Kamu suka baca kisah sastra Melayu? Sudah pernah membaca cerita hikayat Patani Darussalam? Kalau belum, yuk, baca kisah lengkapnya di artikel ini. Kami telah memaparkan terjemahan kisahnya.
Ada banyak contoh hikayat alias karya sastra lama Melayu yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Salah satunya adalah cerita hikayat berjudul Patani Darussalam.
Hikayat ini mengisahkan tentang seorang raja yang suka berburu. Kala berburu binatang, ia menemukan suatu tempat yang elok. Lalu, ia memindahkan negerinya ke sana.
Bagaimana kisah selengkapnya? Tertarik tuk meneruskan membaca? Tak perlu ragu lagi, langsung saja simak cerita hikayat Patani Darussalam beserta unsur intrinsik dan pesan moralnya.
Cerita Hikayat Patani Darussalam
Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang bijaksana bernama Paya Tu Kerub Mahajana. Ia memiliki seorang putra bernama Paya Tu Antara.
Karena sudah berusia senja, Paya Tu Kerub Mahajana meninggal dunia. Posisinya sebagai seorang raja digantikan oleh anaknya Paya Tu Antara. Ia lalu mengubah namanya menjadi Paya Tu Naqpa.
Hampir seminggu sekali, Paya Tu Naqpa pergi ke hutan belantara untuk berburu binatang. Sejak dulu, ia memang sangat gemar berburu.
Pada suatu pagi, ketika Paya Tu Naqpa sedang duduk di kursi takhtanya, ada seorang menteri yang menghadapnya. Ia berkata, “Hamba ingin melapor, Baginda Raja. Ada kabar bahwa daerah tepi laut mempunyai banyak binatang buat tuk diburu.”
“Kalau begitu, kerahkanlah seluruh pasukan, anjing-anjing, dan rakyat kita. Esok hari, kita hendak pergi berburu di tepi laut itu,” ucap sang Raja.
“Daulat Tuanku, akan segera kami laksanakan,” ucap Menteri itu.
Keesokan harinya, Raja beserta pasukannya pun pergi ke tepi laut. Sayangnya, tepi laut tampak sangat sepi. Saking sepinya, tak ada satu pun hewan yang menampakkan diri.
Dua jam menyusuri dan mencari binatang di tepi pantai, tak satu pun binatang yang nampak. Tiba-tiba saja, anjing-anjing pemburu milik Raja menggonggong.
“Kenapa anjing-anjing itu menggonggong? Coba kau lihat apa yang terjadi,” perintah sang Raja.
Lalu, salah satu menteri pun mendapati jika para anjing pemburu itu melihat seekor rusa berwarna putih. “Ada rusa putih di dalam hutan raja,” ucapnya.
Dengan cepat, sang Raja mengejarnya. Sayang sekali, rusa tersebut berlari dengan sangat kencang sehingga sang Raja tak bisa menangkapnya.
Mencari Rusa Putih
Karena hari sudah semakin sore, Raja dan pasukan memutuskan tuk kembali ke istana. Raja mengutus pasukan untuk menemaninya esok hari guna mencari rusa putih tadi. Meski baru sekilas melihatnya, Raja yakin jika binatang tersebut sangatlah berarti.
Setelah pagi tiba, Raja dan pasukan bersiap-siap tuk menangkap rusa putih. Mereka menyusuri hutan dekat lautan itu. Sayangnya, rusa itu tak kunjung mereka dapatkan.
Lalu, sang Raja menemukan sebuah rumah di tengah hutan itu. Ia pun mendatangi rumah yang dihuni oleh sepasang suami dan istri tersebut. “Apakah kalian pernah melihat rusa putih di sekitar hutan ini?” tanyanya.
“Mohon maaf, Tuan, kami belum pernah melihatnya. Hanya saja, kami tahu kisah asal muasal rusa putih itu,” jawab sang suami.
Lalu, ia menceritakan asal muasal rusa putih itu berada. Sebenarnya, kini rusa putih telah tidak ada. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihat jelmaanya.
Ia juga menceritakan betapa indahnya negeri yang dulunya dihuni oleh binatang berwarna putih tersebut. Jika raja dapat menemukannya, negeri itu akan menjadi tempat yang sangat nyaman tuk tinggal.
Setelah mendengar cerita tersebut, Raja sangat tertarik untuk memindahkan negerinya ke tempat itu. Dengan tekad tersebut, Raja pun mengutus seluruh pasukannya tuk mencari tempat yang dihuni rusa putih.
“Kita harus berhasil menemukan tempat asal mula rusa putih. Jika berhasil, kita akan memindahkan kerajaan dan rakyat ke tempat itu,” ucap sang Raja dengan penuh ambisi.
