• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosKata

Inspirasi & Literasi Kata

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Home
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Ruang Pena
  • Histori
  • Arti Kata
» Ruang Pena » Cerita Rakyat » Cerita Rakyat Sulawesi Barat

Legenda Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat dan Ulasannya, Anak Buangan yang Menjadi Panglima Disegani

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Cerita Rakyat Sulawesi Barat Panglima To Dilaling - Mahkota

Panglima To Dilaling merupakan salah satu tokoh yang populer di Sulawesi Barat. Namun, sudah tahukah kamu tentang kisah hidupnya? Kalau belum, mari simak uraian lengkap cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat dalam artikel ini!

Begitu banyak cerita rakyak di Indonesia yang mengisahkan tentang kepahlawanan. Salah satunya adalah cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat. Meskipun tidak belum banyak yang tahu, tapi dongeng tersebut sebenarnya mengandung pesan moral yang baik.

Di sini, terdapat uraian lengkap mengenai kisah Panglima To Dilaling beserta unsur-unsur intrinsiknya. Selain itu, ada juga pembahasan fakta menarik seputar legenda tersebut yang bisa menambah wawasan.

Bagaimana? Penasaran ingin mengetahui seperti apa cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat? Tanpa banyak basa-basi lagi, langsung saja simak uraian lengkapnya dalam penjelasan berikut ini, yuk!

Cerita Rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat

Istana

Pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaa di sebuah bukit bernama Napo di daerah Tammajarra, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Poliwali Mandar, Sulawesi Barat. Kerajaan itu dikenal dengan nama Kerajaan Balanipa yang dipimpin oleh Raja Balanipa.

Raja Balanipa telah menduduki kursi kepemimpinan kerajaan selama tiga puluh tahun dan tidak mempunyai keinginan untuk turun tahta. Maka dari itu, ia sangat menjaga kesehatan tubuhnya dengan meminum jamu dan obat ramuan tabib terkenal supaya tetap panjang umur dan awet muda.

Selain memimpin kerajaan, Raja Balanipa juga mempunyai hobi berburu dan berolahraga secara teratur agar kondisi tubuhnya selalu fit. Ia bersama istrinya sebenarnya dikaruniai empat orang anak, dua putra dan dua putri.

Namun, karena keegoisan Raja Balanipa yang tidak mau mewariskan tahtanya kepada dua putranya, kedua anak laki-laki itu dibunuh olehnya. Permaisuri yang tengah hamil besar pun cukup was-was jika ia melahirkan anak laki-laki lagi. Alasannya, ia sudah tidak sanggup melihat nyawa putranya diambil oleh suaminya sendiri.

Hampir setiap hari, sang permaisuri berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar anak yang dikandungnya adalah anak perempuan. Mendekati hari persalinannya, sang permaisuri semakin takut dan khawatir. Ia tidak bisa tidur tenang karena terus mengingat nasib anak di dalam kandungannya.

Pada suatu hari, Raja Balanipa memutuskan untuk pergi berburu ke daerah Mosso. Sebelum berangkat, ia meninggalkan pesan kepada panglima perang kerajaannya yang bernama Puang Mosso.

“Puang Mosso, aku akan pergi berburu ke Mosso. Tolong kau jaga permaisuriku yang sedang hamil besar. Kalau aku belum kembali dan istriku ternyata melahirkan seorang putra, kau bunuh anak laki-laki itu,” perintah Raja Balanipa.

“Baik, Baginda. Apa pun perintah Baginda akan hamba laksanakan,” jawab Puang Mosso sembari memberi hormat kepada Raja Balanipa.

Panglima Kerajaan yang Ingkar Janji

Merasa puas dengan jawaban panglimanya, Raja Balanipa kemudian berangkat ke Mosso. Benar saja, sehari setelah kepergian raja, sang permaisuri melahirkan seorang bayi laki-laki yang rupawan. Namun, lidah bayi itu anehnya berwarna hitam dan berbulu.

Setelah permaisuri melahirkan, anjing pengawal raja segera menjilati kain bekas persalinan supaya darahnya membekas di moncongnya. Hewan itu segera mencari tuannya yang sedang berburu di daerah Mosso.

