Malang tidak hanya memiliki berbagai wisata alam dan wisata edukatif yang menarik, tetapi juga sejarah yang tak kalah mengagumkan. Ingin tahu bagaimana sejarah asal usul kota ini dinamakan Malang? Kalau iya, kami punya informasinya buatmu di artikel ini!
Berbicara mengenai asal usul Kota Malang tentu tidak dapat dilepaskan dari berbagai legenda yang menyelimuti sejarah terbentuknya. Bahwasanya, terbentuknya salah satu kota di Jawa Timur ini memiliki sejarah panjang mulai dari masa kerajaan Hindu-Buddha, era kesultanan Islam, hingga penjajahan Belanda.
Nah, melalui artikel ini, kami memaparkan bagaimana kota itu terbentuk dan dari mana nama Malang berasal dan digunakan sampai sekarang. Bukan itu saja, di sini kamu juga akan memperoleh informasi mengenai cerita rakyat yang ada di baliknya.
Penasaran dengan penjelasan lengkapnya? Kalau begitu tak perlu berbasa-basi lagi, langsung saja simak keterangan seputar asal usul Kota Malang, unsur intrinsik dari legenda dan cerita rakyat yang dipercaya melatarbelakangi terbentuknya wilayah tersebut, serta fakta menarik lainnya. Baca sampai selesai, ya!
Cerita Asal Usul Kota Malang
Alkisah di sebuah tempat di Jawa bagian timur, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seseorang bernama Dewasimha. Konon, ia adalah sosok yang sangat sakti, bijaksana, dan mempunyai istana berkilauan yang di dalamnya terdapat api suci yang disebut Sang Putikewara.
Tak hanya bijak dan dicintai rakyatnya, ia juga dianugerahi keturunan dan pewaris takhta yang berbudi luhur lagi baik hati. Gajayana namanya. Saat menjadi raja, ia melindungi kerajaan dengan baik dan memperlakukan rakyatnya dengan baik pula.
Bukan itu saja, Raja Gajayana juga sangat berbakti kepada para pendeta di kerajaannya, terlebih kepada Resi Agastya. Sebagai baktinya kepada sang resi, Gajayana bahkan membangun sebuah candi, yaitu tempat suci bernama Malangkuçeçwara yang dijadikan tempat penangkal segala penyakit maupun malapetaka bagi kerajaan.
Lalu bagi pendeta-pendeta lainnya, ia menghadiahkan lahan pertanian beserta sapi, kerbau, budak laki-laki dan perempuan, hingga berbagai barang keperluan hidup lainnya. Pemberiannya itu harus diterima dan tidak seorang pun bisa menghalanginya dari keputusannya tersebut.
Apabila ada yang menghalangi kehendaknya untuk memberikan hadiah itu, tak peduli keturunannya, saudara-saudaranya, atau para menterinya, mereka semua akan celaka. Cerita ini tercatat dalam Prasasti Dinaya atau Kanjuruhan.
Baca juga: Kisah Menarik tentang Belalang dan Semut beserta Ulasan Lengkapnya
Kisah Penyerangan Pasukan Kesultanan Mataram
Asal usul penamaan Kota Malang diduga berasal dari kisah penyerangan pasukan Kesultanan Mataram dari Jawa Tengah yang dipimpin oleh Tumenggung Alap Alap. Sang Tumenggung dan pasukannya menyerang sebuah kawasan yang kini dikenal sebagai Kota Malang atau yang juga familier dengan julukan Swiss van Java itu.
Disebutkan dalam cerita rakyat yang terangkum dalam situs resmi Kemdikbud, dikatakan bahwa 1600 tahun yang lalu Sultan Agung, Raja Mataram ingin menaklukkan seluruh Pulau Jawa. Ia ingin agar semua kerajaan di Jawa berada dalam kekuasaan Mataram.
Untuk melancarkan rencananya, ia pun menyerang sejumlah lokasi, yakni dengan menaklukkan wilayah Jawa Timur. Dikatakan kalau ia mengutus kurang lebih 8.000 pasukan yang disebar di kawasan Jatim bagian selatan, pantura (pantai utara), dan di jalur tengah.
Jalur tengah meliputi sejumlah wilayah, salah satunya adalah Malang. Di kawasan tersebut, Sultan Agung mengutus Tumenggung Alap Alap memimpin pasukan melewati daerah Ngantang, di mana ia mesti melalui pegunungan yang terbentang dari utara ke selatan.
Tumenggung Alap Alap melewati beberapa puncak gunung, di antaranya Penangguhan, Arjuno, Kawi, Anjasmoro, dan Kelud. Lebih dari itu, pasukannya juga perlu melalui Sungai Brantas. Perjalanan yang cukup berat dan melelahkan itu membuat Tumenggung Alap Alap dan pasukannya istirahat beberapa kali.
