babe pan udah tua. Kagak ade anak laki-laki buat dijadiin penerus. Padahal rampok dan garong makin merajalela. Babe khawatir kampung kita ini bakalan musnah.”
“Babe, tenang aje, dah. Pan, ada Mirah. Biar kate perempuan, aye sanggup juga sanggup jaga Marunda,” katanya menenangkan hati sang ayah.
Sejak saat itu, Bang Bodong kemudian mengajarkan berbagai keterampilan beladiri kepada putrinya itu. Ia mengajari anaknya dengan telaten.
Yang diajar pun bisa dengan cepat mempelajarinya. Untuk itu, tak butuh waktu yang lama, Mirah kemudian sudah tersohor menjadi pendekar wanita asal Marunda.
Tak hanya jago bertarung, rupanya Mirah juga memiliki paras yang cantik. Maka dari itu, semakin banyak saja pemuda yang mendekati dan meminang dirinya. Namun, ia menolak semua pinangan-pinangan meski umurnya sudah cukup untuk menikah.
Jodoh untuk Mirah
Mengetahui fakta bahwa Mirah menolak laki-laki yang meminangnya, tak pelak membuat sang ayah khawatir. Ia kemudian mengajak anak gadisnya itu untuk bicara.
“Mirah… kalau nanti ade lamaran nyang dateng lagi, jangan ditolak lah. Lu nyari yang pegimane lagi, sih? Umur juga udeh cukup.”
“Aye belum mau nikah, Be. Kalau Mirah nikah, nanti yang ngurusin Babe siape,” jawabnya.
Mendengar perkataan anaknya itu, Bang Bodong tentu saja merasa terharu. Namun bagaimanapun, anaknya harus menjalani kehidupannya seperti yang lain.
“Lu kagak usah khawatirin Babe. Pikirin diri lu sendiri, dah. Babe kagak mau lu ntar dibilang jadi perawan tua sama orang-orang.”
“Babe tenang aje. Aye kagak pernah ambil pusing omongan orang. Tapi kalau Babe emang pengin aye nikah, aye ngajuin syarat, Be,” ujarnya lagi.
“Lu mau minta apaan? Rumah, perhiasan, bilang aje, ntar Babe yang bakal beliin.”
“Bukan itu, Be. Aye cuma mau nikah sama laki-laki yang bise ngalahin aye. Kalau kagak ada yang bisa, udeh lah mending aye kagak usah nikah, Be,” putusnya.
Setelah itu, Bang Bodong mengadakan sayembara. Ia berkata kalau ada orang yang mampu mengalahkan Mirah, maka akan dijadikan menantu. Berita tersebut menyebar dengan begitu cepat.
Beberapa hari kemudian, datanglah seorang jagoan bernama Tirta. Ia dikenal sebagai perampok. Ia pun menantang Mirah untuk berkelahi.
Semua jurus sudah dikerahkan oleh masing-masing pihak. Namun lagi-lagi, memang Mirah yang lebih unggul.
Baca juga: Kisah Asal Mula Tombak Kyai Pleret dan Ulasannya, Peninggalan Kerajaan Mataram yang Legendaris
Sebuah Teka Teki
Sementara itu di tempat lain, di Kampung Kemayoran sedang terjadi kekacauan akibat perampokan. Hal tersebut tak hanya membuat polisi kewalahan, tetapi Pemerintah Belanda juga resah karena sudah terancam kepentingannya.
Hingga pada suatu malam, ada sebuah perampokan besar terjadi di salah satu rumah orang kaya. Polisi sebenarnya sudah berjaga-jaga, tapi masih kalah gesit jika dibandingkan para perampok.
Saat para perampok itu kabur, ada salah seorang warga yang mengenali salah satu dari mereka. Yang dicurigai adalah Asni.
Namun, penduduk tersebut juga heran. Pasalnya, Asni adalah seorang jagoan yang berasal dari daerah itu sendiri, yaitu Kemayoran. Ia dikenal sebagai orang yang bersih, meski jago berkelahi.
Polisi segera menangkap laki-laki itu di rumahnya. Karena setelah diperiksa tidak ditemukan bukti, ia pun dibebaskan dengan bersyarat. Syaratnya adalah ia harus bis menangkap perampok yang sebenarnya.
Meski sudah bebas, tapi dalam hati Asni tentu saja begitu geram. Nama baiknya tercoreng karena hal tersebut. Maka dari itu, ia bertekad untuk menemukan perampok itu.