Setelah berlarian cukup lama, anjing Kerajaan Balanipa itu menemukan tuannya dan menggonggong kepadanya agar melihat darah yang ada di moncongnya. Raja Balanipa yang mendapati darah di moncong anjing pengawal kerajaan itu mengerti kalau istrinya sudah melahirkan dan memutuskan untuk segera kembali ke istana.

Di istana, kebimbangan menyelimuti hati Puang Mosso setelah mengetahui kalau sang ratu melahirkan seorang anak laki-laki. Ia tidak tega membunuh bayi yang tidak bersalah itu dan berpikir keras untuk mencari cara supaya Raja Balanipa tidak murka dan bayi laki-laki itu tetap hidup.

Puang Mosso kemudian menyembelih seekor kambing dan menguburkannya di samping makam anak-anak laki-laki raja. Makam itu kemudian ia pasangi nisan untuk semakin meyakinkan rajanya kalau anaknya sudah dibunuh.

Setelah selesai membuat kuburan palsu, Puang Mosso lalu mengambil bayi laki-laki itu dan menitipkannya kepada keluarganya yang tinggal di sebuah kampung yang jauh dari istana. Dengan begitu, aksinya menyelamatkan bayi laki-laki Raja Balanipa tidak akan ketahuan.

Makam Palsu dan Kekhawatiran Raja Balanipa

Keesokan harinya, Raja Balanipa telah sampai di istana dan segera menemui Puang Mosso untuk menanyakan kabar istri dan anaknya. Dikisahkan dalam cerita rakyat Panglima To Dilaling bahwa ia menemui Puang Mosso dengan penuh rasa cemas.

“Hei, Puang Mosso. Bagaimana kondisi istriku? Apakah benar ia sudah melahirkan?” tanya Raja Balanipa.

“Ampun, Baginda. Permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki sehari setelah Baginda berangkat untuk berburu. Sesuai dengan perintah yang Baginda sampaikan, hamba sudah membunuh dan menguburkan bayi laki-laki itu,” jelas Puang Mosso.

“Lantas, di mana kau menguburkan mayat bayi itu?” tanya sang raja.

“Ampun, Baginda bila hambamu ini telah lancang. Hamba menguburkan mayat bayi itu di samping makam putra-putra Baginda terdahulu,” jawab Puang Mosso.

Raja Balanipa bergegas pergi menuju ke area makam keluarga istana untuk benar-benar memastikan kalau bayi laki-laki itu sudah mati. Sesampainya di lokasi, ia menemukan kuburan kecil yang masih baru.

Setelah yakin bahwa bayi laki-laki itu telah mati, Raja Balanipa pun kembali ke istana dan melaksanakan tugasnya sebagai raja dengan tenang. Ia tidak perlu lagi merasa khawatir karena pewaris tahtanya sudah tidak ada.

Seiring tahun berlalu, putra Raja Balanipa yang dititipkan di kampung jauh dari istana tumbuh menjadi anak laki-laki yang sehat. Ia sudah lancar berbicara dan mengenal orang-orang di sekitarnya.

Puang Mosso secara diam-diam menjenguk putra raja itu hampir setiap minggu yang membuatnya menjadi orang terdekat anak laki-laki tersebut. Karena masih was-was kalau raja mengetahui rahasianya, Puang Mosso lalu menitipkan anak laki-laki itu pada seorang pedagang yang akan berlayar jauh dari Bukit Napo, yakni ke Pulau Salemo.

Nasib Putra Raja yang Tidak Diakui

Di Pulau Salemo, putra Raja Balanipa diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh keluarga pedagang itu. Ia menjadi anak laki-laki pekerja keras, suka menolong, dan mahir dalam memanjat pohon kelapa.

Suatu hari, ketika putra Raja Balanipa tengah memanjat pohon kelapa, datanglah seekor burung rajawali raksasa yang tiba-tiba menyambarnya. Ia kemudian dibawa terbang burung tersebut ke tempat yang jauh.

Ketika burung rajawali dan putra raja Balanipa sampai di daerah Gowa, anak itu terlepas dari cengkraman si burung dan terjatuh di tengah sawah. Ia ditemukan oleh seorang petani yang kebetulan tengah lewat. Petani itu pun segera melaporkan penemuan anak laki-laki tersebut kepada Raja Gowa, Tumaparissi Kalonna.