Ketika matahari hampir terbenam, akhirnya mereka pun menemukan tempat itu. Betapa terkejut sang Raja melihat keindahannya. Rerumputan sangat hijau. Pepohonan juga rimbun. Ada banyak pula rusa putih hidup di sana.
Raja Terserang Penyakit
Selama kurang lebih dua bulan, Raja pun berhasil memindahkan negeri beserta rakyatnya ke tempat milik para rusa putih itu. Ia lalu menamai negeri barunya dengan sebutan Patani Darussalam yang artinya negeri sejahtera.
Setelah bertahun-tahun tinggal di Patani Darussalam, tiba-tiba Raja terkena penyakit berat. Seluruh tabib terkenal di penjuru bumi ini tak ada yang bisa menyembuhkan sang Raja.
Karena itu, pemerintah kerajaan membuat sayembara, siapa pun yang bisa mengobati penyakit sang Raja, ia akan diangkat menjadi menantu raja. Tak lama setelah sayembara itu diumumkan, datanglah Syekh Sa’id yang ingin mencoba tuk menyembuhkan sang Raja.
Ia berkata pada sang Raja, “Mohon maaf, Baginda. Hamba bisa membantu Baginda, tapi ada syarat yang harus engkau penuhi.”
“Syarat apakah itu?” ucap sang Raja.
“Engkau harus memeluk agama Islam terlebih dahulu bila ingin sembuh,” ucap Syekh Sa’id.
“Baiklah, aku akan menuruti syaratmu. Asalkan aku bisa sembuh. Jika kau melanggar janjimu, akan kupenggal kepalamu,” ucap sang Raja.
Lalu, Syekh Sa’id mengajarkan ilmu agama Islam pada sang Raja. Ia juga mengajarinya solat. Setelah beberapa hari belajar dan memeluk agama Islam, penyakit sang Raja berangsur-angsur menghilang.
Tak lama kemudian, sang Raja kembali sehat. Sesuai janji, ia akan menikahkan Syekh Sa’id dengan putrinya. Namun, pria yang membantu raja tersebut menolaknya. Ia berkata bahwa dirinya ikhlas membantu Raja.
Sebelum pergi meninggalkan kerajaan, Syekh Sa’id berpesan, “Raja, engkau harus tetap memeluk agama Islam dan rajin solat bila ingin senantiasa sehat.”
Mengingkari Janji
Setelah dua tahun memeluk agama Islam dan rajin bersembahyang, sang Raja senantiasa sehat. Namun, ia tiba-tiba lalai menjalankan kewajibannya.
Ia tak lagi taat beribadah. Sebulan kemudian, ia kembali terserang penyakit. Dengan kemuliaan hati, Syekh Sa’id kembali mengobatinya. Kali ini, Raja berjanji tak akan mengingkari janji tuk memeluk agama Islam dengan sungguh-sungguh.
Namu, setahun setelahnya, Raja mengingkari janjinya lagi. Kali ini, penyakit yang ia derita semakin parah. Syekh Sa’id pun berkata, “Jika engkau mengingkari janji lagi, mohon maaf hamba tak bisa membantu baginda lagi.”
Setelah dua puluh hari lamanya, sembuhlah penyakit sang raja. Ia lalu memanggil Syekh Sa’id untuk mengajarinya ilmu agama Islam lebih dalam. Raja benar-benar ingin mempelajari agama tersebut dengan sungguh-sungguh.
Untuk menyempurnakan agamanya, Raja mengganti namanya menjadi Sultan Islami Syah Zillullah Fi I’alam. Ketiga anaknya juga berganti nama agar makin terasa keislamannya. Tak lama setelah itu, makin banyak pula rakyat yang masuk Islam.
Unsur Intrinsik
usai membaca cerita hikayat Patani Darussalam, kurang lengkap rasanya kalau belum membaca unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moralnya, berikut ulasan singkatnya;
1. Tema
Tema atau inti cerita hikayat ini adalah pindahnya suatu kerajaan ke negeri baru yang diberi nama Patani Darussalam. Cerita ini juga mengisahkan tentang penyebaran agama Islam.
2. Tokoh dan Perwatakan
Dalam cerita hikayat Patani Darussalam, tokoh utamanya adalah Paya Tu Naqpa dan Syekh Sa’id. Paya Tu Naqpa adalah raja yang suka berburu. Ia juga merupakan orang yang berambisi.
Sifat buruknya adalah suka ingkar janji. Namun, pada akhirnya ia tersadar bahwa ingkar janji bukanlah sikap yang baik.
Sementara Syekh Sa’id adalah seorang kyai yang mengajak Raja untuk memeluk agama Islam agar bisa sembuh dari penyakit. Syekh Sa’id adalah sosok penyabar dan pemaaf.
3. Latar
Ada beberapa latar tempat yang digunakan cerita hikayat Patani Darussalam. Beberapa di antaranya adalah kerajaan, tepi laut, hutan belantara, rumah sepasang suami dan istri, serta negeri elok yang kemudian menjadi Patani Darussalam.