Tak buang-buang waktu, lelaki itu kemudian pergi arah timur, yaitu menuju Kampung Marunda. Ia menduga kalau perampok tersebut berasal dari sana.
Tiba di Marunda
Sesampainya di Marunda, Asni langsung menuju ke tempat yang dicurigai sebagai sarang perampok. Ia juga mendatangi tempat-tempat perjudian dan bertanya pada orang di sana, siapa tahu ada yang mengetahui tentang perampokan pada malam itu.
Sayangnya, perbuatannya itu dianggap mengacak-acak ketentraman Kampung Marunda dan membuat anak buah Bang Bodong begitu geram. Mereka pun menantang Asni untuk berkelahi.
Perkelahian sengit tak dapat terhindarkan. Meskipun keroyokan, anak buah Bang Bodong tetap saja tidak bisa menandingi kemampuan Asni. Setelah kalah, mereka kemudian mengadu ke Bang Bodong.
Mendengar laporan dari anak buahnya, Bang Bodong kemudian mencari pemuda yang dimaksud. Ketika sudah bertemu, keduanya pun terlibat pertarungan.
Sayangnya, umur memang tidak bisa bohong. Bang Bodong tentu saja kewalahan menghadapi Asni yang masih muda. Ia bahkan terkapar sampai pingsan. Mengetahui hal tersebut, salah satu anak buahnya kemudian pergi mencari Mirah.
Baca juga: Legenda Putra Lokan Asal Riau dan Ulasannya, Kisah tentang Seorang Pangeran Tampan yang Dibuang
Pertemuan Mirah dan Asni
Mirah tentu saja merasa sangat marah ketika mengetahui keadaan ayahnya. Ia bergegas ke tempat yang dimaksud dan ingin memberi pelajaran pada Asni.
Sang pendekar wanita lalu menantang Asni untuk berkelahi. Pada awalnya, lelaki itu menolak karena tak mau berkelahi dengan perempuan. Namun, karena terus dirong-rong oleh Mirah, akhirnya pertarungan pun tak terelakkan.
Sayangnya, pemuda tersebut bisa dengan mudah mengalahkan Mirah. Hal itu membuat anak buah Bang Bodong tak tinggal diam. Mereka lalu mengeroyok Asni dan berhasil mengikatnya.
Tak berapa lama kemudian, Bang Bodong pun siuman. Anak-anak itu awalnya menyangka ia akan marah, tapi ternyata malah menyuruh mereka untuk membebaskan Asni.
Lelaki yang sudah berumur itu kemudian berbicara dari hati ke hati pada sang pemuda. Ia ingin menjadikannya menantu karena berhasil mengalahkan Mirah, seperti janji yang dibuatnya saat sayembara.
Katanya, “Lu jagoan yang hebat dan anak yang baik. Karena lu bisa ngalahin anak aye si Mirah, lu boleh ambil die jadi istri.” Pada awalnya, ia menolak hal tersebut.
Bukannya apa-apa, maksud kedatangan Asni ke tempat tersebut sebenarnyaa adalah untuk mencari seorang perampok yang membuat namanya tercoreng. Bang Bodong mengatakan kalau ia tahu siapa orang yang dicarinya.
Orang tersebut ternyata adalah Tirta. Namun kalau ingin dibantu untuk menangkapnya, ia harus menikah terlebih dahulu dengan Mirah. Asni pun menyutujuinya.
Kekacauan Pernikahan Mirah dan Asni
Beberapa hari kemudian, pesta pernikahan Mirah dan Asni diadakan besar-besaran. Tamu yang datang pun banyak sekali. Selain itu, banyak sekali pertunjukan yang disewa oleh Bang Bodong untuk menghibur para tamu.
Tak disangka, ternyata Tirta datang ke pesta tersebut. Ketika ada seseorang yang memergokinya, ia malah menusukkan belati ke orang tersebut.
Perbuatan Tirta ternyata dilihat oleh Bang Bodong. Lelaki tua itu kemudian bangkit dari duduknya bermaksud untuk menangkap Tirta. Namun, ia malah terjatuh dan tertusuk belati.
Pesta pernikahan pun menjadi ricuh. Orang-orang sibuk untuk menyelamatkan diri masing-masing.
Dari atas panggung pengantin, Mirah yang melihat ayahnya terkapar kemudian berlari untuk memburu Tirta. Ia lalu menjejak Tirta tepat di tengkuknya. Lelaki itu jatuh dan tertusuk belatinya sendiri.