“Maafkan bila kedatangan hamba yang tiba-tiba menganggu Baginda. Tapi, hamba baru saja menemukan anak laki-laki di sawah yang terlepas dari cengkraman burung rajawali raksasa,” jelas si petani.

“Lalu, di mana anak itu sekarang?” tanya Raja Gowa penasaran.

“Ampun Baginda, anak itu ada di rumah hamba,” jawab Pak Tani.

“Kalau begitu, segera bawa anak laki-laki itu ke hadapanku! Aku ingin melihatnya!” perintah Raja Gowa.

Mendengar titah dari rajanya, dikisahkan dalam cerita rakyat Panglima To Dilaling bahwa Pak Tani itu bergegas pulang ke rumahnya dan menjemput si anak laki-laki. Setelah beberapa lama berjalan, mereka akhirnya tiba di istana dan langsung menghadap Raja Gowa.

Baca juga: Kisah Patani Darussalam dan Ulasan Lengkapnya, Cerita Seorang Raja yang Suka Berburu Binatang

Menjadi Panglima Andalan Kerajaan Gowa

Cerita Rakyat Sulawesi Barat Panglima To Dilaling - Kapal

Setelah melihat dan mengamati penampilan sang anak, Raja Gowa menjadi tertarik dengannya. Tubuh anak laki-laki itu kekar dan berbeda dengan anak-anak seperti umumnya. Sang raja berpikir kalau ia merawat dan melatih anak tersebut, nantinya sang anak bisa tumbuh menjadi laki-laki yang gagah perkasa.

“Hei, anak kecil! Siapa kamu dan dari mana asalmu?” tanya Raja Gowa setelah terdiam sebentar.

“Ampun Baginda. Hamba hanyalah seorang anak dari bukit Napo yang hampir dibunuh oleh ayah kandungku sendiri,” ucap putra Raja Balanipa.

Anak laki-laki itu kemudian memberikan penjelasan lebih jauh kenapa dia bisa sampai di Gowa. Mendengar cerita si anak, Raja Gowa merasa tersentuh dan terharu. Ia pun kemudian mengambil keputusan untuk merawat dan mendidik anak itu di istana.

Sekian tahun berlalu, putra Raja Balanipa tumbuh menjadi seorang pemuda yang sakti dan gagah perkasa. Disampaikan dalam cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat bahwa ia ditunjuk sebagai panglima perang kerajaan (tobarani) oleh Raja Gowa.

Semenjak ditunjuk sebagai panglima perang, pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh putra Raja Balanipa itu selalu menang dalam peperangan. Oleh sebab itu, sosoknya sering menjadi perbincangan dan disegani oleh penduduk di penjuru negeri.

Atas jasa-jasanya, Raja Gowa lalu memberikan gelar I Manyambungi kepada putra Raja Balanipa. Tidak hanya di wilayah Kerajaan Gowa, nama I Manyambungi juga terdengar hingga ke kerajaan-kerajaan lainnya.

Kekacauan di Wilayah Kerajaan Balanipa

Berbeda dengan Kerajaan Gowa yang semakin sejahtera, keadaan Kerajaan Balanipa justru berubah menjadi kacau balau. Raja Balanipa yang merupakan ayah kandung dari I Manyambungi telah wafat dan tahta kerajaan diambil oleh Raja Lego yang terkenal akan kesaktiannya.

Meskipun begitu, Raja Lego ternyata merupakan sosok pemimpin yang kejam dan bengis. Ia gemar menyiksa penduduk di wilayah kekuasaannya dan yang berada di negeri-negeri sekitar kerajaannya, seperti Samsundu, Mosso, dan Todang-Todang.

Tak hanya rakyat biasa, Raja Lego juga ikut menyiksa kerabat keluarga raja terdahulu. Situasi yang tidak segera membaik itu pun membuat para raja di negeri-negeri bawahan Kerajaan Balanipa membenci Raja Lego dan merasa resah dengan keamanan keluarga serta rakyat mereka.