Hingga suatu sore, ia memutuskan untuk bermalam sejenak di suatu tempat dan meminta seluruh pasukannya yang mencapai sekitar 3.000 orang untuk mendirikan tenda. Mereka pun beristirahat untuk memulihkan tenaga agar dapat melanjutkan perjalanan dan melaksanakan perintah Sultan Agung keesokan harinya.
Baca juga: Cerita Sang Kancil dan Cicak Badung yang Suka Mencuri Beserta Ulasan Lengkapnya
Tumenggung Alap Alap Terkesima Keindahan Gunung Kawi
Di tempatnya beristirahat, Sang Tumenggung terkesima menyaksikan pemandangan di sekitar Gunung Kawi. Melihat hal itu, ia jadi semakin ingin menaklukkan wilayah tersebut. “Betapa indah dataran tinggi ini,” katanya kepada seorang abdi setianya.
“Benar, Tuan. Daerah ini juga sangat subur karena dilewati aliran Sungai Brantas,” timpal abdinya. “Di daerah inilah dulu pernah berdiri Kerajaan Kanjuruan yang dipimpin oleh Raja Gajayana. Konon, di daerah ini juga ada Candi Malangkuseswara, tapi sekarang sudah tidak ada bekasnya,” balas Tumenggung lagi.
Tumenggung Alap Alap juga berkata, “Kita mesti berhati-hati menaklukkan daerah ini. Di sini dulu Kerajaan Singasari pernah berjaya. Aku yakin yang kita hadapi nanti bukanlah orang sembarangan. Aku khawatir memikirkan seperti apa semangat para prajurit mereka melawan kita.”
Besoknya, Tumenggung Alap Alap dan pasukan melanjutkan perjalanan. Namun, mereka berhenti ketika memasuki sebuah kawasan yang dinamakan Merjosari. Mereka terhenti karena ada pohon-pohon besar yang ditebang sembarangan menghalangi.
Mau tak mau, mereka pun membereskan batang-batang pohon itu, yang tentu sangat menyita waktu dan menguras banyak tenaga. Setelah selesai, Tumenggung mengutus beberapa prajuritnya untuk mengawasi sekitar. Saat itulah mereka mendapati bahwa ternyata prajurit dan rakyat telah bersatu berniat menghadang pasukan dari Mataram.
“Ampun, Tuan, ternyata mereka menolak dan melawan kedatangan kita. Mereka sudah siap untuk berperang menyambut kita semua. Tapi jangan khawatir, Tuan. Jumlah mereka hanya sepertiga dari pasukan kita,” tutur salah satu prajurit. “Meskipun begitu, kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk melawan,” imbuh Tumenggung Alap Alap.
Keesokan harinya, pertempuran terjadi. Tidak disangka, rakyat sekitar Gunung Kawi yang jumlahnya tak seberapa berhasil memenangkan pertempuran. Di bawah pimpinan Bupati Ronggokusumo, mereka sanggup mengalahkan pasukan Mataram dan mempertahankan daerahnya. Dari perlawanan itulah, kawasan tersebut dinamakan Malang karena ada pasukan yang “malang” (bahasa Jawa) atau dalam bahasa Indonesia diartikan “penghalang” atau “menghalang-halangi”.
Baca juga: Dongeng Kancil dan Kura-Kura yang Cocok Dibacakan Pada Si Kecil Beserta Ulasan Lengkapnya
Di Balik Nama Malangkuçeçwara
Sedikit berbeda dari kisah di atas, terdapat versi lain yang menyinggung mengenai asal muasal penamaan kota tersebut. Bahwasanya, nama itu ditemukan tertulis di dalam prasasti yang menyebutkan cerita asal usul penamaan Kota Malang dari bahasa Jawa Kuno, Malangkuçeçwara. Prasasti itu diduga dikeluarkan oleh Raja Gajayana pada tahun 760 Masehi atau 682 tahun Saka.
Nama Malangkuçeçwara sendiri diambil dari tiga kata. Kata pertama yaitu mala yang berarti segala sesuatu yang kotor, sebuah kecurangan, kepalsuan, atau sesuatu yang batil. Kedua, angkuca yang artinya menghancurkan atau membinasakan.
Kata ketiga adalah içwara yang diterjemahkan menjadi Tuhan dalam bahasa Indonesia. Jadi, Malangkuçeçwara artinya ialah, Tuhan menghancurkan segala sesuatu yang batil atau buruk.