Baca juga: Kisah Ikan Sakti Sungai Janiah dan Ulasan Menariknya, Ketika Anak Tak Menuruti Perintah Ibunya
Akhir Sebuah Kisah
Meski marah, Mirah tetap saja kasihan melihat keadaan Tirta yang terkapar bersimbah darah itu. Ia lalu mendekati lelaki tersebut.
Dengan terbata-bata, lelaki tersebut berkata, “Mirah, aye ke sini bukan untuk berkelahi, tapi menyaksikan pernikahanmu. Aye bawa sabuk berpending emas sebagai hadiah. Terimalah.”
Setelah menerimanya, Mirah kemudian memanggil suaminya. Saat mendekat dan melihat wajah Tirta, Asni begitu terkejut.
Ternyata, Tirta adalah saudara tiri dari Asni. Mereka saudara satu ayah dan beda ibu. Makanya, tidak mengherankan jika wajah keduanya mirip.
Dulunya, mereka pernah tinggal bersama sewaktu kecil. Namun setelah ayahnya meninggal dunia, keduanya berpisah dan pergi ke daerah asal ibu masing-masing.
Ibu Tirta berasal dari Banten. Sementara itu, ibu Asni asalnya dari Cakung.
Sayang sekali, mereka bertemu kembali dalam situasi yang seperti ini. Tak menghiraukan tatapan heran orang-orang yang melihat, kedua saudara itu saling berpelukan.
Kemudian Tirta berkata, “Asni, Mirah, maafkan Abang, ya. Semoga kalian selalu bahagia. Jangan tiru jalan hidupku yang sesat ini.” Tak lama setelah itu, Tirta pun meninggal dunia.
Baca juga: Legenda Batu Gantung Danau Toba dan Ulasannya, Kisah Tragis Wanita Cantik dari Sumatera Utara
Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Si Mirah dari Marunda Asal Betawi
Tadi kamu sudah membaca cerita lengkap Si Mirah dari Marunda, kan? Selanjutnya, di sini kamu juga akan menemukan penjelasan singkat unsur-unsur intrinsik dari kisah tersebut. Berikut penjelasannya:
1. Tema
Inti atau tema cerita rakyat si Mirah dari Marunda ini adalah tentang kepahlawanan. Mirah dan ayahnya dengan sekuat tenaga menjaga wilayah dan warga dari perampokan. Selain itu, bisa juga dibilang temanya adalah tentang kebaikan yang akan selalu menang melawan kejahatan.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada beberapa tokoh yang akan diulik dari cerita rakyat Betawi yang berjudul Si Mirah dari Marunda ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah Bang Bodong, Mirah, Tirta, dan Asni.
Bang Bodong adalah seorang jagoan baik dan bijaksana. Selain itu, ia juga merupakan seorang ayah yang begitu menyayangi putrinya.
Tokoh selanjutnya adalah Mirah. Wanita tersebut memiliki kepribadian yang baik, tangguh, patuh, dan penuh belas kasih. Ia juga sangat mencintai dan menghormati ayahnya.
Kemudian, ada Tirta yang merupakan jagoan berperangai buruk. Ia sering merampok. Sayang sekali, ia menyadari perbuatannya yang salah ketika nyawanya sudah berada di ujung tanduk.
Dan yang terakhir, yaitu Asni. Ia adalah sorang pemuda yang baik. Ia juga tidak pantang menyerah dalam mencari pelaku yang sebenarnya.
3. Latar
Karena berasal dari Betawi, maka sudah jelas kalau cerita Si Mirah dari Marunda ini memiliki latar tempat di daerah Jakarta. Namun di dalam juga disebutkan secara spesifik mengenai lata tempat yang digunakan. Contohnya seperti Marunda, Kemayoran, dan rumah Bang Bodong.
Selain itu, kamu juga dapat menemukan setting waktu yang digunakan. Salah satunya yang tertulis dalam kisah di atas adalah waktu malam hari serta jaman waktu Tirta dan Asni masih kecil.
Selanjutnya, latar suasana dalam cerita rakyat ini juga sudah jelas. Tak hanya senang, tetapi juga sedih, jengkel, dan marah.
4. Alur
Sementara itu, cerita rakyat Betawi berjudul Si Mirah dari Marunda ini menggunakan alur maju. Kisahnya berawal dari Mirah yang merupakan seorang pendekar wanita dan belum menikah. Ia berkata pada ayahnya hanya akan mau menikah dengan orang yang mengalahkannya.
Kemudian pada suatu hari, Mirah menantang seorang jagoan asal Kemayoran, Asni yang telah membuat ayahnya pingsan. Pemuda tersebut pada akhirnya dapat mengalahkan Mirah. Lalu, keduanya pun menikah.