Para pemimpin itu lantas mengadakan musyawarah untuk mencari cara menyingkirkan Raja Lego demi kebaikan bersama. Mereka khawatir kalau hanya dibiarkan saja, situasinya akan semakin memburuk.

“Bagaimana kita bisa menyingkirkan Raja Lego yang sakti itu? Kita sepertinya tidak mempunyai kekuatan yang mumpuni untuk mengalahkannya,” tanya salah satu raja.

“Bagaimana kalau kita meminta bantuan kepada panglima dari Kerajaan Gowa? Saya mendengar kabar bahwa pasukan yang ia pimpin tidak pernah kalah,” ujar raja yang lain.

Mendengar saran dari salah satu raja tersebut, para raja itu pun sepakat untuk menemui Panglima I Manyambungi. Mereka pun mengutus beberapa perwakilan untuk pergi ke Kerajaan Gowa.

Permintaan Tolong dari Utusan Kerajaan Balanipa

Setibanya di sana, para utusan itu meminta orang-orang di istana Kerajaan Gowa untuk bisa bertemu dengan Panglima I Manyambungi. Setelah berjumpa dengan sang panglima, mereka tanpa basa-basi langsung mengutarakan tujuan rombongan tersebut.

“Maafkan atas kedatangan kami yang tiba-tiba, Tuan. Kami adalah utusan dari kerajaan-kerajaan kecil yang ada di wilayah Polewali Mandar. Di sini, kami ingin meminta bantuan Tuan untuk mengalahkan Raja Lego,” ucapan salah satu utusan dari rombongan tersebut.

“Raja Lego? Siapa dia?” tanya I Manyambungi.

“Ia adalah pengganti dari Raja Balanipa, Tuan. Ia memimpin kerajaannya dengan kejam dan sering menganiaya rakyat kami yang tidak berdosa,” jelas si utusan.

Setelah mendengar jawaban itu, I Manyambungi merasa terkejut karena para utusan tersebut berasal dari tempat asalnya dulu. Ia pun jadi teringat dengan ayah dan keluarga kandungnya yang diceritakan oleh Puang Mosso saat ia masih kecil.

“Lalu, bagaimana nasib Raja Balanipa dan keluarganya jika Raja Lego telah menjadi pemimpin kerajaan?” tanya Panglima I Manyambungi dengan nada penasaran.

“Ampun, Tuan. Raja Balanipa dan istrinya telah meninggal. Sedangkan, kerabat keluarga yang masih hidup untuk untuk sementara mengungsi ke daerah Mosso,” jelas utusan tersebut.

“Kalau begitu, bagaimana dengan Panglima Puang Mosso? Apakah dia masih hidup?” tanya I Manyambungi lebih lanjut.

“Panglima Puang Mosso masih hidup, Tuan. Bahkan, panglimalah yang menyelamatkan kerabat keluarga istana dari Raja Lego. Bagaimana Tuan bisa mengenal Panglima Puang Mosso?” tanya salah satu utusan dengan heran dalam cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat.

Baca juga: Cerita Rakyat Asal-Usul Ikan Pesut Mahakam dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran Bagi Orang Tua

Perjumpaan dengan Puang Mosso

Cerita Rakyat Sulawesi Barat Panglima To Dilaling - Lidah

Tanpa berpikir panjang, Panglima I Manyambungi pun menceritakan asal-usulnya kepada para utusan itu. Setelah mendengar penjelasan dari panglima Kerajaan Gowa, para utusan itu pun kaget dan segera memberikan hormat.

“Maafkan atas kelancangan kami, Tuan. Kami tidak tahu kalau Tuan adalah putra dari Raja Balanipa,” ucap para utusan dengan serentak.

“Tidak apa-apa. Baiklah, aku akan memberikan bantuan kepada kalian. Namun, syaratnya Panglima Puang Mossolah yang harus datang sendiri untuk menjemputku,” pinta I Manyambungi.

“Baik, Tuhan. Pesan Tuan akan kami sampaikan kepada Panglima Puang Mosso. Terima kasih atas kebaikan hati, Tuan,” balas para utusan itu.

Setelah selesai dengan urusan mereka, para utusan itu pamit untuk kembali ke Mandar. Sesampainya di negerinya, para utusan itu segera menemui Puang Mosso. Sang panglima yang mendengar laporan dari utusan itu pun menjadi cemas dan memutuskan untuk berlayar ke Kerajaan Gowa seorang diri.