Sementara itu di sumber lain, diterangkan bahwa asal usul penamaan Kota Malang berdasarkan pada Prasasti Pamotoh atau Ukirnegara. Prasasti dengan keterangan waktu tahun 1120 Saka atau 1198 Masehi itu ditemukan pada 11 Januari 1975 oleh administrator perkebunan Bantaran, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Di atas prasasti tertera teks yang berbunyi: “…taning sakrid Malang-akalihan (di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang) / wacid lawan mancu pasabhanira (bersama Wacid dan Mancu) / Dyah Limpa makanagran (persawahan Dyah Limpa)…”
Malang di situ konon merujuk pada daerah di sebelah timur Gunung Kawi. Sayangnya, tidak bisa dipastikan apakah benar asal muasalnya dari sana mengingat penyebutan Malang sudah ada sejak abad 12, yang berarti sudah ada saat prasasti itu dibuat.
Menurut pendapat yang berbeda, dikatakan bahwa nama bangunan suci Malangkuçeçwara tercantum dalam dua prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno. Kedua prasasti tersebut adalah Prasasti Mantyasih berangka tahun 907 dan 908 Masehi.
Baca juga: Dongeng Singa Sang Penguasa Hutan dan Tikus yang Penakut Beserta Ulasannya
Unsur Intrinsik Legenda Asal Usul Kota Malang
Dari keterangan mengenai legenda asal usul Kota Malang yang kami paparkan di atas, terdapat dua versi cerita yang berbeda. Namun, kita bisa mengambil versi yang bisa dibilang populer di kalangan masyarakat Jawa Timur, yaitu cerita penyerangan Tumenggung Alap Alap. Begini uraiannya:
1. Tema
Tema dari kisah di balik asal usul penamaan Kota Malang yang kami paparkan di atas adalah perjuangan. Di mana kedua belah pihak yang berseteru sama-sama berjuang mempertahankan apa yang diyakininya.
Pihak pertama berjuang agar kekuasaannya semakin besar dan wilayah kerajaannya semakin luas. Sementara itu, pihak lainnya berjuang mempertahankan daerahnya agar tidak jatuh ke tangan kerajaan lain.
2. Tokoh dan Perwatakan
Ada tiga tokoh penting yang membangun cerita dalam uraian singkat yang kami paparkan. Ketiga tokoh tersebut di antaranya Sultan Agung (Raja Mataram), Tumenggung Alap Alap (utusan Sultan Agung dari Mataram), dan Bupati Ronggokusumo (orang yang menjadi penguasa wilayah dekat Gunung Kawi).
Pertama, Sultan Agung ialah seorang penguasa Kerajaan Mataram yang tegas, pemberani, dan bijaksana. Ia juga sosok yang visioner, terlihat dari bagaimana ia berusaha untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di Jawa agar menjadi satu bendera di bawah Mataram.
Tokoh kedua yaitu Tumenggung Alap Alap, seorang utusan Kerjaan Mataram sekaligus bawahan Sultan Agung. Melihat bagaimana dirinya berangkat ke Jawa Timur atas perintah Sultan Agung, bisa dipastikan sosoknya ialah orang yang mencintai dan berbakti pada raja dan negerinya.
Ketiga, Bupati Ronggokusumo yang dikisahkan sebagai pemimpin dari wilayah yang diserang pasukan Mataram. Ia bersama pasukannya berjuang keras mempertahankan daerah mereka agar tidak dikuasai Mataram, menunjukkan bahwa Bupati Ronggokusumo merupakan orang yang cinta tanah air dan pemberani.
Baca juga: Dongeng tentang Tupai dan Ikan Gabus beserta Ulasannya, Kisah tentang Persahabatan Sejati
3. Latar
Latar atau tempat terjadinya peristiwa penyerangan pasukan Mataram diduga di lokasi yang dinamakan jalur tengah. Lokasi ini meliputi daerah pegunungan, melewati puncak-puncak gunung, seperti Gunung Penangguhan, Arjuno, Kawi, Anjasmoro, dan Kelud, serta Kali Metro dan Sungai Brantas.
Sekadar informasi, menurut profil dan letak geografisnya, Kota Malang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang. Di mana kedua wilayah administratif tersebut dibatasi oleh Kali Metro, Kali Lintah, dan Kali Sesudut di sisi barat; Sungai Brantas dan Kali Amprong di sisi timur; dan Kali Sari di sisi selatan.
4. Alur
Alur cerita yang kami uraikan dalam artikel tentang asal usul Kota Malang ini adalah alur maju. Ceritanya dimulai ketika Sultan Agung berencana menyatukan seluruh kerajaan di Jawa, penyerangan Tumenggung Alap Alap ke wilayah yang diminta oleh Sultan Agung, kemudian perlawanan yang dilakukan oleh Bupati Ronggokusumo.
5. Pesan Moral
Kisah mengenai asal usul penamaan Kota Malang di atas mengandung pesan moral tentang pentingnya sebuah perjuangan. Terlepas akan berhasil atau tidak, seseorang atau kelompok masyarakat perlu memperjuangkan hak-haknya sehingga tidak terus-menerus ditindas oleh orang lain.