5. Pesan Moral
Ada banyak sekali pesan moral atau amanat yang bisa kamu petik dari cerita Si Mirah asal Marunda ini. Salah satunya adalah menghormati dan menyayangi orang tuanya. Mirah bisa saja menerima pinangan dari lelaki sembarangan, tapi ia tak mau ayahnya sendirian.
Nah, untuk yang sedang mencari jodoh, kamu juga bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut. Kalau mau mencari pasangan hidup, pastikan kalau ia sepadan denganmu.
Jangan sampai kamu menerima sembarang orang hanya karena sudah dikejar umur. Tidak ada salahnya lebih selektif, daripada nanti malah hidupmu yang berantakan.
Selanjutnya, jangan mudah terpancing emosi ketika ada masalah. Cari dulu duduk perkaranya dan selesaikan dengan baik-baik.
Selain unsur intrinsik, kamu juga jangan lupakan mengenai unsur-unsur ekstrinsik dari cerita rakyat Betawi Si Mirah dari Marunda. Unsur ekstrinsik itu biasanya berkaitan dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang sudah dipegang teguh.
Baca juga: Cerita Rakyat Tao Silosung dan Tao Sepinggan dari Tapanuli Utara serta Ulasan Lengkapnya
Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Asal Betawi Berjudul Mirah dari Marunda
Setelah membaca kisah dan unsur intrinsiknya, jangan lupa mengetahui beberapa fakta menariknya. Berikut adalah sedikit ulasannya:
1. Diangkat jadi Film
Pada tahun 1970-an, cerita rakyat Betawi Si Mirah dari Marunda ini cukup populer sehingga diangkat ke layar lebar. Film yang diberi judul Singa Betina dari Marunda tersebut disutradarai oleh Ramelan dan dibintangi oleh Connie Sutedja.
Namun dalam segi cerita, agaknya sedikit berbeda dari yang telah kalian baca di atas. Kalau di film, Mirah merupakan seorang janda kembang yang ditinggal mati oleh suaminya. Semasa hidup, suaminya tersebut mengajari Mirah berbagai jurus silat. Maka tidak heran, jika ia bisa menjaga diri dan mengalahkan perampok.
Kehebatan Si Mirah rupanya sudah terdengar hingga ke berbagai penjuru. Banyak sekali jagoan-jagoan yang mengganggu dan mencoba kemampuannya. Tanpa kesusahan, ia berhasil mengalahkan jagoan-jagoan tersebut.
Sementara itu, ada seorang jagoan bernama Nasah. Ia sedang mencari perampok yang mengancam ketentraman kampungnya. Ia kemudian mencarinya hingga sampai Marunda dan malah berkelahi dengan bang Bodong, ayah Mirah.
Setelah mengetahui kalau itu semua hanya salah paham, Bang Bodong mengetahui kalau Nasah sebenarnya orang yang baik. Maka dari itu, ia kemudian pura-pura kesurupan supaya Nasah menikah dengan Mirah.
Mereka kemudian menikah. Namun, ceritanya tidak selesai di situ karena Nasah harus segera menyelesaikan tugasnya untuk memburu kawanan perampok. Pada akhirnya, ia berhasil menangkap perampok itu yang ternyata adalah saudara tirinya yang bernama Tirta.
2. Dipentaskan dalam Pertunjukan Lenong
Kamu mungkin sudah tahu bahwa salah satu kesenian khas Betawi adalah lenong. Nah, kisah si Mirah dari Marunda tersebut bisa diangkat dalam pertunjukan lenong, lho.
Salah satunya adalah yang diperankan oleh para mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta. Selain menghibur para penonton, pertunjukan yang diadakan pada tahun 2017 ini juga bertujuan untuk mengenalkan generasi muda pada kebudayaan Betawi.
Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat dari Marunda di Atas?
Itulah tadi cerita lengkap, penjelasan unsur instrinsik, pesan moral, dan fakta menari tentang cerita rakyat Betawi berjudul Si Mirah dari Marunda. Gimana? Semoga kamu tidak hanya terhibur, tetapi juga dapat mengamalkan pesan moralnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tak hanya dari Betawi saja, di PosKata kamu juga bisa menemukan cerita rakyat dari daerah lain, lho. Beberapa contohnya adalah asal mula Bukit Kelam, legenda Putri Pukes, dan cerita Putra Mahkota Amat Mude.
Kalau misalnya kamu mencari kisah para nabi atau dongeng dari Barat juga ada, lho. Pokoknya, baca terus PosKata, ya!