Dalam perjalanan, Puang Mosso beragam pertanyaan muncul dalam pikirannya. Mulai dari kenapa harus ia yang menjemput Panglima I Manyambungi, hingga apa yang direncanakan oleh panglima dari Kerajaan Gowa tersebut.

Setelah tiba di Kerajaan Gowa, Puang Mosso tidak membuang waktu dan bergegas menemui Panglima I Manyambungi. Sesampainya di hadapan pemuda yang perkasa itu, jantung Puang Mosso semakin berdegup kencang.

Berbeda dengan Puang Mosso yang gugup, Panglima I Manyambungi justru menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan senyuman yang menghiasi wajahnya. Bagi I Manyambungi, Puang Mosso bukanlah orang asing dan sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.

“Apakah Tuan benar-benar Puang Mosso?” tanya I Manyambungi.

“Benar, Tuan. Saya Puang Mosso dari Kerajaan Balanipa,” jawab laki-laki itu.

“Tuan, maafkan atas kelancangan saya. Tapi, maukah Tuan menjulurkan lidah sebentar,” tanya Puang Mosso balik dengan nada ragu-ragu kepada I Manyambungi.

I Manyambungi yang mendengar permintaan itu pun segera menjulurkan lidahnya. Melihat lidah yang berwarna hitam dan berbulu itu, Puang Mosso bisa memastikan bahwa pemuda di hadapannya adalah putra dari Raja Balanipa. Ia pun tanpa sadar segera memeluk I Manyambungi.

“Kau benar-benar putra Raja Balanipa yang aku selamatkan dulu,” ujar Puang Mosso.

“Benar, Puang Mosso. Terima kasih telah menyelamatkan nyawaku dan merawatku semasa kecil,” jawab I Manyambungi dalam cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat sembari membalas pelukan Puang Mosso.

Setelah melepaskan kerinduan mereka, Puang Mosso pun segera mengajak I Manyambungi untuk ke Kerajaan Balanipa. I Manyambungi pun menyetujui ajakan Puang Mosso dan mengumpulkan beberapa anak buah kepercayaannya.

“Sebaiknya kita kembali ke Kerajaan Balanipa di tengah malam. Aku khawatir kalau kita berangkat keesokan paginya, Raja Gowa tidak akan mengizinkanku pergi,” ujar I Manyambungi.

Penyerangan kepada Raja Lego

Pada tengah malam, rombongan Puang Mosso dan I Manyambungi bersama beberapa pengikutnya pun meninggalkan istana Kerajaan Gowa. Setelah beberapa hari berlayar, kapal rombongan itu melabuh ke Pelabuhan Tangnga-Tangnga.

Semua peralatan perang yang telah dibawa dari Kerajaan Gowa pun diturunkan dari kapal dan dipindahkan ke Bukit Napo. Selama Panglima I Manyambungi menetap di area itu, ia dikenal sebagai Panglima To Dilaling.

Sementara itu, Raja Lego yang menduduki tahta Kerajaan Balanipa semakin hari semakin bersikap kejam kepada penduduk yang lemah dan tidak berdosa. Ia bertindak egois dan memaksa bawahannya untuk memenuhi segala permintaannya.

Rakyat yang hidupnya sudah kesusahan pun semakin menderita. Kebencian mereka terhadap Raja Lego yang telah semena-mena menindas mereka pun sudah tak terbendung. Oleh sebab itu, saat Panglima To Dilaling mengajak rakyat untuk melawan Raja Lego, mereka menyambutnya dengan penuh semangat.

Panglima To Dilaling beserta para pemimpin negeri-negeri lainnya pun merencanakan waktu penyerangan Raja Lego. Setelah rakyat dan semua peralatan perang siap, mereka pun melancarkan penyerangan pada hari yang telah ditentukan.

Pertempuran sengit antara Panglima To Dilaling dan Raja Lego pun tidak bisa dihindari. Mulanya, pasukan Raja Lego dapat memberikan perlawanan, tapi lama-kelamaan mereka juga kewalahan karena jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan pasukan Panglima To Dilaling.