Baca juga: Cerita Fabel Ulat yang Sombong dan Ulasan Menariknya, Bukti Keangkuhan Tak Ada Gunanya
Fakta Menarik Seputar Kisah Asal Usul Kota Malang
1. Teka-Teki Letak Bangunan Suci Malangkuçeçwara
Sebelumnya, kami sudah menyinggung tentang bangunan suci Malangkuçeçwara yang diduga menjadi muasal pemberian nama Kota Swiss van Java tersebut. Akan tetapi, belum ada penjelasan mengenai di mana letak sesungguhnya bangunan suci itu mengingat bukti fisiknya tidak ditemukan.
Terdapat sejumlah ahli yang menyatakan kalau bangunan Malangkuçeçwara terletak di sekitar Gunung Buring. Di gunung yang membujur di sebelah timur kota itu, salah satu puncaknya bernama Malang. Sayangnya, ada pula ahli yang tidak sependapat dengan pandangan yang satu ini.
Sebagian lainnya menduga, letak sebenarnya dari bangunan suci itu ialah di daerah Tumpang, Kabupaten Malang. Hal ini karena di sana terdapat sebuah desa bernama Malangsuka yang menurut ahli diambil dari kata Malangkuça yang diucapkan secara terbalik.
Pendapat yang satu ini diperkuat dengan ditemukannya peninggalan-peninggalan kuno warisan Kerajaan Singasari di sekitar Tumpang, yaitu Candi Kidal dan Candi Jago. Meski begitu, hingga 2020, belum dipastikan di mana letak sesungguhnya dari bangunan suci yang dianggap menginspirasi penamaan kota tersebut.
Baca juga: Dongeng Anak-Anak Terbaik, Serigala dan Tujuh Anak Domba Beserta Ulasan Lengkapnya
2. Merupakan Pusat dari Kerajaan Kanjuruhan dan Singasari
Dahulu, kawasan yang kini kita kenal sebagai Malang ini disebut-sebut merupakan pusat dari Kerajaan Kanjuruhan dan Singasari. Hingga sekarang, peninggalan yang menunjukkan akan kebenaran hal tersebut pun masih ada di Malang.
Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan, misalnya, yang masih tersisa ialah Prasasti Dinoyo, termasuk patung yoni yang berada di Candi Wurung yang letaknya di Merjosari, Lowokwaru. Selain itu, ada pula Candi Badut yang terletak di Karangwidoro, Dau, Kabupaten Malang.
Sementara untuk peninggalan dari Kerajaan Singasari, selain Candi Jago dan Candi Kidal, juga ada mata air Watugede yang terletak di desa bernama sama, Kecamatan Singosari. Tempat-tempat yang kami sebutkan tadi kini menjadi tujuan wisata favorit di Malang.
3. Pernah Dikuasai Kesultanan Demak hingga Mataram
Walau terdapat berbagai perlawanan, rupanya wilayah yang pernah berjaya di bawah dua kerajaan besar di Jawa (Kanjuruhan dan Singasari) itu juga sempat dikuasai pihak lain. Sebut saja ketika Malang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Demak dan Pajang.
Informasi sejarah terkait hal ini memang terbilang minim, akan tetapi tidak menutup kenyataan bahwa kerajaan Islam pernah mendominasi kekuasaan di Jawa. Jatuhnya Malang ke tangan Demak adalah ketika terjadi kekosongan kekuasaan di wilayah Jawa Timur.
Tak lama kemudian, barulah Sultan Agung dari Mataram berambisi menaklukkan wilayah yang sama dalam rangka menyatukan kerajaan-kerajaan di Jawa dalam satu bendera. Mataram sendiri sebelumnya berada di bawah kekuasaan Pajang, tetapi memisahkan diri semenjak Sutawijaya naik takhta.
Baca juga: Kisah tentang Si Itik yang Buruk Rupa dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Mencintai Diri Sendiri
Puas Membaca Riwayat Asal Usul Penamaan Kota Malang?
Demikian tadi keterangan lengkap seputar asal muasal penamaan Kota Malang beserta informasi menarik lainnya. Setelah tahu sejarah yang kami paparkan di atas, semoga wawasanmu bertambah dan kamu jadi semakin menghargai peninggalan-peninggalan kuno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Jika kamu tertarik untuk mengetahui info mengenai asal usul kota lainnya di tanah air, jangan lewatkan artikel-artikel kami, ya. Di sini, kami merangkum pula informasi seputar cerita rakyat di daerah-daerah seperti, asal usul Semarang, Surabaya, Cianjur, Banjarmasin, dan masih banyak lagi.