4. Alur Cerita Hikayat Patani Darussalam
Alur cerita hikayat ini adalah maju. Cerita bermula dari sang Raja yang memburu seekor rusa putih. Setelah mencari tahu, ia justru menemukan tempat asal mula hewan itu berada.
Tempat itu sangatlah indah dan nyaman tuk dihuni. Akhirnya, ia memutuskan untuk memindahkan negerinya ke tempat nan indah itu. Setelah berhasil pindah, sang Raja memberi nama negeri barunya Patani Darussalam yang artinya negeri sejahtera.
Dua tahun pindah di negeri itu, tiba-tiba sang Raja terkena penyakit parah dan langka. Tak ada satu pun tabib yang bisa menyembuhkannya. Kemudian, pemerintah kerajaan membuat sayembara, siapa pun yang bisa menyembuhkan penyakit sang Raja akan menjadi menantunya.
Tak lama kemudian, datanglah Syekh Sa’id menemui sang Raja. Ia mengaku bisa menyembuhkan penyakit asal sang Raja mau beragama Islam dan taat beribadah. Raja pun menyetujui syarat tersebut.
Setelah sembuh, Raja ingkar janji. Ia tak lagi sembahyang. Lalu, penyakitnya kambuh lagi. Dua kali ingkar jani, Syekh Sa’id pun memperingatkan, bila Raja tak sungguh-sungguh masuk Islam, ia tak akan membantunya lagi
Kemudian, sang Raja menyadari kesalahannya dan sungguh-sungguh memeluk Islam. Untuk menyempurnakan agamanya, Raja mengubah nama menjadi Sultan Islami Syah Zillullah Fi I’alam.
5. Pesan Moral
Apakah pesan moral yang bisa kamu petik dari cerita hikayat Patani Darussalam? Ada beberapa pesan moral. Salah satunya adalah jangan mudah menyerah dalam meraih keinginanmu.
Seperti halnya sang Raja yang tak menyerah mengejar rusa putih. Karena kegigihannya, ia pun berhasil menemukan tempat yang teramat indah dan memindahkan negerinya ke sana.
Selain itu, janganlah kamu mengingkari janji. Jika memang sudah menyanggupi suatu janji, berkomitmenlah tuk menjaganya. Jangan seperti Raja yang berulang kali berjanji masuk agama Islam, tapi tak menepatinya. Akibatnya, penyakitnya semakin parah.
Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsru ekstrinsik yang membangun cerita hikayat Patani Darussalam. Unsur ekstrinsik ini biasanya berhubungan dengan nilai moral, sosial, dan budaya.
Fakta Menarik
Tak banyak fakta menarik yang bisa diulik dari kisah sastra dari Melayu ini. Kalau penasaran, berikut ulasan singkatnya;
1. Ada Versi Cerita Lainnya
Secara garis besar, kisah-kisah Patani Darussalam sama, yakni tentang seorang Raja yang suka berburu dan memindahkan negerinya ke tempat baru yang ia namai Patani Darussalam. Ia juga memeluk agama Islam pada akhir cerita.
Namun, ada detail kisah yang sedikit berbeda. Pada versi lain, mengisahkan bila sang Raja awalnya tak mau memeluk agama Islam. Namun, karena penyakitnya tak kunjung sembuh, ia akhirnya mau memeluk agama Islam setelah berhasil sembuh dari penyakitnya.
Setelah Syekh Sa’id berhasil menyembuhkannya dari penyakit,, ia tak menepati janjinya. Dua tahun sehat, penyakitnya kambuh dan semakin parah. Saat itu, Raja berjanji kali ini akan benar-benar pindah agama Islam.
Namun, lagi-lagi ia ingkar janji. Tak genap sebulan sembuh, Raja kembali terserang penyakit yang sama dan semakin parah.
Setelah itu, barulah Raja benar-benar mengucap syahadat dan memeluk agama Islam. Lalu, keluarga dan rakyat-rakyatnya pun turut memeluk agama Islam.
Sudah Puas dengan Cerita Hikayat Patani Darussalam?
Demikianlah artikel yang memaparkan tentang cerita hikayat Patani Darussalam beserta ulasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Apakah kamu suka dan sudah cukup puas dengan kisahnya? Kalau sudah, bagikan kisah ini kepada teman-temanmu, yuk!
Kalau butuh cerita lainnya, langsung saja kepoin kanal Ruang Pena pada Poskata.com. Ada banyak kisah menarik yang bisa kamu baca. Misalnya saja cerita rakyat Tangkuban Perahu, hikayat Hang Tuah, legenda Putri Gading Cempaka, kisah Tanjung Menangis, dan masih banyak lagi. Selamat Membaca!