Karena sudah terdesak, pasukan Raja Lego pun menyerah dan mengakui kekalahan mereka. Sementara itu, Raja Lego yang dihadapi langsung oleh Panglima To Dilaling masih memberikan perlawanan sampai akhirnya ia mati di ujung badik badik sang panglima.

Mendengar kabar kematian Raja Lego, seluruh rakyat di Kerajaan Balanipa pun bersorak gembira karena bisa bebas dari ancaman raja yang bengis dan kejam. Kemenangan itu pun semakin menguatkan posisi kedudukan Panglima To Dilaling.

Panglima To Dilaling kemudian menghadap pada Raja Gowa untuk menjadi raja Kerajaan Balanipa. Selama masa kepemimpinannya, situasi Kerajaan Balanipa menjadi sejahtera dan aman sentosa. Begitulah akhir dari cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat.

Baca juga: Cerita Rakyat Batu Kuwung dari Banten yang Sarat Pesan Moral Beserta Ulasan Lengkapnya

Unsur Intrinsik Legenda Panglima To Dilaling

Peta Sulawesi Barat Sumber: Wikimedia Commons – Peta Sulawesi Barat

Nah, kamu telah mengetahui kisah lengkap Panglima To Dilaling dari penjelasan di atas. Kali ini, saatnya kamu menyimak ulasan tentang apa saja unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam legenda tersebut:

1. Tema

Tema dari cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat adalah tentang kepahlawanan. Kisah di atas menceritakan perjuangan seorang anak laki-laki yang mulanya hampir dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri dan akhirnya bisa tumbuh menjadi panglima kerajaan yang disegani.

2. Tokoh dan Perwatakan

Ada beberapa tokoh yang memiliki peran penting dari mitos di Sulawesi Barat di atas. Beberapa di antaranya adalah Raja Balanipa, Puang Mosso, Raja Gowa, Panglima To Dilaling, dan Raja Lego.

Raja Balanipa dijelaskan sebagai raja yang serakah karena tidak ingin mewariskan tahtanya kepada putra laki-lakinya. Sementara itu, Puang Mosso merupakan karakter yang bersikap berdasarkan moral yang ia percaya.

Raja Gowa sendiri digambarkan sebagai tokoh yang peduli dan memiliki bakat untuk melihat potensi seseorang. Ia dengan sabar merawat dan melatih Panglima To Dilaling menjadi pemuda yang ahli berperan dan gagah perkasa.

Meskipun ketika lahir akan dibunuh oleh ayahnya sendiri, Panglima To Dilaling tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana, ahli perang, dan suka menolong. Sementara itu, Raja Lego merupakan tokoh antagonis yang mempunyai watak egois, tidak bisa bersikap bijaksana, dan suka menindas orang-orang yang lebih lemah.

3. Latar

Tempat kejadian atau latar cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat terdiri dari banyak lokasi. Sebut saja istana Kerajaan Balanipa, Pulau Salemo, sawah, istana Kerajaan Gowa, Pelabuhan Tangnga-Tangnga, dan Bukit Napo.

4. Alur

Alur dari kisah Panglima To Dilaling termasuk dalam jenis alur progresif atau maju. Awal legenda dimulai dengan perkenalan Raja Balanipa yang ingin membunuh putra ketiganya sebelum akhirnya diselamatkan oleh Puang Mosso.

Konflik muncul ketika Raja Lego pengganti Raja Balanipa membuat situasi Kerajaan Balanipa menjadi kacau balau. Lalu, putra ketiga Raja Balanipa yang tumbuh menjadi panglima disegani di Kerajaan Gowa dengan nama I Manyambungi dimintai bantuan oleh para raja yang memimpin negeri-negeri kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Balanipa.

Perperangan antara I Manyambungi yang kemudian dikenal sebagai Panglima To Dilaling dengan Raja Lego pun terjadi. Pada akhirnya, Raja Lego berhasil dikalahkan dan Panglima To Dilaling pun diangkat sebagai Raja Balanipa yang baru.

5. Pesan Moral

Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu ambil dari cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat. Pertama, sebagai seorang pemimpin, sebaiknya kamu menyisihkan ego, bersikap bijak, dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.

Kedua, kebaikan yang kamu lakukan akan melahirkan kebaikan-kebaikan lain yang tidak terduga. Merujuk dari kisah di atas, Puang Mosso yang menyelamatkan Panglima To Dilaling dari ayah kandungnya pada akhirnya juga diselamatkan nasibnya dari ancaman kekejaman Raja Lego.

Terakhir, dari dongeng Panglima To Dilaling kamu dapat belajar bahwa nasib seseorang bisa diubah selama ia masih mau berusaha. To Dilaling tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana, ahli berperang, dan disegani oleh banyak orang walaupun saat lahir ia akan dibunuh.

Selain unsur-unsur intrinsik, masih ada unsur ektrinsik yang terkandung dalam legenda Panglima To Dilaling. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setempat, seperti nilai moral, budaya, dan sosial.

Baca juga: Cerita Rakyat Nenek Luhu dan Ulasan Lengkapnya, Dongeng Terjadinya Laguna Air Putri di Maluku

Fakta Menarik

Cerita Rakyat Sulawesi Barat Panglima To Dilaling - Rajawali

Jika sebelumnya kamu telah menyimak tentang cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat dan unsur-unsur intrinsiknya, rasanya kurang lengkap kalau tidak sekalian membahas fakta-fakta menariknya. Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

1. Ada Versi Lain

Kisah Panglima To Dilaling cukup populer di daerah Sulawesi Barat dan mempunyai beragam versi. Ada yang menyatakan bahwa I Manyambungi memang aslinya berasal dari Kerajaan Gowa dan diutus untuk mempertahankan wilayah Appeq Banua Kayyang (yang nantinya dikenal sebagai Kerajaan Balanipa).

Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa I Manyambungi adalah anggota elit pasukan Kerajaan Gowa, bukan seorang panglima. Meskipun terdiri dari beberapa versi, tapi kepahlawanan masih menjadi tema yang ingin disampaikan kepada para pembaca melalui cerita rakyat dari Polewali Mandar tersebut.

2. Raja Pertama Kerajaan Balanipa

Menurut catatan sejarah, I Manyambungi Todilaling sebenarnya merupakan raja pertama dari Kerajaan Balanipa. Ia yang membuat dasar-dasar pemerintahan kerajaan dengan menyeimbangkan kekuasaan antara raja dan dewan adat sebagai perwakilan dari masyarakat.

Salah satu kebijakan I Manyambungi Todilaling yang paling dikenal adalah dengan mengubah peraturan pewaris tahta. Bila kebanyakan kerajaan menggunakan garis keturunan, laki-laki ini menetapkan aturan bahwa calon raja haruslah seseorang yang mencintai rakyatnya, mempunyai kemampuan untuk memerintah kerajaan, dan berbudi luhur.

Dalam cerita rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat, tidak dijelaskan bagaimana ia meninggal. Namun, keberadaan makam sang panglima sendiri masih ada sampai sekarang dan dilindungi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar.

Baca juga: Kisah Asal Usul Kota Malang Beserta Ulasan Menariknya yang Wajib Kamu Tahu!

Cerita Rakyat Panglima To Dilaling dari Sulawesi Barat sebagai Dongeng Tidur

Demikian uraian kisah Panglima Todilaling beserta unsur intrinsik dan fakta menariknya yang bisa kami rangkum. Semoga saja kamu dapat mengambil pesan bijak dari cerita tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tak hanya artikel ini, kamu masih bisa menjumpai dongeng-dongeng tak kalah bagus lainnya di PosKata. Beberapa di antaranya adalah cerita Abu Nawas merayu Tuhan, fabel Kancil dan Merak yang Sombong, serta kisah Nabi Daud. Selamat membaca!

← Cerita Rakyat Tambun Bungai dari Dayak, Kalimantan Tengah & Ulasan Menariknya, Kisah Kelahiran Pahlawan Pemberani
Dongeng Sidang Belawan dari Lampung dan Ulasannya, Kisah Cinta Manusia dan Bidadari yang Menyentuh Hati →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Aulia Dian

Penulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa.

Editor
Khonita Fitri

Seorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Cerita Rakyat Sulawesi Barat

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosKata.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.